Dituding Lindungi ISIS, Startup Ini Sindir Balik Hacker Anonymous

Perusahaan yang telah berdiri enam tahun itu disebut tidak memilih-milih konsumen, bahkan dicurigai melindungi banyak website yang berhubung

oleh Andina Librianty diperbarui 19 Nov 2015, 19:16 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2015, 19:16 WIB
Kecam Terorisme, Hacker `Anonymous` Nyatakan Perang dengan ISIS
CloudFlare disebut tidak memilih-milih konsumen, bahkan dicurigai melindungi banyak website yang berhubungan dengan ISIS.

Liputan6.com, Jakarta - Usai mendeklarasikan perang dengan ISIS, grup hacker Anonymous menuding sebuah startup Sillicon Valley, CloudFlare, melindungi berbagai website yang berkaitan dengan ISIS. Sadar tengah ramai menjadi omongan, Chief Executive Officer (CEO) CloudFlare, Matthew Prince, pun buka suara.

CloudFlare adalah sebuah layanan yang membantu website untuk tetap bisa online, meski menghadapi lonjakan trafik luar biasa. Atau bisa dikatakan, CloudFlare bertindak sebagai perantara atau filter, dan merupakan perlindungan penting untuk melawan serangan distributed denial-of-service (DDoS).

Perusahaan yang telah berdiri enam tahun itu disebut tidak memilih-milih konsumen, bahkan dicurigai melindungi banyak website yang berhubungan dengan ISIS. Menanggapi tudingan Anonymous tersebut, Prince pun menyindir balik dan menyebut mereka munafik karena banyak anggotanya juga menggunakan layanan CloudFlare.

"Saya melihat Twitter bahwa mereka marah kepada kami. Analisis tersebut seperti dilakukan oleh anak kecil dan tidak bisa dianggap serius. Anonymous menggunakan layanan kami untuk beberapa situsnya," ungkap Prince seperti dikutip dari Business Insider, Kamis (18/11/2015).

Dilanjutkannya, jika pun ternyata ISIS menggunakan layanan CloudFlare, hal itu tidak ada untungnya bagi perusahaan tersebut. "Bahkan jika ISIS menggunakan layanan kami, tidak ada gunanya bagi kami. Menurut saya, orang-orang semacam itu (ISIS) menggunakan kartu kredit curian dan itu adalah hal negatif untuk kami," sambungnya.

Prince mengatakan, CloudFlare bisa saja berhenti melindungi website-website jika dilakukan melalui jalur hukum yang tepat. "Tapi para investigator seringkali lebih menginginkan situs-situs itu tetap online, ketimbang mematikannya," ungkap Prince.

(din/cas)



POPULER

Berita Terkini Selengkapnya