Serangan Ransomware di Rumah Sakit Antara Hidup dan Mati

Perusahaan keamanan siber Kaspersky menilai, serangan ransomware di klinik atau rumah sakit secara harfiah adalah persoalan hidup atau mati.

oleh Iskandar diperbarui 04 Mei 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau Wannacry
Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau yang disebut juga Wannacry (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Kaspersky menilai, serangan ransomware di klinik atau rumah sakit secara harfiah adalah persoalan hidup atau mati.

Pada 2020, sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia goyah di bawah tekanan pandemi Covid-19, dan serangan pelaku kejahatan siber kian menambah beban yang ada.

Salah satu ancaman paling signifikan pada tahun lalu bagi institusi kesehatan adalah serangan ransomware – yaitu upaya di mana penjahat dunia maya mengenkripsi data atau memeras manajemen dengan ancaman akan mempublikasikan data yang dicuri.

Konsekuensi dari serangan tersebut bermacam-macam. Di samping kekacauan yang jelas berbahaya pada layanan medis, institusi kesehatan bisa menghadapi dampak jangka panjang mulai dari denda regulasi hingga tuntutan para pasien yang turut mengalami pelanggaran data pribadi.

Berikut paparan dari Kaspersky tentang berbagai cara kerja ransomware tingkat tinggi dan cara melindungi diri dari ancaman tersebut.

 

Serangan Rasomware Tingkat Tinggi

Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau Wannacry
Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau yang disebut juga Wannacry (iStockphoto)

Salah satu kasus yang paling banyak dibicarakan tahun lalu adalah serangan ransomware Ryuk di Universal Health Services (UHS) pada September 2020.

Grup ini mengoperasikan 400 fasilitas medis di Amerika Serikat (AS), Inggris Raya, dan negara lain. Untungnya, tidak semua rumah sakit dan klinik mengalami dampak, namun serangan itu melanda fasilitas UHS di beberapa negara bagian AS.

Insiden itu terjadi pada hari Minggu pagi, dimana komputer perusahaan gagal melakukan booting, dan beberapa karyawan menerima permintaan uang tebusan. Jaringan telepon juga turut terpengaruh. Departemen TI harus meminta staf untuk bekerja dengan cara lama, yaitu tanpa TI.

Secara alami, hal itu menyebabkan gangguan besar pada alur kerja klinik yang biasa, memengaruhi perawatan pasien, tes laboratorium, dan banyak lagi. Beberapa fasilitas bahkan harus merujuk pasien ke rumah sakit lain.

Sementara itu, sebuah insiden di Ascend Clinical, yang khusus melayani pengujian untuk penyakit ginjal, menghadapi kebocoran data yang memengaruhi lebih dari 77.000 pasien. Penyebab infeksi diketahui bahwa seorang karyawan mengklik tautan di email phishing. Setelah menembus sistem, para pelaku kejahatan siber mendapatkan data pribadi pasien - nama, tanggal lahir, nomor jaminan sosial.

Serangan terhadap Magellan Health pada April 2020 membahayakan data pribadi karyawan dan pasien (menurut laporan media, sebanyak 365.000 korban).

Entah bagaimana para pelaku kejahatan siber melalui rekayasa sosial berhasil untuk menyamar sebagai klien, mendapatkan akses ke jaringan internal, menggunakan malware untuk mencegat kredensial masuk, dan akhirnya mengenkripsi data pada server.

Secara umum, ketika menyerang fasilitas kesehatan, para pelaku kejahatan siber cenderung lebih menyukai mengenkripsi dan mencuri data dari server daripada workstation.

Hal yang sama terjadi dengan server Institut Ortopedi Florida, ketika penyerang mengenkripsi data 640.000 pasien (yang sebelumnya dicuri). Hal itu mengakibatkan gugatan yang tidak menyenangkan.

Contoh di atas hanya beberapa insiden profil tinggi dari pemberitaan tahun lalu. Faktanya, masih banyak terdapat kasus serangan ransomware canggih lainnya.

 

 

Tips Tangkal Serangan Ransomware

Ransomware
Indonesia Kena Serangan Siber, Pakar: Jangan Sepelekan Keamanan. (Doc: PCMag)

Kaspersky memberikan tips bagi institusi kesehatan untuk membentengi diri di dunia maya:

1. Melindungi seluruh perangkat, dan tidak hanya komputer

Ponsel cerdas, tablet, terminal, kios informasi, peralatan medis, dan apa pun milik perusahaan yang mempunyai akses ke jaringan perusahaan dan Internet;

2. Selalu perbarui semua perangkat

Sekali lagi, itu bukan hanya komputer. Proteksi dunia maya untuk, katakanlah, tomograf mungkin tidak langsung muncul dalam pikiran, tetapi pada dasarnya juga merupakan komputer dengan sistem operasi yang mungkin memiliki kerentanan.

Idealnya, keamanan harus memainkan peran utama dalam pemilihan peralatan--paling tidak, sebelum melakukan pembelian. Kamu dapat meminta vendor untuk mengonfirmasi bahwa mereka telah merilis pembaruan untuk perangkat lunaknya.

3. Instal solusi keamanan untuk melindungi email

Melindungi komunikasi elektronik sangat penting; organisasi medis menerima banyak email, termasuk spam, yang tidak hanya berisi konten berbahaya berbahaya, tetapi juga lampiran merusak.

4. Memberikan pelatihan kepada seluruh lapisan karyawan

Artinya admin, dokter, dan siapa pun yang menyentuh teknologi harus mengerti tentang sesadaran keamanan siber. Hal ini perlu dilakukan secara rutin layaknya penggunaan masker selama operasi.

5. Gunakan layanan respons deteksi terkelola

Banyak serangan ransomware modern kini dilakukan dengan cara yang kami sebut "manual". Dengan kata lain, para pelaku kejahatan siber di balik serangan ransomware modern cenderung tidak menembakkan malware scattershot, melainkan mencari cara untuk menginfeksi komputer dan server korban tertentu, yang seringkali menggunakan seni rekayasa sosial.

Dalam beberapa kasus, setelah menyusup ke jaringan, mereka mempelajari infrastruktur secara mendalam untuk mencari data yang paling berharga.

Untuk mendeteksi serangan tersebut, apabila perlindungan titik akhir perusahaan masih kurang memadai, sebaiknya gunakan layanan respons deteksi terkelola untuk memantau infrastruktur kamu dari jarak jauh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya