Hoax Marak di Internet, Apa Langkah Google?

Sebagai salah satu 'pemain besar' di dunia maya, apa langkah Google terkait peredaran hoax?

oleh Jeko I. R. diperbarui 14 Des 2016, 21:12 WIB
Diterbitkan 14 Des 2016, 21:12 WIB
Google Indonesia Year in Search 2016. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza
Google Indonesia Year in Search 2016. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Liputan6.com, Jakarta - Berita yang begitu marak beredar di internet termasuk linimasa media sosial kini sudah diragukan kebenarannya. Apalagi, kebanyakan tautan berita yang dibagikan netizen memuat hoax yang bahkan menyebar kebencian. Lantas, sebagai salah satu 'pemain besar' di dunia maya, apa langkah Google terkait hal ini?

Managing Director Google Indonesia, Tony Keusgen, mengatakan Google mengaku cukup memberikan kontribusi terhadap isu ini. Google, menurut Keusgen, kini masih berperan sebagai 'penghimpun'. Jadi, Google belum dapat mengontrol secara utuh berbagai informasi yang dibagikan netizen di internet.

“Memang ada beberapa pihak membagikan hoax di internet, semuanya dikumpulkan Google. Sampai saat ini, kami akui belum bisa mengontrol itu semua,” kata Keusgen kepada Tekno Liputan6.com seusai acara Year in Search 2016 yang dihelat di kawasan Gunawarman, Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Bagaimanapun, kata Keusgen, Google akan berupaya untuk memberikan rekomendasi informasi lebih akurat di kolom pencarian teratas.

Pada kesempatan yang sama, Putri Silalahi selaku Product Communication Leads Google Indonesia, membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan, Google bekerja sama dengan sumber resmi agar dapat menampilkan informasi akurat.

Tony Keusgen, Managing Director Google Indonesia saat membuka sesi Year in Search 2016. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

“Di Google News, kami bekerja sama dengan media kredibel agar netizen dapat mencerna berita teratas, yang sumbernya faktual dan dapat dipercaya,” tutur Putri.

Putri menambahkan, untuk metode pencarian via mobile, Google juga mengoptimalkannya dengan metode Accelerated Mobile Pages (AMP) khusus bagi media-media yang dinilai kompeten. “Tujuannya untuk meringankan artikel kalau dibuka. Kalau website media dibuat ringan, mereka (netizen) pasti akan lebih memilih membuka artikel yang bersumber dari itu,” papar Putri.

Seperti diketahui, hoax kian marak beredar di media sosial. Selain dapat menjadi hal menyesatkan, hoax berpotensi menjadi sumber perpecahan. Untuk itu, netizen sudah semestinya waspada.

Karena itu, seperti diterangkan Putri, isu peredaran hoax akan menjadi fokus Google kini dan nanti. “Basically, kami kan bertujuan untuk memudahkan orang-orang mencari informasi benar dan jelas. Kami bisa pikirkan soal filter berita ke depannya. Yang pasti untuk sekarang kami mempererat kerja sama dengan teman-teman media,” jelas Putri.

Ia juga tak lupa memberikan saran kepada netizen untuk terus memberantas hoax dan menyortir informasi serta kebenarannya. Terlebih, banyak situs hoax mendulang untung. Maka itu, situs-situs memuat hoax yang memiliki AdSense bisa dilaporkan netizen dengan menyelipkan tanda flag supaya nantinya bisa dipantau Google.

(Jek/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya