Ini Tips Buat Orangtua yang Anaknya Ingin Jadi Influencer

Apa saja yang harus diperhatikan untuk membesarkan calon bintang Youtube atau Instagram (influencer) masa depan? Ikuti tips berikut.

oleh Iskandar diperbarui 09 Nov 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2020, 12:00 WIB
Potret Gemas Ryan Kaji (sumber: Instagram/@ryantoysreview)
Potret Gemas Ryan Kaji (sumber: Instagram/@ryantoysreview)

Liputan6.com, Jakarta - Studi baru dari Kaspersky mengungkapkan 63 persen orangtua di Asia Tenggara mengatakan anak-anak mereka lebih sering menggunakan internet di masa pandemi.

Faktor-faktor seperti kelas online, tutorial virtual, e-gaming, dan hiburan untuk menghindari kebosanan menjadi indikator paling utama dalam hal ini. Bahkan sebelum masa lockdown, anak-anak mengetahui tren influencer di internet.

Faktanya, sebuah survei dari Morning Consult pada 2019 mengungkapkan 86 persen orang yang berusia antara 13 hingga 38 tahun bermimpi untuk menjadi salah satunya. Demikian menurut keterangan resmi dari Kaspersky, Senin (9/11/2020).

Penelitian yang sama dari Kaspersky, berjudul "More Connected Than Ever Before: How We Build Our Digital Comfort Zones" yang melibatkan 760 responden dari Asia Tenggara, menyebut lebih dari setengah (52 persen) orangtua percaya bahwa anak-anak mereka tahu bagaimana menjaga keamanan diri saat online.

Akan tetapi, hanya 27 persen yang membantah pernyataan itu, sementara 16 persen lainnya masih ragu-ragu.

Saat ini kemungkinan minat anak-anak untuk menjadi influencer lebih tinggi. Namun, apa saja yang harus diperhatikan untuk membesarkan calon bintang Youtube atau Instagram masa depan?

 

 

 

 

Jejaring Sosial Berubah Jadi Jaringan Publik

ilustrasi foto sosial media/pexels
ilustrasi foto sosial media/pexels

Saat ini, beberapa anak menggunakan akun pribadi mereka di jejaring sosial secara diam-diam dengan mimpi bahwa mereka akan menjadi terkenal dan populer. Ini adalah pendekatan yang salah, pertama-tama, keamanan pribadi pengguna tersebut:

● Dalam situasi seperti itu, seorang anak dapat berkeinginan untuk melakukan sosialisasi di jejaring sosial sebagai upaya awal menuju popularitas, sementara hal itu mungkin bisa menjadi upaya eksploitasi yang cukup mudah.

● Anak-anak sering kali berbagi lebih banyak informasi tentang diri mereka sendiri di akun personal (private) dibandingkan jika akun tersebut awalnya dibuat untuk publik

● Akun semacam itu menarik banyak troll internet, dengan komentar tidak menyenangkannya dapat menyebabkan trauma psikologis cukup serius.

Jika kamu memahami bahwa anak memiliki ketertarikan menjadi blogger populer, kamu harus menerima kenyataan bahwa jejaring sosial pasti akan berubah menjadi jaringan publik, terbuka untuk semua pendatang.

 

Terapkan Keamanan Sebaik Mungkin

Ilustrasi Sosial Media
Ilustrasi sosial media. (dok. Austin Distel/Unsplash/Adhita Diansyavira)

Kamu perlu bersiap untuk ini sehingga dapat membantu anak menerapkan keamanan sebaik mungkin. Berikut beberapa saran yang dapat diterapkan:

1. Ingatlah bahwa jejaring sosial akan tetap menjadi cara berkomunikasi dengan lingkaran teman dekat untuk anak kamu. Jangan ubah akun personal menjadi akun publik, lebih baik meninggalkan satu atau dua situs di mana kerumunan orang asing berbahaya tidak akan mengganggu anak.

Akun pribadi harus ditutup untuk semua orang kecuali teman, kerabat, guru, dan orang penting lainnya dari kehidupan nyata.

2. Ingatkan anak kamu tentang reputasinya. Ingatkan bahwa semua yang diunggah di internet tetap ada di internet, dan misalnya memberikan argument yang terlalu keras dan radikal, dapat meninggalkan jejak sehingga mungkin berpengaruh pada karir dan pendidikan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, jelaskan kepada anak bahwa, sebelum memilih kosa kata yang terlalu ekspresif, mereka harus memikirkan cara lain yang lebih dapat diterima untuk mengekspresikan diri.

3. Buatlah akun untuk umum bersama anak kamu. Jangan mengungkapkan informasi sensitif apa pun - alamat, nomor sekolah, telepon, tempat yang sering dikunjungi, tautan ke halaman kerabat.

Jika akun tersebut benar-benar memiliki popularitas, maka semua data ini dapat digunakan untuk membahayakan anak dan keluarga kamu. Ajari anak tentang apa yang harus disebarkan kepada dunia dengan tepat.

4. Beri tahu anak tentang cyber-stalking. Penguntitan dunia maya adalah pelecehan online yang berpotensi berkembang menjadi pelecehan dunia nyata. Ini bukan tentang troll yang menghina atau menyinggung pihak tertentu, melainkan tentang orang-orang yang mencari hubungan atau pertemuan lebih dekat.

Ini tentang bagaimana penggemar berperilaku dengan idola mereka. Seorang anak harus mengetahui bahwa hal ini dapat terjadi jika akunnya menjadi populer dan ingat bahwa dalam berkomunikasi personal dengan orang asing di akun publik juga dilarang untuk mengungkapkan informasi sensitif meskipun komunikasi ini telah berlangsung lama.

 

Gunakan Anti-Virus

[Fimela] WhatsApp
Ilustrasi Media Sosial dan Aplikasi Chat | unsplash.com/@christianw

5. Atur keamanan semua akun jejaring sosial. Ketika kamu menjadi orang publik, di satu sisi jejaring sosial akan berubah menjadi bagian utama kehidupan, dan di sisi lain, terdapat segelintir pihak yang ingin meretas akun kamu. Dengan demikian, kehilangan nama pengguna/sandi akan menjadi lebih mudah bagi anak.

Untuk mengurangi risiko tersebut, gunakan perangkat lunak anti-virus, kata sandi kompleks yang berbeda untuk semua akun, menerapkan otentikasi dua faktor di manapun untuk menerima kata sandi sekali pakai yang akan dikirim ke nomor telepon kamu serta metode pemulihan kata sandi cadangan jika memungkinkan.

6. Mempersiapkan anak menghadapi invasi troll internet. Bahkan jika popularitasnya tidak begitu banyak, orang asing yang gemar mengejek orang lain mungkin akan muncul ke permukaan.

Jelaskan kepada anak bahwa apa pun yang dikatakan orang-orang tersebut tidak perlu dihiraukan. Setiap orang memiliki gaya tersendiri dalam menghadapi orang-orang seperti itu di depan umum: seperti mengabaikan atau menghapus komentar mereka, sementara yang lain menjawabnya sama kasarnya.

Itu semua tergantung pada persona yang dibuat. Di saat yang sama, kamu tidak perlu menanggapi komentar tidak menyenangkan di akun pribadi. Jelaskan kepada anak bahwa pilihan berperilaku agresif bukan menjadi pilihan.

7. Ingatkan anak mengenai hukum. Beberapa negara memiliki peraturan cukup ketat mengenai perilaku di internet. kamu dan buah hati harus terlebih dahulu memeriksa apakah topik yang dipilih untuk konten blog aman untuk dibicarakan.

(Isk/Ysl)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya