Twitter dkk Banyak Konten Porno, Kenapa Cuma Tumblr yang Diblokir?

Tak hanya Tumblr yang dipenuhi konten pornografi, Twitter, Google, dan lain-lain juga mengandung banyak konten pornografi, mengapa tidak diblokir di Indonesia?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 08 Mar 2018, 16:26 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2018, 16:26 WIB
Media Sosial
Ilustrasi Media Sosial. Dok: WinNetNews.com

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengambil langkah cepat memblokir Tumblr lantaran platform tersebut banyak mengandung konten pornografi.

Pemblokiran ini dilakukan setelah pihak Tumblr tak memberikan respons atas permintaan yang dikirimkan oleh Kemkominfo.

Nyatanya, tak hanya Tumblr yang menyajikan konten pornografi. Twitter, Google, YouTube, Facebook dan kawan-kawannya pun juga jadi tempat menyebarnya pornografi. Lantas, kenapa layanan over the top (OTT) asing itu tidak diblokir seperti Tumblr?

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara pun angkat bicara atas hal ini. Menurutnya, kementerian memiliki rincian data layanan OTT mana yang patuh dan mana tak kooperatif. Pemblokiran pun dilakukan berdasarkan kooperatif atau tidaknya penyelenggara layanan OTT terhadap peraturan Indonesia.

"Kami punya catatan, siapa yang kooperatif dan yang tidak koperatif," tutur pria yang biasa disapa Chief RA ini kepada wartawan di Kantor Kemkominfo, Rabu (7/3/2018) sore.

Dia membenarkan, bahwa berdasarkan data, di Facebook dan Instagram, Twitter, Google dan YouTube memang masih terdapat konten-konten negatif, termasuk pornografi yang belum dihapus. Kendati begitu, penyedia platform ini masih mau berkoordinasi dengan pemerintah.

"Kami bicarakan baik-baik agar mereka men-take down konten negatif, ada yang kooperatif dan yang tidak. OTT yang tidak kooperatif saya mohon dukungan, mau diblok atau dibiarkan. Jangan salahin saya dan teman-teman kalau ngeblok," kata Rudiantara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Data Platform yang Mau Berkoordinasi

Ilustrasi Pornografi
Ilustrasi Pornografi (iStockphoto)​

Kepada wartawan, Rudiantara memperlihatkan daftar layanan OTT beserta berapa banyak konten negatif yang ada di dalamnya.

Daftar tersebut juga memuat tentang penanganan penyelenggara OTT terhadap konten negatif yang dilaporkan Kemkominfo pada tahun 2016 dan 2017.

Berbagai platform yang tampak dalam daftar itu antara lain adalah Facebook dan Instagram, Twitter, Google dan YouTube, Telegram, Line, BBM, Bigo, Live Me, dan MeTube.

Data Kemkominfo soal laporan penanganan konten pornografi pada platform Over The Top (OTT) (Liputan6.com/ Agustin Setyo W)

Sekadar informasi, berdasarkan data yang dimiliki Kemkominfo, dibandingkan 2016, penyedia layanan OTT sudah lebih banyak menghapus konten-konten negatif di platform-nya.

"Tahun 2016 dari permintaan Kemkominfo kepada Facebook dan Instagram ada 501 akun untuk di-suspend dan di-takedown itu dipunuhi 248. Artinya setengahnya, atau 50 persen. Di 2017, membaik dari 806 laporan yang belum ditangani 277 tingkat outstanding-nya menjadi 34 persen. (Mendekati 0 artinya semakin baik penanganan konten negatifnya)," katanya.


Twitter Mau Hapus Konten Pornografi

Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter (Liputan6.com/Sangaji)

Sementara untuk Twitter, dari laporan 525 ribu laporan konten negatif, jumlah yang belum ditangani sekitar 238 konten, dengan persentase 0,28 persen. Menurut Menkominfo, hal ini sudah lebih baik dibandingkan tahun lalu.

Begitu juga dengan Telegram yang sudah dinilai cukup baik bekerja sama dengan pemerintah lantaran mau men-take down semua konten negatif yang dilaporkan.

"Untuk platform MeTube, Live.me, Bigo, BBM, Line itu semuanya sudah CS, yang belum, mau diapain kalau nggak kooperatif?," pungkasnya.

Berdasarkan tabel tersebut, nilai outstanding Twitter merupakan yang paling kecil atau mendekati 0. Karena dianggap masih patuh dan mau berkoordinasi dengan Kemkominfo membasmi konten negatif, platform-platform ini tak diblokir seperti Tumblr.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya