Liputan6.com, Jakarta - Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (Central Intelligence Agency, CIA) dilaporkan mampu meretas sistem enkripsi di aplikasi perpesanan WhatsApp, Telegram, dan Signal. Hal ini diketahui dari dokumen yang dibocorkan oleh WikiLeaks.
Organisasi nonprofit yang merupakan whistleblower itu merilis ribuan dokumen yang diklaim memuat peralatan CIA dalam melakukan peretasan (hack) dan spionase siber (cyberespionage). Temuan ini bahkan disebut-sebut sebagai publikasi dokumen rahasia CIA terbesar.
Advertisement
Baca Juga
Menurut laporan itu, CIA membobol enkripsi di WhatsApp, Telegram, dan Signal tidak sendirian, melainkan atas bantuan lembaga AS dan lembaga asing lainnya.
"Ini merupakan sebuah kasus besar mengenai peralatan sangat canggih yang dapat digunakan untuk menargetkan pengguna individu. Saya belum pernah melihat kasus eksploitasi perangkat mobile secara massal," kata Tarah Wheeler, Senior Director of Engineering and Principal Security Advocate di Symantec, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Jumat (10/3/2017).
Dihubungi terpisah oleh Tekno Liputan6.com, Chairman di lembaga Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha menuturkan, "Perlu kemampuan khusus. Kalau mau meretas (membobol enkripsi, red.) di aplikasi pesan instan, berarti perlu penguasaan algoritma dari masing-masing aplikasi pesan instan tersebut. Bukan cuma itu, perlu juga superkomputer."
Sekadar informasi, peralatan milik CIA juga dilaporkan memungkinkan agen spionase untuk mengambil alih smart TV Samsung dan mengubahnya menjadi peralatan spionase dengan menggunakan perangkat mikrofon built-in untuk menguping percakapan di sekitarnya.
WikiLeaks juga membeberkan bahwa CIA menggunakan berbagai teknik peretasan untuk membuat serangannya terlihat seolah-olah dilakukan oleh Rusia. Melalui juru bicaranya, CIA hanya mengatakan, "Kami tidak mengomentari keaslian atau isi dari dokumen tersebut."
(Why/Ysl)