Setahun Mengorbit Jupiter, NASA Rekam Suara 'Alien' Mengerikan

Apakah suaran alien ini benar berasal dari makhluk 'penghuni' Jupiter, atau semata-mata terjadi akibat fenomena alam planet belaka?

oleh Jeko I. R. diperbarui 06 Jul 2017, 06:30 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2017, 06:30 WIB
Mencengangkan, Ada Gunung Raksasa di Bulan Planet Jupiter
Gunung raksasa di Planet Jupiter ini memiliki ketinggian 11 mil, lebih tinggi dari Mount Everest yang ketinggiannya hanya sebesar 5,5 mil.

Liputan6.com, California - Tepat pada Rabu (5/7/2017) kemarin, Juno telah mengorbit planet Jupiter selama satu tahun. Pesawat luar angkasa NASA itu tiba di orbit planet raksasa pada 4 Juli 2017 setelah lima tahun berada di luar angkasa.

Dan hingga kini, Juno bertugas mengamati Jupiter secara intensif, mulai dari mengumpulkan data ekosistem hingga membantu ilmuwan mempelajari formasi dan evolusi dari planet gas ini.

Salah satu pencapaian menakjubkan Juno adalah mampu merekam suara di sekitar Jupiter. Pesawat tersebut bahkan mengklaim telah merekam suara misterius di kawasan kutub utara dan selatan planet.

Dalam proses perekaman, NASA menggunakan teknologi radio plasma wave dari Juno. Ia mampu merekam dengan memanfaatkan suara aktivitas partikel energi di aurora kutub tersebut. Namun, NASA harus mengonversi suara itu karena spektrumnya terlalu tinggi.

Setelah dikonversi, suara yang tadinya berdurasi 13 jam, bisa dipangkas menjadi satu menit saja. Setelah didengar, suara rekaman ini justru malah begitu mengerikan. Sampai-sampai, para ilmuwan NASA menamai suara ini dengan julukan 'suara Alien'.

"Suara tersebut seolah-olah suara 'makhluk' Jupiter yang mencoba berkomunikasi dengan kita. Padahal, suara ini merupakan emisi paling kuat yang diciptakan dari kutub Jupiter. Kini, kita akan mencoba menelusuri asal muasal partikel elektron tersebut," ujar Bill Kurth, co-investigator Waves Instrument untuk planet Jupiter dari University of Iowa sebagaimana dikutip dari Mirror, Kamis (6/7/2017).

Para ilmuwan NASA mengatakan, suara terjadi akibat fenomena alam yang berlangsung di permukaan sang Planet Raksasa, seperti adanya badai besar.

"Ada sebuah gesekan konstan yang terjadi antara angin matahari dan magnetosfer di Jupiter," kata William Dunn, salah satu astronom NASA.

"Kami tak yakin cahaya berasal dari badai yang terjadi pada kedua kutub. Akan tetapi, kami ingin memahami interaksi tersebut dan efek apa yang akan berdampak pada planet itu," tutur pria yang juga tengah mengemban studi di laboratorium UCL Mullard Space Science ini.

"Dengan mempelajari bagaimana cahaya tersebut muncul, kami tentu bisa mengeksplorasi lebih banyak daerah yang dikontrol oleh medan magnetik Jupiter dan tentunya dipengaruhi oleh cahaya Matahari," pungkas William.

 

Sekilas Tentang Juno

Dengan diterbangkannya Juno ke Jupiter, NASA berharap eksplorasi ini dapat mengubah perspektif umat manusia tentang Tata Surya di alam semesta.

Seperti yang sudah disebutkan, Juno juga akan mempelajari lapisan atmosfir Jupiter. Setelah itu, para ilmuwan akan mencoba mempelajari ekosistem Jupiter dan menguak apakah planet ini menyimpan 'rahasia' lain.

Dikutip Tekno Liputan6.com dari Tech Insider, Juno merupakan pesawat jenis probe yang ditenagai oleh tiga baling-baling seluas lapangan basket. Ia juga memiliki panel surya sebagai sumber tenaga utamanya. Baling-baling berputar tiga kali setiap menit.

Kemampuan baling-baling Juno mampu membuatnya mengorbit Jupiter lebih cepat. Meski begitu, para astronom sempat khawatir dengan panel solar yang menyokong baling-baling Juno.

Pasalnya, cahaya matahari begitu jauh dari Jupiter dan panel solar tersebut pasti hanya menyerap sedikit cahaya. Ini tentu berbeda kasusnya dengan panel tenaga New Horizons, probe yang mengitari Pluto karena mereka ditenagai oleh plutonium.

Probe ini juga memiliki kamera khusus Juno Cam yang mampu mengambil foto-foto dengan resolusi tinggi. Selain itu, salah satu instrumen milik Juno yang disebut JADE (Jovian Auroral Distributions Experiment) yang akan mempelajari fenomena aurora Jupiter yang terjadi belum lama ini.

Sebagai informasi, ukuran aurora Jupiter diklaim begitu besar dan bisa menjadi besar hingga puluhan ribu kilometer jauhnya.

JADE, dengan bantuan instrumen Juno lainnya, akan mempelajari berapa banyak elektron dan partikel lain yang bisa menciptakan aurora di Jupiter. Ini tentu akan membantu para ilmuwan menyingkap asal muasal aurora di planet tersebut.

Selain itu, Juno juga akan mencari apa memang Jupiter memiliki kandungan air dari atmosfer planet. Jika sudah selesai dengan misinya, Juno akan 'menyelam' ke tengah planet dan akan menghancurkan diri di antara atmosfer Jupiter.

(Jek/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya