Liputan6.com, Jakarta - Avast, program antivirus gratis yang digunakan oleh jutaan orang di dunia, dilaporkan menjual data sensitif milik pengguna.
Berdasarkan laporan Motherboard dan PCMag, Avast kedapatan menjual data penelusuran web pengguna melalui anak perusahaan mereka, Jumpshot.
Dikutip dari laporan tersebut, Selasa (28/1/2020), software Avast ini mampu melacak klik dan aktivitas online pengguna ke berbagai laman web di internet.
Advertisement
Baca Juga
Walau data yang dijual oleh Jumpshot tidak terkait dengan nama pengguna secara spesifik, alamat email atau IP, setiap riwayat penggunaan dipasangkan ID khusus yang akan tetap muncul terkecuali pengguna menguninstal antivirus Avast.
Adapun beberapa pelanggan Jumpshot sebelumnya dan sekarang, serta klien potensial mereka, termasuk Google, Yelp, Microsoft, Pepsi, dan masih banyak lagi.
Bantahan Avast
Menanggapi hal tersebut, juru bicara Avast mengatakan Jumpshot tidak menyimpan "informasi pribadi pengguna, termasuk nama, alamat email, atau detail kontak."
Avast menyebutkan, pengguna selalu memiliki opsi untuk memilih tidak membagikan data mereka dengan Jumpshot.
"Mulai Juli 2019, kami sudah mulai menerapkan pilihan untuk membagikan atau tidak data pengguna di semua unduhan antivirus milik perusahaan yang akan selesai pada Februari 2020," ucapnya.
Informasi, Avast sempat mengalami masalah ketika kedapatan extention di browser mengumpulkan lebih banyak data pengguna daripada yang diperlukan.
Karena hal tersebut, Avast pun sempat dihapus (sementara) dari web store di browser.
(Ysl/Isk)
Advertisement