Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) berencana untuk memanggil Facebook cs, jelang pemilihan presiden 17 April mendatang.
Diungkapkan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, pihaknya akan memanggil sembilan platform media sosial dan chatting terkait Pilpres.
Advertisement
Baca Juga
"Facebook dan platform lain dipanggil terkait dengan pemilu nanti. Ada yang bertanya, bagaimana itu supaya kondusif. Kita telah memasuki masa tenang, bagaimana media sosial digunakan dalam masa tenang," kata pria yang karib disapa Semmy di Kantor Kemkominfo, Jakarta, baru-baru ini.
Pemanggilan terhadap Facebook dan platform lain ini bakal membahas tentang saat minggu tenang jelang Pilpres 2019 dan aturan penggunaan media sosial selama minggu tenang itu.
"Nanti ada diskusi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kalau di publiknya sudah (aturan) tidak boleh ada kampanye akbar, media sosial untuk masa tenang boleh digunakan atau tidak," kata Semmy.
Sekadar informasi, sembilan platform yang akan dipanggil antara lain adalah Facebook, Twitter, Google, BBM, Line, Bigo Live, Telegram, Live Me, dan Metube.
Masa tenang pemilu menurut jadwal adalah tanggal 14-16 April 2019.
Panggil Facebook Gara-Gara Video Penembakan di Selandia Baru
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bakal memanggil Facebook terkait tersebarnya video live streaming penembakan jamaah masjid di Selandia Baru, minggu lalu.
Rencananya, pemanggilan perwakilan dari jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg ini akan dilakukan minggu ini. Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
"Saya secara pribadi akan panggil Facebook, rencananya panggil minggu ini," kata pria yang karib disapa Semmy ini.
Menurut Semmy, pihaknya merasa perlu memanggil Facebook lantaran platform ini telah dipakai dua kali untuk menayangkan konten-konten yang bernada kekerasan atau bunuh diri.
Selanjutnya, video live streaming ini disimpan oleh pihak lain. Oleh karenanya, meskipun sudah dihapus tetap ada saja yang mengunggahnya kembali dan menjadi viral di berbagai platform.
Semmy menganggap, pihak Facebook juga kesulitan menghapus video penembakan masjid di Selandia Baru yang menjadi viral.
"Yang video live streaming mereka kewalahan, kan ada satu setengah juta (yang sudah dihapus). Dari kami aja ada 1500 video (yang sudah dihapus). Kalau kita lihat pihak Selandia Baru merasa (penghapusan video) terlalu lambat ya karena memang variannya banyak sekali, ada yang diubah," tutur Semmy.
Advertisement
Minta Moderator Lebih Cerdas
Semmy mengatakan, pihaknya ingin agar Facebook memiliki moderator konten yang lebih baik serta canggih.
"Atau mereka harus pakai tools yang lebih canggih, jadi kami harap Facebook tidak bergantung pada laporan pengguna. Kalau mengandalkan laporan pengguna, tidak bisa terbaca videonya saat itu juga," kata Semmy.
Dia mencontohkan, jika Facebook menerapkan tool seperti AI atau machine learning, saat itu juga mereka bisa langsung menghapus video-video yang beredar, meski sudah diubah.
"Variannya banyak karena ada yang edit, jadinya enggak kebaca dan butuh waktu lama. Kami panggil terkait ini dan bagaimana ke depannya," ujarnya.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: