OPINI: Big Data untuk Bisnis Kecil

Banyak yang ragu mengeksplorasi inisiatif big data, karena mereka percaya hal itu memerlukan investasi besar di hardware dan software.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Jul 2016, 18:00 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2016, 18:00 WIB
Daniel Ng
Daniel Ng / Senior Director Cloudera-APAC. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Telah diperkirakan bahwa kita akan menghasilkan 40.000 exabyte atau 40 triliun gigabyte (GB) data hingga tahun 2020. Jumlah ini setara dengan 5.200 GB data untuk setiap orang di dunia. Dengan kata lain, kita sedang melihat ledakan dunia digital [1].

Tidak mungkin memahami berapa banyak data yang dihasilkan setiap hari––dan seberapa sedikit yang benar-benar digunakan. Hal ini menciptakan peluang yang sangat luas bagi enterprise, termasuk usaha kecil dan menengah (UKM), untuk masuk dan meningkatkan posisi mereka saat ini di pasarnya masing-masing.

Banyak UKM saat ini kekurangan staf yang memiliki keahlian tepat untuk benar-benar memanfaatkan big data dan analitik. Pemilik usaha kecil dan manajemen dalam UKM juga sering berpikir bahwa big data berarti 'biaya besar' atau 'bisnis besar'.

Banyak yang ragu untuk mengeksplorasi inisiatif big data karena mereka percaya hal itu memerlukan investasi besar, baik di hardware maupun software. Secara umum, banyak UKM tradisional diketahui enggan menerima perubahan.


Big data menghadirkan kesempatan besar

Setiap perusahaan mulai sebagai sebuah startup. Keberhasilan Amazon merupakan sebuah contoh yang jelas dari kekuatan big data dan bagaimana data dapat mengubah startup kecil menjadi disruptor industri besar dan pemimpin pasar.

Toko buku tradisional dulunya melakukan inventarisasi––yaitu buku-buku yang sedang distok, yang dipindahkan dari rak dan yang terlaris. Hal ini berubah ketika ritel beroperasi secara online.

Toko buku online sekarang juga dapat melihat apa yang dibeli pelanggan, seberapa sering mereka membeli, dan bahkan cara yang mereka pilih untuk membayar. Kemudian dengan memanfaatkan data, Amazon tidak hanya bisa melacak barang yang dibeli pelanggan, tetapi juga menunjukkan produk yang mereka minati, cara mereka berselancar di halaman web, serta mengetahui reaksi setiap orang terhadap promosi dan kesamaan di berbagai segmen.

Amazon kemudian mengembangkan algoritma untuk memprediksi buku berikutnya yang paling mungkin dibeli oleh pelanggan. Dengan ini, Amazon bertransformasi dari penjual tradisional offline menjadi sebuah raksasa e-Commerce yang didorong oleh data.

Jejak digital pelanggan hingga saat ini telah mengungkapkan pola pembelian, preferensi, dan kepentingan yang memungkinkan para pengusaha untuk menerapkan lebih banyak taktik-taktik berbasis informasi ketika melibatkan mereka [2].

Tiba-tiba, kita sudah berada di era di mana profil pelanggan jauh lebih jelas dan lebih terperinci. Ini adalah era baru pemahaman pelanggan. Sama seperti data, peluang pun meroket.

Memulai yang kecil dengan data yang besar

Meskipun peluangnya sangat besar, para UKM dapat memulai dengan mengambil langkah-langkah kecil untuk memanfaatkan big data. Mereka dapat memfokuskan upaya mereka dan mendalami lebih jauh data-data yang penting bagi bisnis.

Misalnya, penjualan di sektor tertentu, atau metrik kinerja selama musim puncak dibandingkan dengan di saat sepi. Ini pasti akan memberikan hasil dengan lebih cepat dan lebih baik, daripada mencoba untuk melakukan terlalu banyak dan terlalu cepat.

UKM juga dapat mempertimbangkan untuk membuat sebuah tim kecil yang terdiri dari berbagai bidang ilmu berbeda, untuk bereksperimen dengan mengambil nilai bisnis dari data, daripada membatasinya dengan individu terampil tetapi terisolasi seperti di departemen teknologi dan informasi (TI).

Bahkan, untuk menjadikannya lebih sederhana dan lebih mudah diakses, akhir-akhir ini UKM memiliki akses yang lebih baik ke teknologi terbaru karena kompetisi terus mendorong penurunan harga dan hardware makin menjadi sebuah komoditas.

Selanjutnya, software, layanan, dan bahkan infrastruktur sekarang dapat disampaikan melalui cloud, yang membuat mereka bahkan lebih mudah tercapai dan terukur.

Selain itu, infrastruktur yang disediakan cloud dapat membantu UKM untuk memanfaatkan operasional TI yang lebih canggih, yang sebelumnya mungkin tidak dapat diakses oleh mereka karena biaya operasi yang tinggi dan membutuhkan investasi yang besar. UKM sekarang dapat memulai dari yang kecil dan menghadapi lebih sedikit kendala ketika mengadopsi teknologi baru.

Sekarang, think big (data)

Menariknya, beberapa UKM yang berpandangan ke depan sudah melihat big data sebagai sesuatu yang lebih besar dari sekadar sebuah frasa tentang sebuah gebrakan.

Mereka sudah memanfaatkan kekuatan analitik untuk mengetahui lebih dalam tentang tren bisnis, membuat proyeksi pasar, memahami perilaku pelanggan, dan banyak lagi. Big data dan analisis yang memungkinkan UKM-UKM menjadi lebih efisien dan makin kompetitif.

Seperti dicontohkan sebelumnya dari kisah Amazon, banyak perusahaan kecil yang sukses telah menunjukkan bagaimana data dan analitik yang berwawasan telah menciptakan peluang bisnis yang tak terbayangkan.

Ke depannya, big data akan menjadi sebuah bagian integral dari hampir setiap industri. Aplikasi yang penting untuk mengelola data akan menjadi lebih mudah diakses, terjangkau, dan ramah bagi pengguna.

Hal ini tentu akan lebih mudah bagi perusahaan-perusahaan kecil untuk memanfaatkan big data dan mencapai hasil yang lebih besar. Meski demikian, mereka yang mulai menerima big data dan analitik saat ini adalah mereka yang akan mendapatkan manfaat yang paling besar di masa depan.



____

1.  DIGITAL UNIVERSE IN 2020: Big data , Bigger Digital Shadows, and Biggest Growth in the Far East, IDC, December 2012
2.  Is Big data too Big for SMEs?, Stanford University, Summer 2014

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya