Mengenal Aset Digital Non-Fungible Token Berteknologi Blockchain

Belakangan ini istilah non-fungible token (NFT) kian populer di tengah penggemar aset digital.

oleh Iskandar diperbarui 25 Jun 2021, 06:30 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2021, 06:30 WIB
Sebuah truk yang diparkir di luar rumah lelang Christie menampilkan seni digital CryptoPunk non-fungible token (NFT) di papan reklame elektronik pada 11 Mei 2021 di New York City. Dia Dipasupil/Getty Images/AFP
Sebuah truk yang diparkir di luar rumah lelang Christie menampilkan seni digital CryptoPunk non-fungible token (NFT) di papan reklame elektronik pada 11 Mei 2021 di New York City. Dia Dipasupil/Getty Images/AFP

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini istilah non-fungible token (NFT) kian populer di tengah penggemar aset digital.

Baru-baru ini, sebuah karya digital berjudul 'Every Day-First 5000 Days' terjual dengan nilai hampir mencapai Rp 1 triliun di salah satu rumah lelang seni terkemuka di dunia, Christie’s.

Ya, karya tersebut merupakan sebuah aset NFT yang menggunakan teknologi blockchain. NFT sendiri pada dasarnya adalah token yang tidak dapat direplikasi dan tidak dapat diganti.

Dengan non-fungible token, karya seni dapat 'ditokenisasi' untuk membuat sertifikat kepemilikan digital yang dapat dibeli dan dijual.

Seperti kripto, catatan tentang siapa yang memilikinya akan disimpan di buku besar bersama yang dikenal sebagai blockchain. Catatan itu tidak dapat dipalsukan karena buku besar dikelola oleh ribuan komputer di seluruh dunia.

Oleh karena itu, sebuah karya seni non-fungible token selalu unik dan dapat diautentikasi dengan teknologi blockchain melalui sertifikat keaslian dan kepemilikan yang tidak dapat diubah.

Pembeli dapat melacak kembali kepemilikan dari sebuah NFT ke pencipta tanpa perantara atau rumah lelang untuk mengkonfirmasi.

 

NFT Marketplace

Untuk meramaikan pasar aset digital NFT di Indonesia, pertukaran cryptocurrency Binance merangkul selebritas lokal Luna Maya dan seniman Marco Melgrati untuk meluncurkan NFT Marketplace.

Marco Melgrati adalah ilustrator asal Italia yang menetap di Bali. Karya-karya Marco banyak menyuarakan protes terhadap kehidupan dan mengekspresikan protes terhadap hal-hal yang salah tentang masyarakat modern.

Menurut siaran pers yang Tekno Liputan6.com terima, Jumat (25/6/2021), NFT Marketplace bertujuan untuk menciptakan ekosistem bagi pencipta dan kolektor untuk lebih dekat dan berdagang dengan lebih mudah.

Pengguna dapat dengan mudah memasukkan non-fungible token ke marketplace dan memilih untuk menjual atau melelang NFT dengan biaya minimal.

Binance membebankan biaya pemrosesan yang sangat rendah sebesar 1 persen, di mana pencipta atau penyetor akan menerima biaya loyalitas 1 persen untuk semua transaksi berikutnya.

 

Proyek 100 Creators

Pada peluncuran awal, Binance mengumumkan proyek 100 Creators untuk menginspirasi dan mengidentifikasi bakat kreatif di seluruh dunia. Juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbagi karya dengan kolektor dan penggemar NFT.

Red Hong Yi, salah satu seniman kontemporer Malaysia yang karya-karyanya telah ditampilkan di sampul majalah TIME, mengungkapkan karya-karya yang ditunjukkan di peluncuran Binance NFT Marketplace.

Ia mengatakan karya pertamanya terinspirasi oleh budaya internet 'meme' dan juga merupakan bagian dari seri yang disebut 'MemeBank'.

100 artis yang akan meluncurkan karyanya berasal dari berbagai negara seperti Prancis, Jerman, Italia, Cina, Rusia, Singapura, Indonesia, Meksiko, Inggris, Turki, Spanyol, Jepang, Thailand, Filipina, dan Malaysia.

(Isk/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya