Liputan6.com, Singapura - Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan big data, sejumlah pemerintah di belahan dunia mulai melirik sebuah konsep smart city (kota cerdas) berbasis teknologi.
Lewat konsep tersebut, banyak pemerintahan dan pelaku bisnis percaya bahwa smart city akan membantu penduduk melakukan kegiatannya dengan lebih mudah dan efisien.
Mengandalkan big data yang terkumpul dari keseharian penduduknya, konsep kota pintar terbukti mampu mengelola sumber daya dan infrastruktur yang ada.
Baca Juga
Mengutip informasi dari Cities in Motion Index (CIMI), saat ini sudah ada 20 kota pintar terbaik di dunia yakni Tokyo, London, New York, Tokyo, London, New York , Zürich, Paris, Geneva, Basel, Osaka, Seoul , Oslo, Philadelphia, Los Angeles, Dallas, Copenhagen, Eindhoven, Amsterdam, Sidney, Stockholm, Chicago, dan Baltimore.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia sendiri, tren smart city sudah menjadi bahan perbincangan hangat. Saat ini dua kota di Tanah Air yakni Jakarta dan Bandung sedang berbenah diri untuk menerapkan program tersebut.
"Lalu lintas adalah salah satu masalah terbesar yang di hadapi oleh penduduk di Jakarta, dan akan menjadi area yang butuh perhatian khusus," ujar Rick Scurfield, President - NetApp APAC kepada tim Tekno Liputan6.com di ajang Smart Cities NetApp Dialogue di Singapura, baru-baru ini.
Rick mengatakan, komitmen pemerintah hingga penduduknya harus memiliki komitmen untuk mentransformasikan Jakarta menjadi kota pintar.
Untuk Indonesia, Rick berpendapat ada baiknya untuk tidak tergesa-gesa dan terlalu berusaha keras mengadopsi program smart city.
"Pemerintah dan pelaku bisnis sering terlalu buru-buru dan tidak mempelajari permasalahan yang sedang terjadi dengan lebih dalam dan mendetail," tutupnya.
(Ysl/Isk)
Advertisement