3 Peristiwa Antariksa Langka yang Terjadi pada 2016

Berikut ini adalah tiga daftar peristiwa antariksa yang terjadi pada 2016 versi Tekno Liputan6.com.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 25 Des 2016, 09:06 WIB
Diterbitkan 25 Des 2016, 09:06 WIB
Planet
HAT-P-7b, planet cantik berselimut awan safir. Sumber: Mirror

Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya pengembangan di bidang teknologi, sepanjang tahun ini sejumlah penemuan atau pun peristiwa antariksa yang menarik berhasil ditorehkan.

Beberapa di antaranya adalah kemungkinan planet lain di Tata Surya hingga penemuan gelombang gravitasi. Kendati demikian, bukan berarti temuan tersebut akan berhenti begitu saja.

Tahun depan hampir dapat dipastikan temuan lain di bidang antariksa akan terjadi. Namun sebelum itu, tak ada salahnya menengok sejumlah peristiwa penting di bidang antariksa sepanjang 2016. 

Lantas, apa saja peristiwa antariksa yang berhasil menarik perhatian publik untuk tahun ini. Menghimpun informasi dari sejumlah sumber, berikut ini peristiwa antariksa dengan catatan paling menarik di 2016. 

1. Ditemukan Planet Kesembilan Pengganti Pluto?

Setelah Pluto 'hengkang' dari statusnya sebagai planet kesembilan di tata surya, otomatis jumlah planet yang diakui di tata surya pun berkurang. Namun, penelitian yang dilakukan oleh sepasang astronom dari Caltech University, Mike Brown dan Konstantin Batygin menemukan hal berbeda.

Dua astronom itu baru saja mengumpulkan sejumlah bukti ada planet kesembilan yang berada di batas luar tata surya.

Berdasarkan penelusuran, planet yang disebut sebagai 'Planet X' ini memiliki massa 10 kali lipat Bumi dan membutuhkan waktu 15.000 tahun untuk mengelilingi matahari.

Planet ini diperkirakan berukuran sama dengan Neptunus dan memiliki jarak sekitar 10 sampai 15 kali dari Pluto. Kendati belum menemukan bukti empiris, kedua peneliti tersebut sempat mengemukakan sejumlah bukti kuat yang mendukung keberadaan planet itu.

Salah satunya adalah anomali pergerakan enam objek yang ada di Sabuk Kuiper. Sebagai catatan, Sabuk Kuiper adalah awan besar dengan material es yang mengorbit Matahari di luar Neptunus.

Pergerakan yang tak biasa itu mencirikan ada benda angkasa lain yang jauh lebih besar sehingga mempengaruhi objek di wilayah tersebut. Pergerakan objek ini pertama kali diketahui oleh Teleksop Hawaii Canada France pada awal 2016.

Gelombang Gravitasi

2. Prediksi Einstein 100 Tahun Lalu Terbukti

Gelombang gravitasi yang sempat diprediksi Albert Einstein seratus tahun lalu ternyata terbukti. Para peneliti di Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory--LIGO, sepasang observatorium yang terletak di Washington dan Louisiana--menegaskan bahwa gelombang gravitasi memang ada.

Melalui konferensi pers yang digelar awal tahun ini, LIGO di Livingston, Louisiana menemukan sinyal gelombang gravitasi dan tujuh milidetik kemudian, LIGO di Hanford, Washington juga mendeteksi sinyal serupa.

Visualisasi Gelombang Gravitasi. Kredit: R. Hurt - Caltech/JPL

Temuan sinyal itu persis dengan perilaku yang dihitung dari gelombang gravitasi, ketika dua lubang hitam bertabrakan.

Saat dua lubang hitam bergabung, masing-masing mengorbit satu sama lain. Ketika itulah mereka lebih dekat bersama-sama dan kecepatannya meningkat hingga saling berbalik ratusan kali per detik.

Lalu, kedua lubang hitam itu bergabung membentuk lubang hitam yang lebih besar dengan bentuk aneh. Lubang hitam baru kembali berbentuk bola dan proses itu yang menghasilkan sinyal gelombang gravitasi. Sinyal itu yang terdeteksi LIGO.

3. Gerhana Matahari Total 2016

Peristiwa lain yang tak kala menarik di tahun ini adalah gerhana matahari total. Momen itu kian istimewa karena hanya bisa diamati di wilayah Indonesia pada 9 Maret 2016. Ada sekitar 11 provinsi di Indonesia yang dapat menyaksikan peristiwa tersebut dengan jelas.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin menuturkan, gerhana matahari total ini adalah peristiwa langka. Bahkan dapat dikatakan sebagai pengalaman sekali seumur hidup.

Fase awal gerhana matahari yang terlihat dari langit Maba, Maluku Utara, Rabu (9/3). Maba menjadi tempat gerhana matahari terlama di Indonesia dan menjadi salah satu kota yang didatangi para pemburu gerhana matahari total. (Liputan6.com/Anton William)

Kendati bukan kali pertama terjadi di Indonesia, fenomena gerhana matahari total 2016 merupakan yang pertama terjadi di abad ke-21 di Indonesia. Fenomena serupa sebelumnya telah terjadi pada 1983, 1988, dan 1995.

Peristiwa gerhana matahari total sangat sulit diprediksi, terutama periode pasti fenomena tersebut akan terjadi dan berulang di satu daerah.

Berdasarkan perhitungan kasar, gerhana matahari total hanya akan terjadi sekitar 300 tahun sekali di satu daerah. Karena itu, peristiwa tersebut terbilang sangat langka.

(Dam/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya