Siswa SMK Ini Ciptakan Platform Belajar Sejarah Berbasis Cloud

Lewat laman web buatannya yang bernama Very Second, Bima ingin menumbuhkan kembali minat sebayanya untuk belajar sejarah.

oleh Yuslianson diperbarui 06 Sep 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2021, 19:00 WIB
AWS
Bima Mukhlisin, SMK Negeri 2 Pengasih Kulon Progo ciptakan platform belajar sejarah berbasis cloud. (Ist.)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang siswa SMK Negeri 2 Pengasih Kulon Progo, Bima Mukhlisin, menunjukkan kreativitas inovatifnya ketika mengikuti program sosialisasi cloud yang digelar AWS.

Bersama dengan teman-temannya, Bima mampu mengembangkan platform belajar sejarah interaktif yang bernama Very Second

Lewat laman web buatannya tersebut, Bima ingin menumbuhkan kembali minat sebayanya untuk belajar sejarah.

Berkat kreativitas itu, Bima dan rekannya berhasil memenangkan kompetisi Cloud Computing Club Yogyakarta untuk kategori SMK yang diselenggarakan AWS bersama Yayasan Sagasitas Indonesia.

Cloud computing adalah masa depan. Bekal ilmu yang telah kami dapatkan tidak akan pernah habis walaupun dibagikan ke semua orang,” tutur Bima kepada tim Tekno Liputan6.com.

Dia menambahkan, "Sebagai siswa Teknik Jaringan Komputer yang bercita-cita menjadi engineer, pelatihan ini memberi saya bekal ilmu dan keterampilan yang bermanfaat untuk masa depan yang lebih baik."

Adapun kompetisi ini juga mendapatkan dukungan dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Manfaat Program Pengembangan SDM di Bidang Cloud

Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Lebih lanjut, manfaat program pengembangan kompetensi SDM di bidang cloud juga dirasakan oleh para santri berkat kerja sama AWS dengan Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdatul Ulama (RMI NU).

Bersama organisasi yang membawahi pesantren terafiliasi PBNU di seluruh Indonesia ini, AWS mengadakan pelatihan dan dukungan laptop melalui program Laptop for Builders.

Hatim Gazali, Pengurus RMI NU, mengatakan, “Para santri di seluruh negeri, termasuk yang berada di pelosok, mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan berkualitas guna mengembangkan kompetensinya."

"Kami percaya, tidak boleh ada pihak yang tertinggal dalam pembangunan nasional yang kian mengandalkan teknologi. AWS patut diapresiasi sebagai salah satu lembaga terdepan yang menggerakkan edukasi teknologi di kalangan pesantren,” tutur Gus Hatim.

 

Kebutuhan Indonesia terhadap SDM Cakap Digital

Foto: www.nostra.ie

Program-program peningkatan kompetensi di bidang teknologi digital, termasuk cloud, yang melibatkan industri, menjadi fondasi untuk mendukung terwujudnya visi Indonesia Emas 2045.

Menjawab kebutuhan ini, Country Leader Indonesia, AWS, Gunawan Susanto mengungkapkan bahwa AWS berkomitmen untuk menggelar program-program peningkatan keterampilan di bidang cloud di Indonesia. Target pesertanya pun beragam dari siswa sekolah menengah hingga pengembang profesional.

Di Indonesia, AWS bekerja sama dengan komunitas-komunitas lokal. Selain Yayasan Sagasitas Indonesia dan RMI NU, AWS juga bekerja sama dengan Dicoding, sebuah startup yang bergerak di bidang pendidikan.

Bersama Dicoding, AWS menggelar program beasiswa bagi pengembang Cloud dan back-end. Program ini menawarkan pelatihan gratis kepada 100 ribu peserta didik pertama dengan kurikulum pengembangan back-end yang komprehensif. Peserta disiapkan untuk mengikuti dua uji sertifikasi AWS, AWS Certified Cloud Practitioner dan AWS Certified Solutions Architect-Associate.

(Ysl/Tin)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya