Apa Itu Hujan Meteor Geminid? Puncaknya Akan Berlangsung Malam Ini, 14 Desember 2021

Apa itu Hujan Meteor Geminid, yang puncaknya akan terjadi malam ini, Selasa (14/12/2021) hingga Rabu (15/12/2021)?

oleh Iskandar diperbarui 14 Des 2021, 10:46 WIB
Diterbitkan 14 Des 2021, 10:46 WIB
Hujan Meteor Geminid
Hujan Meteor Geminid (@unearthedimagery/Instagram).

Liputan6.com, Jakarta - Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), puncak Hujan Meteor Geminid akan berlangsung pada, Selasa (14/12/2021) malam ini hingga Rabu (15/12/2021).

Fenomena langit ini sudah diprediksi LAPAN sejak akhir November 2021. Lalu, apa itu Hujan Meteor Geminid?

Dikutip dari situs resmi LAPAN, Geminid merupakan hujan meteor utama yang titik asal kemunculan meteor berada di dekat bintang Alfa Geminorum (Castor) konstelasi Gemini.

"Hujan Meteor Geminid berasal dari sisa debu asteroid 3200 Phaethon (1983 TB) yang mengorbit Matahari dengan periode 532,6 hari," tulis LAPAN dalam situs web-nya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Jam Berapa Terjadinya Hujan Meteor Geminid?

Hujan Meteor Geminid
Hujan Meteor Geminid (@outlaw_indian_imaging/Instagram).

LAPAN mengungkapkan Hujan Meteor Geminid dapat disaksikan sejak pukul 20.30 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari atau 25 menit sebelum terbenam Matahari, dari arah Timur Laut hingga Barat Laut.

Intensitas hujan meteor untuk Indonesia berkisar 86 meteor/jam (Sabang) hingga 107 meteor/jam (Pulau Rote).

Hal ini terjadi karena titik radian berkulminasi pada ketinggian 46 derajat hingga 63 derajat arah utara, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 120 meteor/jam.

"Pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang," saran LAPAN bagi pengamat yang ingin melihat fenomena ini.

 

Intensitas Hujan Meteor

Hujan Meteor Geminid
Hujan Meteor Geminid. (NASA)

Hal itu perlu dilakukan karena intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100 persen minus persentase tutupan awan, sekaligus berbanding terbalik dengan skala Bortle (skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya maka semakin besar cahaya yang timbul).

"Intensitas hujan meteor ini juga akan sedikit berkurang karena Bulan berada di dekat zenit saat titik radian sedang terbit," tulis LAPAN memungkaskan.

Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan

Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan
Infografis Apollo dan Jejak Manusia di Bulan. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya