Liputan6.com, Jakarta - Menjamurnya kehadiran perusahaan rintisan (startup) di bidang teknologi turut memunculkan banyak startup baru. Kebanyakan startup hadir di kategori game, e-commerce, hingga berbagai macam aplikasi. Namun, bagaimana dengan startup di bisnis cloud computing?
Rasanya masih jarang! Bisnis ini memang bukan perkara sepele, sebab cloud berkaitan erat dengan klien, terutama dari korporasi yang enggan mengeluarkan investasi besar untuk membangun sistem IT sendiri.
Menjalankan bisnis cloud menghabiskan ratusan juta dolar untuk menyediakan komputer dan software. Belum lagi mempekerjakan karyawan untuk memastikan layanan berjalan baik. Karena, satu kesalahan dapat berarti klien dari Anda akan berhenti memakai layanan Anda selamanya.Â
Seolah-olah bisnis cloud terbilang mahal. Pemikiran inilah yang diubah oleh dua startup berbasis cloud, yakni DigitalOcean dan Backblaze, seperti dilaporkan Bloomberg, Kamis (15/10/2015).
Startup ini menawarkan tarif lebih rendah ke segmen pasar tertentu. "Kami pastikan, seluruh alat yang kami gunakan dapat menghasilkan keuntungan," ujar Chief Executive Officer DigitalOcean, Ben Uretsky.
DigitalOcean yang berbasis di New York ini menjual layanan cloud, terutama ke pengembang software, yang lebih memprioritaskan storage murah dan peralatan yang dapat dikustom.
Selama empat tahun berdiri, DigitalOcean telah memiliki 200.000 host computers yang terhubung cloud. Startup ini juga telah mengelola 100 juta Gigabit data.
Sementara, Backblaze yang selama 8 tahun berdiri hanya menawarkan paket backup data, baru saja ekspansi ke bisnis cloud. Tarifnya diklaim 30 persen lebih rendah dari layanan termurah Amazon, yakni setengah sen per Gigabit per bulan.
Gleb Budman, CEO Blackblaze, menyebutkan kini terdapat 150 juta Gigabit data yang memakai layanan cloud-nya.
Dari sisi pendanaan, DigitalOcean telah meraup US$ 200 juta dari venture capital, sedangkan Backblaze hanya mengantongi US$ 5,3 juta. Namun, dilaporkan bahwa Blackblaze tak perlu menerima pendanaan lagi karena sudah menghasilkan profit lebih dari US$ 10 juta pada 2014.
(cas/isk)
Akhirnya, Ada Startup di Bisnis Cloud Computing
Dua startup ini menjalankan bisnis cloud yang memiliki tarif rendah dibanding pesain besar, seperti Google dan Amazon.
diperbarui 15 Okt 2015, 18:52 WIBDiterbitkan 15 Okt 2015, 18:52 WIB
Dua startup ini menjalankan bisnis cloud yang memiliki tarif rendah dibanding pesain besar, seperti Google dan Amazon.
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Apa Itu Korelatif Adalah: Pengertian, Jenis, dan Contoh Lengkap
Lebaran Ketupat Adalah Tradisi Unik Umat Muslim di Indonesia
Cara Membuat Kerangka Teori yang Efektif untuk Penelitian Ilmiah
Cuaca Hari Ini Selasa 19 November 2024: Mayoritas Jabodetabek Berawan Tebal hingga Malam
Bangun Kebersamaan, Klub Pecinta Toyota Voxy Bikin Touring ke Tegal
Mengenal Kuah Miso, Hidangan Khas Jepang yang Lezat dan Bergizi
Lautan Terbesar di Dunia Adalah: Fakta Menarik Tentang Samudra Pasifik
Miliader Norwegia Olav Thon Meninggal Dunia, Punya 80 Mal dan 90 Hotel
Virus Mpox Clade I Terdeteksi Masuk AS, Punya Riwayat Traveling ke Afrika
Di Depan Jokowi, RK Singgung Hubungan Anies dan PDIP: Dulu Berpisah, Berseteru, Bergabung
Harga Bitcoin Diprediksi Anjlok ke Level Segini
Cara Membuat Keyboard Laptop Menyala: Panduan Lengkap untuk Berbagai Merek