Kemkominfo Bakal Panggil Facebook Terkait Video Penembakan di Selandia Baru

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bakal memanggil Facebook terkait tersebarnya video live streaming penembakan jamaah masjid di Selandia Baru, minggu lalu.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 20 Mar 2019, 19:10 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2019, 19:10 WIB
Kemkominfo
Dirjen Aptika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan. Liputan6.com/Jeko I.R.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bakal memanggil Facebook terkait tersebarnya video live streaming penembakan jamaah masjid di Selandia Baru, minggu lalu.

Rencananya, pemanggilan perwakilan dari jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg ini akan dilakukan minggu ini. Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan di Jakarta, Rabu (20/3/2019).

"Saya secara pribadi akan panggil Facebook, rencananya panggil minggu ini," kata pria yang karib disapa Semmy ini.

Menurut Semmy, pihaknya merasa perlu memanggil Facebook lantaran platform ini telah dipakai dua kali untuk menayangkan konten-konten yang bernada kekerasan atau bunuh diri.

Selanjutnya, video live streaming ini disimpan oleh pihak lain. Oleh karenanya, meskipun sudah dihapus tetap ada saja yang mengunggahnya kembali dan menjadi viral di berbagai platform.

Semmy menganggap, pihak Facebook juga kesulitan menghapus video penembakan masjid di Selandia Baru yang menjadi viral.

"Yang video live streaming mereka kewalahan, kan ada satu setengah juta (yang sudah dihapus). Dari kami aja ada 1500 video (yang sudah dihapus). Kalau kita lihat pihak Selandia Baru merasa (penghapusan video) terlalu lambat ya karena memang variannya banyak sekali, ada yang diubah," tutur Semmy.

Ingin Moderator Facebook Lebih Baik

Wajah dan Senjata Terduga Pelaku Penembakan di Masjid Selandia Baru
Wajah Brenton Tarrant terduga pelaku penambakan di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3). Warga Australia berusia 28 tahun tersebut melepaskan tembakan secara brutal ke dua masjid di Christchurch. (AP Photo)

Semmy mengatakan, pihaknya ingin agar Facebook memiliki moderator konten yang lebih baik serta canggih.

"Atau mereka harus pakai tools yang lebih canggih, jadi kami harap Facebook tidak bergantung pada laporan pengguna. Kalau mengandalkan laporan pengguna, tidak bisa terbaca videonya saat itu juga," kata Semmy.

Dia mencontohkan, jika Facebook menerapkan tool seperti AI atau machine learning, saat itu juga mereka bisa langsung menghapus video-video yang beredar, meski sudah diubah.

"Variannya banyak karena ada yang edit, jadinya enggak kebaca dan butuh waktu lama. Kami panggil terkait ini dan bagaimana ke depannya," ujarnya.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya