Liputan6.com, Jakarta - Konsep kloning dan hibrida antara manusia dan hewan, memang sudah sering dicoba oleh para ilmuwan.
Sementara hal ini masih belum pernah menuai hasil positif, eksperimen ini masih terus dilakukan.
Advertisement
Baca Juga
Ambil contoh, penelitian yang 'tak terdokumentasi' pada Februari 2018 lalu, di mana para ilmuwan telah mengembahkan hibrida antar spesies yakni domba dan manusia.
Advertisement
Menurut informasi yang dilansir Mashable, para peneliti dari Stanford University telah berhasil mengembangkan embrio yang memiliki sifat "Chimaeric" yang berasal dari mitologi Chimera yang merupakan gabungan dari beberapa hewan.
Tujuannya, ilmuwan ingin menghasilkan organ yang tumbuh dari hewan yang tidak natural ini.
Organ akan digunakan untuk transplantasi organ manusia yang membutuhkan. Jadi, ini merupakan sebuah tindakan bertujuan medis.
Sang ilmuwan menyebut bahwa "makhluk" ini tak bisa dibayangkan seperti manusia berbulu domba atau gambaran absurd lainnya, karena sel manusianya sangat kecil.
"Kontribusi sel manusia sejauh ini sangat kecil. Jadi hal ini tak seperti babi dengan wajah manusia atau otak manusia," ungkap ahli biologi sel induk dari Stanford University, Hiro Nakauchi.
Ia menambahkan, di dalam 10.000 sel embrio domba, hanya terdapat satu sel manusia.
Eksperimen ini bukanlah yang pertama, di mana sebelumnya para ilmuwan yang sama berhasil mengembangkan sel manusia dalam embrio babi di laboratorium.
Sebetulnya, banyak makhluk yang bisa lahir. Namun setelah diuji coba dan dikembangkan, mereka dimusnahkan dalam waktu kurang dari 28 hari.
Alasannya, meski hewan ini memiliki DNA manusia, mereka masih sebagian besar hewan.
Menurutnya, DNA manusia hanya ada kurang dari satu persen ini masih belum cukup untuk menghasilkan organ manusia.
Stereotip Negatif
Tentu, hibrida manusia dan hewan masih sangat tabu di masyarakat, bahkan masih ditentang.
Namun, menurut ahli biologi reproduksi dari University of California, Pablo Ross, upaya para ilmuwan sangatlah penting untuk menyelamatkan hidup manusia di masa depan.
"Bahkan organ yang paling cocok, kecuali berasal dari kembar identik, tidak akan bertahan lama karena sistem kekebalan tubuh yang terus menyerang," ungkap Pablo.
Hal ini merujuk kepada pengembangan organ yang tepat dari hibrida manusia itu sendiri di dalam embrio hewan.
Memang, hal ini terbentur etika, meskipun transplantasi organ di AS adalah masalah besar. Sebab, dari data yang dikutip Mashable, ada pasien baru yang membutuhkan donor organ setiap 10 menit.
Advertisement
Kontroversial
"Semua pendekatan ini kontroversial dan tak ada yang sempurna. Akan tetapi mereka menawarkan harapan pada orang-orang yang sekarat di tiap harinya," sebut sang ilmuwan.
Ilmuwan yang mengembangkan hibrida manusia domba tadi, Hiromitsu Nakauchi, juga sampai harus hijrah dari Jepang.
Sebab, perilaku hibrida hewan dan manusia masih kontroversial dan ilegal di negeri Sakura. Namun, AS justru mendanainya dengan kucuran uang yang melimpah.
Reporter: Indra Cahya
Sumber: Merdeka.com
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: