Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah vendor teknologi dan lembaga penelitian, lima tahun belakangan ini berlomba-lomba untuk menciptakan chip yang bisa di tanam dalam otak manusia.
Namun sepertinya, hingga saat ini belum ada yang bisa membuat chip yang dapat menghancurkan dirinya sendiri setelah dipakai dalam jangka waktu tertentu.
Advertisement
Baca Juga
Fitur tersebut pastinya akan sangat berguna, terutama ketika seorang yang di otaknya tertanam sebuah chip tak perlu lagi melakukan pembedahan ulang untuk mengambil chip yang sudah tidak diperlukan lagi.
Mengutip laman Ubergizmo, Selasa (19/1/2015), pembukaan kembali luka operasi lama bisa membuat seseorang mengalami trauma mental, dan bahkan mungkin lebih sulit untuk menghapus chip ketimbang menanamnya di otak. Dan bahaya terbesar dari implan otak adalah adanya rejection (penolakan).
Dengan berjalannya waktu, sistem kekebalan tubuh seseorang akan mengetahui bahwa implan otak adalah benda asing yang perlu ditolak, dan ini dapat mengakibatkan komplikasi yang tidak diinginkan.
Para peneliti di Universitas Washington, baru-baru ini mengembangkan sensor otak nirkabel yang sangat kecil (lebih kecil dari ujung pensil) yang dapat larut setelah selesai 'melesaikan tugasnya'.
Hal ini dimungkinkan berkat campuran silikon dan polylactic-co-glycolic acid (PLGA), sehingga cukup canggih untuk mengirimkan data penting seperti tekanan kranial dan suhu, yang mana belum akan larut dalam waktu beberapa hari setelah terpapar bahan organik tertentu.
(Isk/Cas)