Liputan6.com, Jakarta - Dua pemuda asal Malang, Tubagus dan Ashab, membangun startup peternakan berbasis teknologi bernama ChikIn Indonesia.
Startup ini hadir untuk memberikan kemudahan peternak guna mengendalikan iklim kandang ayam melalui aplikasi di smartphone dan memberikan data langsung secara digital.
Baca Juga
Keduanya merintis bisnis selama kuliah dan bertemu dalam komunitas wirausaha muda Universitas Brawijaya, Malang. Sebelumnya, Tebe (panggilan akrab Tubagus) menggeluti bisnis makanan, kedai kopi, hingga daur ulang plastik dan benang.
Advertisement
Sementara Ashab adalah pria lulusan jurusan peternakan yang membawa ilmunya dalam meningkatkan efisiensi peternakan. Sebagai pengusaha, keduanya mengidentifikasi masalah yang ada pada peternakan ayam di Indonesia.
Setelah empat tahun menjalankan bisnis kandang ayam secara konvensional, keduanya menghadapi banyak masalah dalam produksi kandang ayam dengan model close house, termasuk rendahnya rasio pertumbuhan daging, tingkat kematian tinggi, dan pemborosan listrik.
Deretan masalah tersebut mempengaruhi usaha peternakan ayam yang memiliki margin kecil bagi peternak.
Meskipun sudah terbilang modern di Indonesia, sistem kandang close house masih menggunakan sistem analog dan sering tidak akurat dalam mengendalikan iklim kandang, sebuah hal yang krusial dalam beternak ayam pedaging (broiler).
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Boyong Teknologi IoT
Sebagai solusi, mereka akhirnya memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT). Ahmad selaku Chief Technology Officer (CTO) ChikIn Indonesia adalah sosok di balik pengembangan infrastruktur digital dan peranti IoT di perusahaan.
Ahmad mengatakan dalam menjalankan bisnis peternakan dibutuhkan data yang komprehensif tentang kebutuhan ayam, seperti jumlah pakan, suhu, kelembaban, dan pemakain listrik.
"(Data itu) yang coba kami berikan kepada peternak dan pemilik kandang agar bisa menjalankan usaha mereka lebih efisien," ujar Ahmad melalui keterangannya, Rabu (24/11/2021).Â
Advertisement
Hardware Dalam Kandang
ChikIn Indonesia mengembangkan hardware di dalam kandang ayam yang terintegrasi dengan software yang digunakan melalui smartphone untuk memudahkan peternak mengontrol data serta mengendalikan suhu dan kelembaban kandang sesuai kebutuhan ayam.
Selain itu, teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) AI) ChickIn juga mampu mengenali kebutuhan iklim ayam sesuai dengan umur dan ukuran ayam.
ChikIn mengklaim manfaat dari penggunaan teknologi Smart Farm ChickIn adalah peternak yang memakai IoT rata-rata menghemat hingga Rp 3.000 per ayam untuk efisiensi pakan dan Rp 1.000 per ayam untuk pengurangan biaya.
Jumlah itu bisa mencapai Rp 120 juta jika dalam satu kandang terdapat 30.000 ekor ayam.
Â
Wujudkan Ketahanan Pangan
ChickIn memiliki visi untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia melalui inovasi teknologi peternakan ayam. Tebe, CEO ChickIn, melihat bahwa potensi industri unggas bisa bertumbuh secara signifikan ke depannya.
Nilai pasar produksi dan konsumsi daging ayam di Indonesia per tahun telah mencapai USD 16,9 miliar dan bisa berlipat ganda.
Selain itu, penting juga bagi ChickIn bahwa peternak yang terlibat langsung dalam industri ini merasakan manfaat pertumbuhan secara langsung.
Advertisement