Liputan6.com, Jakarta - Dua perusahaan antivirus, NortonLifeLock (Norton) dan Avast dilaporkan telah merger dalam sebuah kesepakatan bernilai USD 8 miliar atau setara Rp 115 triliun.
Merger kedua perusahaan antivirus ini terjadi setelah Norton mengakusisi seluruh saham Avast. Dengan bergabungnya dua perusahaan, kini Norton jadi perusahaan antivirus berskala lebih besar.
Advertisement
Baca Juga
"Dengan kombinasi ini, kami dapat meningkatkan platform keamanan siber publik dan membuatnya tersedia untuk lebih dari 500 juta pengguna," kata CEO NortonLifeLock, Vincent Pillete, dikutip dari The Verge, Rabu (11/8/2021).
Pillete juga menambahkan, merger ini membuat perusahaan memiliki kemampuan untuk mengakselerasi inovasi guna mentransformasikan keamanan siber.
Merger keduanya ditengarai akan mengarah pada produk antivirus yang mencakup manfaat dari fokus Avast pada privasi dan pengalaman Norton dalam hal identitas, terutama ketika keamanan siber menjadi hal krusial bagi konsumen dan bisnis.
Sekadar informasi, Avast merupakan perusahaan antivirus yang didirikan di Republik Ceko dan telah membuat software untuk konsumen dan bisnis kecil selama 11 tahun. Avast mengakuisisi perusahaan antivirus AVG lima tahun lalu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tentang Norton
Sementara, NortonLifeLock mulanya adalah layanan konsumer milik Symantec yang tersisa setelah Broadcom mengakuisisi bisnis keamanan Symantec dua tahun lalu.
Produk antivirus Norton sendiri sudah ada dalam berbagai bentuk sejak 1991. Antivirus ini terus jadi pilihan populer bagi konsumen selama 30 tahun terakhir.
Bergabungnya kedua perusahaan akan memperkuat bisnis keamanan siber perusahaan. Pasalnya, serangan ransomware tengah meningkat dengan kasus high profile terjadi hampir tiap minggu.
Advertisement
Berbagai Serangan Siber Belakangan Ini
Belum lama ini misalnya, Gigabyte terkena serangan ransomware. Selain itu ada pula serangan ransomware yang menyerang pelanggan perangkat manajemen software IT jarak jauh Kaseya pada bulan lalu.
Serangan semacam ini dapat menyebabkan masalah pada rantai pasokan perusahaan hingga insiden ransomware atau malware yang mempengaruhi konsumen biasa.
Konsumen pun kerap jadi korban ketika database kartu kredit atau informasi data pribadi bocor.
(Tin/Isk)
Â