Ini Dia Sosok di Balik Kebocoran Data Pengguna Facebook

Aleksandr Kogan yang membuat "kuis" untuk mengambil data pengguna Facebook angkat bicara mengenai penelitiannya yang diduga disalahgunakan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Mar 2018, 16:36 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2018, 16:36 WIB
Aleksandr Kogan
Aleksandr Kogan, sosok di balik isu dugaan kebocoran data pengguna Facebook. Sumber: Ekla.in

Liputan6.com, Jakarta - Kebocoran puluhan juta data pengguna Facebook, bisa dibilang berawal dari Aleksandr Kogan. Ya, Kogan adalah seorang akademisi yang diduga membuat "kuis" untuk mengetahui kepribadian pengguna Facebook. Akhirnya, ia angkat bicara terkait merebaknya skandal besar ini.

Dalam wawancaranya dengan Anderson Cooper, Kogan mengaku tak tahu hasil penelitiannya akan dipakai untuk kepentingan politik, apalagi dipakai oleh kubu Donald Trump.

Hasil data yang "diambil" Kogan dari Facebook berasal dari pengguna yang mengambil kuis buatannya, kemudian diduga dipakai pada kampanye politik.

Pria yang aktif sebagai dosen di Fakultas Psikologi Universitas Cambridge itu menjelaskan, pihak Cambridge Analytica mengajaknya untuk melakukan pekerjaan konsultasi. Sebagai catatan, Cambridge Analytica tak ada kaitannya dengan Universitas Cambridge.

"Mereka awalnya mengajakku untuk melakukan kerja konsultasi," ucapnya kepada Anderson Cooper, seperti yang dilansir dari CNN, Rabu (21/3/2018).

Ia melanjutkan bahwa proyek itu diadakan untuk mengumpulkan data, bukan untuk kepentingan laba.

"Saya seorang akademisi, saya tidak tahu apa-apa tentang mendirikan perusahaan," kata Kogan.

Saat Anderson bertanya apakah Kogan tahu bahwa data yang ia kumpulkan akan dipakai untuk kepentingan politik, ia mengaku tidak mengetahuinya secara menyeluruh.

"Saya tahu itu untuk konsultasi politik, tapi di luar itu saya tidak tahu," ucapnya.

Ketika terus ditekan oleh Anderson mengenai apakah ia sadar penelitiannya dipakai untuk menarget pemilih, Kogan tampak tidak terlalu yakin.

"Saya tidak tahu. Seingatku tidak, walau mereka menggunakannya untuk tujuan politik, tapi banyak ambiguitas dalam hal itu," jelas Kogan.

Kogan turut mengungkapkan kalau data yang ia peroleh dari Facebook tidak terlalu akurat untuk menilai seorang individu, melainkan hanya untuk kelompok saja.

Diajak Wylie

Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg, Founder sekaligus CEO Facebook, banyak disalahkan sebagian pihak karena membiarkan penggunanya membagikan tautan berita hoax di Facebook. (Doc: Wired)

Kogan mengaku terlibat karena diajak oleh Christopher Wylie, yang merupakan staf Cambridge Analytica.

Wylie yang sekarang dianggap pahlawan dan whistleblower (pembocor rahasia internal perusahaan) ternyata adalah orang yang pertama kali mengajak Kogan bergabung.

Kogan kala itu diberikan kepastian oleh Wylie bahwa yang mereka lakukan sebetulnya bersifat sah-sah saja. Perihal masalah data, Kogan pun menolak disebut menjual data ke Cambridge Analytica.

"Saya tidak menjual, itu permintaan untuk membangun proyek, kami mencoba transparan dan jujur sebisa kami. Segala yang kami tunjukan pada mereka adalah inilah pemahaman terbaik tentang ilmu di bidang ini kala itu," jelas Kogan.

Dipakai Kubu Trump?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AP Photo/Carolyn Kaster)

Data yang dimiliki Cambridge Analytica diduga memberikan bantuan politik kepada Donald Trump yang waktu itu mengajukan diri sebagai presiden.

Kecurigaan bersumber dari Steve Bannon, yang aktif di Cambridge Analytica. 

Bannon sendiri pernah aktif sebagai anggota penasihat Trump sejak masa kampanye, sebelum akhirnya dipecat ketika Trump menjadi presiden.

Kogan sendiri tidak tahu menahu mengenai hubungan antara Cambridge Analytica dan Trump.

"Tidak, aku tidak tahu bila mereka bekerja dengan Trump atau menggunakan datanya," pungkas Kogan.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya