Wawancara Khusus Komisaris Utama Brantas Abipraya Haryadi: Kita Jadi Kisah Masa Lalu Jika Tidak Beradaptasi

Seperti apa cerita pengembangan perusahaan Brantas Abipraya? Simak cerita selengkapnya bersama Komisaris Utama Brantas Abipraya Haryadi berikut ini.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Mar 2021, 10:30 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2021, 10:30 WIB
Komisaris Utama Brantas Abipraya Haryadi.
Komisaris Utama Brantas Abipraya Haryadi.

Liputan6.com, Jakarta - PT Brantas Abipraya (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang beroperasi sejak 1980. Saat ini, Brantas Abipraya masuk dalam klaster BUMN Karya.

Bermula dari sebuah proyek pengembangan Sungai Brantas, lini bisnis perusahaan ini kini menjalar ke sektor lainnya. Saat ini fokus perusahaan ada tiga sektor yaitu Gedung dan Bangunan, pembangunan Sumber Daya Air, dan jalan dan jembatan.

Tidak main-main, banyak inovasi dan kemajuan yang telah dibuat oleh Brantas Abipraya. Hal itu dengan berpedoman kepada konsep AKHLAK. Berpedoman hal tersebut, BUMN ini mampu tidak merugi di tengah hantaman pandemi Covid-19

Nah, Seperti apa cerita pengembangan perusahaan Brantas Abipraya? Simak cerita selengkapnya bersama Komisaris Utama Brantas Abipraya Haryadi berikut ini:

Bisa dijelaskan penerapan konsep AKHLAK yang didengungkan oleh Menteri BUMN di Brantas Abipraya?

Pak Erick Thohir sejak awal menjabat Menteri BUMN sudah mendengungkan pentingnya akhlak untuk kemajuan BUMN. Waktu itu belum terjabar jelas apa yang beliau maksud dengan akhlak. Belakangan formulasi Akhlak terjabar dengan jelas, yaitu singkatan dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Penjabaran dan makna substantif Akhlak itu yang kemudian dijadikan kebijakan Kementerian BUMN sebagai core value yang seragam bagi kementerian dan sekaligus korporasi-korporasi di dalam wadah Kementerian BUMN.

Tidak boleh lagi ada keanekaragaman core value di antara korporasi-korporasi BUMN. Dalam kaitan itu, PT Brantas Abipraya (persero) sebagai bagian dari korporasi BUMN niscaya harus patuh pada garis kebijakan Kementerian. Memang sebelumnya Abipraya (begitu biasanya kami menyebut diri) sudah memiliki core value tersendiri, yaitu EPIC. Singkatan dari Entrepreneurship, Professionalism, Innovative, Competitive.

Saya kira semua korporasi BUMN yang lain pun sebelumnya juga telah memiliki core value yang spesifik. Keanekaragaman core value ini yang melalui Kebijakan Kementerian BUMN diputuskan untuk diseragamkan menjadi core value bersama, yaitu Akhlak. Dan, Abipraya pun mengadopsi Akhlak sebagai core value yang harus kami desiminasi dan lembagakan dalam korporasi.

Apakah bisa hal tersebut diterapkan? BUMN ada ratusan dengan memiliki segmentasi berbeda-beda?

Itu terjawab dua minggu yang lalu dari penyampaian pak Alex Deni, Deputi SDM Kementerian BUMN. Beliau mengatakan, pada dasarnya spesifikasi dan keunikan itu menjadi satu yang niscaya pada masing-masing korporasi BUMN. Namun, kalau disimak dan didalami masing-masing core value yang ada pada korporasi-korporasi BUMN itu secara prinsip sudah terpayungi oleh core value AKHLAK.

Jadi, akhlak itu terbingkai sebagai payung atas beragam core value yang spesifik guna memudahkan terbentuknya corporate culture yang sama di lingkungan kementerian dan korporasi BUMN

Abipraya sendiri saat ini tak sekadar telah mengadopsi, tapi bahkan bertahap melembagakan core value akhlak itu dalam kinerja korporasi. Diantaranya dengan memasukkan variabel Akhlak ke dalam parameter untuk mengevalusi kinerja manajemen. kemudian mengubah kebiasaan penyebutan EPIC menjadi AKHLAK.

Secara subyektif dalam core value Akhlak itu saya menyukai adanya penegasan pentingnya memerkuat keIndonesiaan sebagaimana tersurat dalam nilai Loyal. KeIndonesiaan ini penting untuk selalu dijaga tetap kokoh. Dan, BUMN harus menjadi penopang keIndonesiaan itu.

 

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Brantas Abipraya membangun konsep Living company, bisa dijelaskan konsep tersebut?

The Living company adalah perihal bagaimana korporasi atau perusahaan bisa cepat beradaptasi terhadap keadaan yang berubah, akibat berlangsungnya proses transformasi digital ataupun perubahan lain. Jadi, perusahaan tidak sekedar diharapkan sehat, tetapi juga punya kemampuan adaptif yang tinggi supaya berkesinambungan. Itulah yang dimaksud dengan the living company.

Agar menjadi the living company yang tidak sekedar sehat, tapi juga punya kemampuan adaptif, maka mau tidak mau Abipraya harus memerhatikan aspek human capital dan inovasi. Bagi Abipraya, human capital dan inovasi adalah prioritas untuk mengimajinasikan future practices.

Mengapa? Karena Abipraya dilingkupi oleh eko-sistem yang mengalami proses transformasi digital dan sekaligus berlangsungnya proses disrupsi. Keseluruhan proses yang melingkupi Abipraya itu pada satu sisi memporak-porandakan tatanan yang ada, tapi pada saat bersamaan membuka peluang baru bagi Abipraya.

Abipraya di bidang konstruksi harus mampu beradaptasi, tapi juga harus punya daya untuk mengarahkan masa depan dalam situasi apa pun. Kami berkepentingan mendorong insan Abipraya, dari jajaran paling atas sampai paling bawah, memiliki semangat yang sama untuk itu.

Beberapa inovasi dari Abipraya dan sekarang sudah diakui dan mendapat penerimaan di dalam dan luar negeri. Salah satu yang membuat saya bangga pada insan Abipraya, termasuk kepada milenial Abipraya adalah karena mereka mampu menjadikan Abipraya sebagai BUMN karya pertama yang mendapat ISO internasional BIM (Building infomation modelling).

Bisa dijelaskan apa itu Building infomation modelling?

Begini…Dulu kalau kita ingin mendesain rancang bangun konstruksi adalah dengan simulasi menggunakan lego atau gambar kertas. Sifatnya amat konvensional. Sekarang, dengan BIM menggunakan teknologi komputer dan digital untuk melakukan desain rancang bangun konstruksi. Hasilnya amat detail dan amat presisi. Dengan BIM, mudah bagi kami merancang desain jembatan, merancang desain jalan tol, merancang desain bendungan, merancang desain gedung bertingkat tinggi, etc.

Tidak bermaksud jumawa, karena Abipraya yang pertama memiliki sertifikasi internasional BIM, maka sebagian besar BUMN Karya yang lain belajar dari Abipraya untuk pengetahuan tentang BIM. Jadi kita sekarang mengajari. Sebaiknya memang kita harus saling sharing pengetahuan. Karena prinsip kami adalah berbagi itu jauh lebih mulia, dan berbagi itu sebenarnya tidak ada ruginya. Berbagi pengetahuan adalah bagian dari upaya Abipraya memupuk modal sosial.

Abipraya juga melakukan inovasi lain, misalnya chip pekerja di lapangan. Taruhlah ada 10 orang pekerja dalam suatu kelompok. Masing-masing mereka dipasang chip pada handphone atau kartu karyawan. Dari signal Chip itu kami bisa mendeteksi dia bekerja atau tidak. Atas dasar itu kita report selama satu minggu itu perkembangan pekerjaan.

Jadi, inovasi itu mau tidak mau harus kita kembangkan. Kami tentu saja akan mematenkan hasil-hasil inovasi itu. Lewat departemen pengembangan, dalam kaitan dengan the living company, Abipraya pro-aktif mengakomodasi para inovator di luar yang mau dan memiliki visi sama dengan Abipraya untuk berkolaborasi.

 


Living company berkaitan teknologi, bagaimana menerapkan teknologi dan inovasi yang sedang dijalankan sekarang?

Paling utama, mindset itu harus berubah dan harus berkembang. Bukan hanya di kalangan milenial BUMN Abipraya, tapi juga untuk semua insan Abipraya tanpa terkecuali. Saya pun yang sudah terkategori jadul, harus mengejar ketertinggalan saya, dan harus berupaya beradaptasi dengan perkembangan baru. Tidak mudah memang mengubah mindset. Karena orang terbiasa dengan dengan kenyamanan yang sudah ada dan tiba-tiba harus mengubah kebiasaan itu.

Saya mengatakan pada semua insan Abipraya, kalau kita tidak berubah dan tidak cepat beradaptasi dengan hal-hal baru, maka kita akan tergilas. Bahkan mungkin Abipraya akan menjadi kisah masa lalu jika tidak mau beradaptasi dengan keadaan baru.

Abipraya punya pengalaman panjang yang bisa kami petik sebagai pelajaran. Abipraya tak ingin tertinggal dari BUMN Karya yang sudah ada lebih dahulu. Abipraya harus mengejar ketertinggalan itu. Tak cukup mengejar hanya dengan melangkah cepat, tapi Abipraya harus lari dan melompat dengan bekal kreatifitas dan inovasi yang selalu termutakhirkan.

Selanjutnya, tentu saja Abipraya secara bertahap tapi cepat mengadopsi dan mengoptimalisasi kemanfaatan IT dan teknologi digital untuk menopang kinerja konstruksi. Untuk itu, keberadaan milenial Abipraya memang menjadi startegis. Kami harus mencari formula yang pas untuk menjembatani gap antara millenial Abipraya dengan insan senior Abipraya. Untuk regenerasi insan Abipraya yang ber-Akhlak, kami harus melakukan rekruitmen manusia-manusia unggulan, termasuk dari generasi millenial.

Untuk rekruitmen manusia unggulan itu Abipraya bekerja sama dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi untuk mencari bibit-bibit unggul. Kami juga mencoba untuk mengembangkan mekanisme rekrutmen tenaga-tenaga profesional yang sudah jadi. Bahkan Abipraya mulai membangun jejaring diaspora untuk menjaring manusia Indonesia yang sedang studi atau sedang bekerja di luar negeri guna kembali ke Indonesia, dan bekerja membangun negeri dalam wadah Abipraya. Untuk ahli BIM, misalnya, kami beruntung mendapat mendapat diaspora dari Inggris. Tentu, banyak juga manusia-manusia unggulan lainnya yang kami dapatkan dari pergurunan tinggi di dalam negeri dan luar negeri, maupun dari profesional yang tadinya bekerja di luar Abipraya.

 


Apakah banyak teman di luar negeri yang membantu Brantas Abipraya?

Jaringan luar negeri itu memang dikembangkan. Awalnya memafaatkan jaringan pertemanan dan atau keluarga yang sedang studi atau stay di luar negeri. Bertahap kami ingin jaringan dengan luar negeri itu melembaga. Kita bersyukur cukup banyak diaspora yang bergabung di Brantas Abipraya. Di samping, tak sedikit pula Abipraya menerima sarjana fresh graduate maupun profesional. Umumnya mereka adik-adik millenial. Kebetulan langkah yang sudah dirintis Abipraya itu sejalan dengan Kebijakan Menteri BUMN dalam memajukan dan memerankan millenial di BUMN.

Tentu harus ada treatment yang berbeda terhadap diaspora maupun milenial BUMN itu. Namun semua tetap dalam koridor core value BUMN. Misalnya, kami akan memfasilitasi dengan penyediaan co-working space di beberapa area gedung Abipraya. Pula, kami mengedepankan cara kerja berbasis collective intelligence atau gotong royong.

Itu yang coba kita fasilitasi. Sementara jajaran manajemen dan komisaris perlu mendengar dan menyapa mereka. Ruang kerja Dewan Komisaris di Abipraya adalah ruang terbuka. Antar insan Abipraya kerap ngobrol sambil ngopi bersama di ruang Dewan Komisaris. Mengembangkan gagasan, mengurai gagasan, dan macam-macam hal. Insan Abipraya mulai terbiasa untuk saling sharing best and bad practices, bahkan membincang the future practice.

Sebagai komisaris, hal apa yang ingin Anda ubah untuk lebih baik di Brantas Abipraya?

Saya punya keinginan Abipraya dengan inovasi-inovasi yang ada mampu mewujudkan visi-nya, yaitu menjadi perusahaan terpercaya dalam industri konstruksi. Abipraya tidak sekedar berjaya di dalam negeri, tapi juga berkiprah di luar negeri. Bagi saya, inovasi itu pada sifatnya universal. Inovasi tidak terpaku dalam areal Indonesia, tapi global. Sekaligus tentu saya berkeinginan Abipraya senyatanya menjadi the living company.

Rintisan ke arah itu sedang kami jalani bersama. Setidaknya saat ini, beberapa inovasi Departemen Pengembangan Abipraya sudah dipakai pada beberapa negara ASEAN.

Di atas itu semua, saya ingin slogan spirit for giving the best dari Abipraya tertanam di dalam benak insan Abipraya. Sekadar diketahui pula, sejak awal bergabung di Abipraya tahun 2015, saya menegaskan kepada segenap insan Abipraya, bahwa sekali masuk menjadi insan Abipraya, maka selamanya sebagai insan Abipraya. Tak peduli ia masih bekerja di Abipraya, atau sudah berpindah kerja di BUMN atau perusahaan lain, atau sudah pensiun, maka ia tetap insan Abipraya.

Bagaimana peluang Brantas Abipraya ke depannya?

Berbekal keberadaan Abipraya sekarang, terlepas dari kelemahan yang masih ada dalam tata kelola dan human capital, serta semangat collective intelligence yang tumbuh, maka peluang Abipraya untuk berkembang makin maju adalah nyaris niscaya. Sektor industri konstruksi masih tetap relevan untuk sekarang dan ke depan. Ini artinya peluang survival Abipraya amat terbuka.

Sejalan dengan upaya berkesinambungan untuk meningkatkan kompetensi dan integritas Human Capital, serta terus memfasilitasi pengembangan inovasi sebagai intangible asset, maka saya yakin Abipraya siap berkompetisi dan bahkan bisa memberikan yang terbaik untuk negeri.

Secara keuangan sendiri, bagaimana saat ini kondisi Brantas Abipraya?

Tolong dicatat ya, sekalipun berdasar parameter korporasi dikatakan Abipraya performanya terjaga dan sehat, tapi kami tidak pernah dapat PNM. Bahkan, pada periode tahun 2020 yang terlanda pandemi Covid 19, ketika BUMN karya yang lain decline drastis dan merugi, Abipraya masih tetap bisa meraih laba bersih yang cukup. Biarlah PNM diprioritaskan untuk membantu BUMN Karya lain yang sedang merugi. Untuk Abipraya, yang kami harapkan dari Kementerian BUMN adalah diberi kesempatan untuk IPO.

Itu saja. Tak lebih dan tak kurang. Hasrat IPO ini sudah sejak 5 tahun yang lalu kami ajukan. Segala persyaratan untuk IPO sudah terpenuhi sejak 5 tahun lalu. Namun, eko-sistem politik yang melingkupi Kementerian BUMN waktu itu belum kondusif. Utamanya terkait relasi dengan lembaga DPR. Kami bisa memahaminya. Nah, sekarang kami mengajukan kembali IPO. Dengan IPO itu, Abipraya akan mendapat suntikan modal untuk melompat maju sebagai korporasi BUMN Karya yang size-nya besar. Semoga.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya