Gameplay Pokemon Go Makin Tak Asyik

Gameplay Pokemon Go dinilai sebagian penggemar makin tak asyik belakangan ini.

oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diperbarui 09 Agu 2016, 11:17 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2016, 11:17 WIB
20160806-Pokemon Go Resmi Rilis di Indonesia
Layar handphone menunjukkan permainan Pokemon Go di area Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Sabtu (6/8). Game Pokemon Go bisa diunduh langsung oleh pengguna iPhone, iPad, dan smartphone maupun tablet Android. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Gameplay Pokemon Go dinilai sebagian penggemar makin tak asyik belakangan ini. Selain menghabiskan energi untuk aktivitas tak begitu penting dalam alur permainan setelah versi resminya rilis, perbedaan juga makin terasa antara keasyikan bermain di kota besar dengan kota kecil di Indonesia.

Yusuf Habibur Rahman, penggemar Pokemon Go, yang juga pendiri konsultan teknologi informasi di Scripthink, Bandung, mengatakan bahwa dirinya kerap berkeliling ke sejumlah kota untuk mengerjakan proyek.

Selama beberapa minggu berada di kota Pangkalpinang, Bangka untuk pengerjaan software di sebuah badan usaha milik negara, ia merasa Pokemon Go dan segala fiturnya kurang maksimal di Kota Timah itu.

"Jauh rasanya kalau dimainkan di Bandung atau Jakarta. Paling banter dapatnya di tempat mobilitas orang lokal dan pendatang, semisal di bandara, masjid, dan tempat beli oleh-oleh," katanya kepada Tekno Liputan6.com melalui pesan instan, Senin (8/8/2016) malam.

Ini jauh berbeda dengan kota besar. Padahal di sisi lain, gameplay dari gim besutan Niantic Labs itu mensyaratkan banyak hal ketika level makin naik. Tapi itu tadi, 'diskriminasi' terjadi antara kota besar dan kota kecil, sehingga keasyikan bermain berkurang banyak bagi penggemar yang kerap bepergian.

Niantic Labs, dari kacamata teknologi informasi, sebenarnya tidak keluar biaya apapun dengan merilis banyak Pokemon di kota kecil. Atau setidaknya memberikan beberapa Pokemon langka di wilayah sekunder.

Alasannya, kata Yusuf, sedikit banyak Pokemon saat ini hanya ditentukan data pengguna yang tagging di sebuah lokasi ketika berburu. Otomatis, kota besar akan makin banyak spot, namun sebaliknya dengan kota kecil. Jadi, tidak ada investasi atau keluar biaya apa pun bagi pengembang. 

"Selain 'diskriminatif', kini makin banyak yang mengakali namun tidak diantisipasi Niantic Labs. Baru seminggu fitur baru keluar, cheat banyak beredar, mulai dari lihat lokasi Pokemon, bot untuk naik level otomatis, sampai GPS palsu," keluhnya.

Menurut Ucup, panggilan akrabnya, gameplay Pokemon Go setelah resmi dirilis di Indonesia makin kurang seru karena Pokemon yang mudah semacam Weedle/Pidgey menghabiskan banyak PokeBall saat akan ditangkap. Bisa habis 10 PokeBall baru ketangkap. Padahal, balik lagi soal lokasi, di kota kecil tidak banyak terdapat Pokestop.

"Rilis resmi kirain bakal ada perbaikan fitur Nearby, ini malah dihilangkan. Makin susah cari Pokemon jadinya. Tadinya fitur Nearby bisa kasih info jarak berapa meter, bukan dihilangkan," pungkasnya.

(Msu/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya