Liputan6.com, Jakarta - Belanja modal (capex) kabel serat optik (fiber optic) untuk broadband diestimasi mencapai US$ 144,2 miliar atau setara Rp 1,9 kuadraliun pada periode 2014-2019.
Laporan terbaru ICT regulatory global oleh International Telecommunication Union (ITU), mengungkapkan lebih dari 40 operator di dunia telah meluncurkan atau mengembangkan jaringan LTE-A di dunia, di mana 88 persen merupakan operator dari negara-negara maju.Â
"Pesatnya peningkatan konsumsi data diprediksi mendongkrak investasi perangkat nirkabel, yakni Wi-Fi," ungkap laporan tersebut, seperti dikutip tim Tekno Liputan6.com dari Telecom Lead, Rabu (6/4/2016).Â
Baca Juga
Sekadar diketahui, kabel fiber optic umumnya digunakan guna mendukung infrastruktur jaringan broadband, baik mobile maupun fixed.
Lebih lanjut, operator-operator existing, operator baru, dan para pemodal diketahui kian aktif melakukan pendekatan demi memperoleh dana sebagai investasi jaringan broadband.
Investasi untuk infrastruktur broadband juga nantinya akan diperoleh dari sumber-sumber yang tak biasa, misalnya perusahaan pendanaan keuangan yang umumnya tak pernah berinvestasi di sektor telekomunikasi.
Network Sharing
Ketika cakupan jaringan tak lagi menjadi faktor terpenting sebuah kompetisi, operator diprediksi akan saling berkonsolidasi. Salah satu skemanya adalah berbagi jaringan atau network sharing.Â
Hal ini dilakukan operator untuk mengurangi beban investasi jaringan dan lebih fokus terhadap pengembangan layanan. Apalagi dengan teknologi baru dynamic spectrum access (DSA), perangkat dapat menggunakan frekuensi tanpa harus di area atau waktu tertentu.
Skema network sharing dapat menguntungkan pelaku industri dengan minim risiko, seperti berkurangnya kompetitor untuk layanan basic, seperti SMS dan voice. Dengan begitu iklim kompetisi pun semakin sehat.
(Cas/Isk)