Di Luar Angkasa, Tinja Manusia Bisa Diolah Jadi Makanan Astronot

Tinja manusia bisa diolah menjadi makanan yang bisa dikonsumsi. Seperti apa prosesnya?

oleh Jeko I. R. diperbarui 31 Jan 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2018, 07:00 WIB
Makanan berbahan tinja dan urine (5)
Ttongsul, wine tradisional Korea. (Sumber Public Radio International)

Liputan6.com, California - Wacana daur ulang tinja manusia menjadi makanan bakal terealisasi. Rencananya, makanan olahan tersebut akan digunakan sebagai penganan astronot saat di luar angkasa, khususnya saat menjalani misi ekspedisi Planet Mars nanti.

Adapun proses pengolahan tinja akan diinisiasi oleh ilmuwan dari Pennsylvania State University. Tak cuma untuk Mars, makanan olahan ini juga akan disuguhkan bagi kru yang bekerja di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS, International Space Station).

Namun jangan salah sangka dulu. Makanan yang disajikan nanti bukan berbentuk tinja seperti pada umumnya. Tinja yang dimaksud justru merupakan saripati unsur makanan sisa yang terlarut di dalam sistem pencernaan manusia.

Menurut informasi yang dilansir Tech Times, Rabu (31/1/2018), pimpinan ilmuwan Profesor Christopher House berhasil menciptakan wadah silindris yang menampung tinja padat dan cair.

Nantinya, wadah tersebut akan mengurai bakteri yang aman untuk dikonsumsi dan bakteri yang seharusnya bisa dibuang.

Bakteri yang dipilih untuk layak masuk kategori adalah bakteri jenis anaerobik atau bakteri yang bisa memecah mikroorganisme tanpa oksigen.

"Bakteri anaerobik jika dicampur tinja manusia akan menghasilkan metana. Jadi, hasilnya bisa menumbuhkan mikroba berbeda," kata House.

Makanan Sintetik

Ilmuwan Sulap Kotoran Manusia jadi Makanan Astronot
Kotoran manusia diproses jadi makanan? Ilmuwan ini punya jawabannya

Dengan memanfaatkan teknologi bioprocessing di level molecular, maka diciptakanlah makanan sintetik yang merupakan daur ulang dari tinja manusia dengan unsur nutraceutical. Bahkan, House menemukan metode ini mengklaim makanan tersebut sangat higienis.

House bekerja sama dengan Dr Mark Blenner, seorang ilmuwan University Clemson, South Carolina. Untuk mengembangkan penelitiannya ini, House dan Blenner juga menggandeng NASA dan disokong dana sebesar US$ 200 ribu atau sekitar Rp 2 miliaran.

Hasil temuannya pun dipublikasikan secara resmi di sebuah jurnal terbitan Blenner yang berjudul Closing the Loop for Long-Term Space Travel.

Bahkan, NASA menganugerahi Blenner penghargaan atas penelitian yang telah ia lakukan selama tiga tahun tersebut.

Selain tinja, para astronot luar angkasa sudah bisa lebih dulu menikmati sayuran segar luar angkasa yang mereka kembangkan di pesawat.

Lewat teknologi yang disebut Veggie ini, para astronot mengembangkan jenis sayuran selada lewat sebuah lemari pendingin dan memiliki tingkat keamanan mikrobiologikal yang begitu tinggi.

Bahkan, sayuran yang tumbuh pun selalu dibersihkan dengan cairan asam sitrat dan sanitizer.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya