Android, Windows, dan MacOS Mana yang Paling Banyak Malware-nya?

Terungkap platform yang paling banyak diserang malware pada 2022, apakah Android, Windows, atau MacOS?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 22 Mei 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2022, 16:00 WIB
Malware
Malware. Foto: codepolitan

Liputan6.com, Jakarta - Apple Insider mengungkap, ada 34 juta sampel malware baru yang ditemukan di lima bulan pertama 2022. Berdasarkan laporan dari Atlas data, terungkap sepanjang 2022, pengembang malware akan menciptakan lebih dari 316.000 ancaman malware baru tiap harinya.

Informasi yang didapatkan berdasarkan analisis data dari perusahaan antivirus independen AV-Test GmbH. Menurut perusahaan antivirus ini, sistem Windows menjadi sistem operasi mobile paling rentan di dunia. Mengutip Gizchina, Minggu (22/5/2022), sistem operasi Android milik Google lebih rentan dibandingkan sistem MacOS.

Dalam survei, pada Januari terdapat peningkatan terbanyak dalam pengembangan malware baru. Jumlahnya terdeteksi 11,41 juta sampel malware baru pada bulan pertama 2022.

Kemudian, pada Februari, ada 8,93 juta sampel malware yang terdeteksi. Kemudian pada Maret, terdapat 8,77 juta sampel malware yang dideteksi.

Hingga akhir kuartal pertama 2022, terdapat 29,11 juta ancaman malware baru. Dengan hitungan tersebut, setidaknya ada 5,65 juta sampel malware baru yang ditemukan pada April 2022.

Sementara dari perincian antar platform, di Microsoft Windows terdapat 25,48 juta sampel malware baru pada 2022. Sedangkan di Android hanya 536 ribu sampel malware baru. Untuk MacOS, jumlah sampel malwarenya paling sedikit pada 2022, yakni 2000-an malware.

Meski MacOS relatif jarang malware, Apple masih menemukan ancaman pada platform dan hal ini tidak bisa diterima, dibandingkan iOS.

Kerentanan dan ekspoilitasi tidak pernah terdengar ada di iOS, tetapi lebih jarang dibandingkan di MacOS. Prevalensi malware pada platform pesaing seperti Android dan Windows menjadi argumen Apple untuk tidak membuka platformnya.

Apple berulang kali menyebut, membuka sistemnya karena permintaan antimonopoli AS dan Uni Eropa bisa menyebabkan bahaya nyata bagi privasi dan keamanan pengguna.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Microsoft Blokir 9,6 Miliar Malware di 2021

Ilustrasi malware, scam, ancaman siber terkait Covid-19
Ilustrasi malware, scam, ancaman siber terkait Covid-19. Kredit: Engin Akyurt from Pixabay

Sebelumnya melalui sebuah laporan, Microsoft Security mengungkapkan bahwa di tahun 2021, mereka telah memblokir lebih dari 9,6 miliar ancaman malware dan lebih dari 35,7 miliar phising serta email berbahaya lainnya.

Mereka juga melaporkan, secara aktif melacak lebih dari 35 ransomware dan 250 pelaku ancaman dari negara, ransomware, serta aktivitas kriminal yang diawasi, di mana teknologinya telah memblokir lebih dari 900 upaya pencurian kata sandi setiap detiknya.

Vasu Jakkal, Vice President, Security, Compliance and Identity Microsoft dalam keterangan tertulisnya mengatakan, seiring dengan meningkatnya skala serangan, pertahanan juga perlu ditingkatkan.

"Semakin hari, semakin sulit bagi organisasi untuk membangun dan mengelola tim keamanan secara penuh, apalagi dengan terus berkembangnya keahlian yang dibutuhkan untuk memenuhi berbagai tuntutan keamanan saat ini," kata Jakkal, dikutip Jumat (13/5/2022).

Microsoft menilai, lanskap keamanan saat ini semakin menantang dan kompleks bagi semua pengguna. Berbagai ancaman tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan selama setahun terakhir.

 

Kerugian Akibat Kejahatan Siber

Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware
Ilustrasi Keamanan Siber, Kejahatan Siber, Malware. Kredit: Elchinator via Pixabay

Kejahatan siber pun diperkirakan akan merugikan dunia hingga USD 10,5 triliun per tahun pada tahun 2025. Angka ini meningkat dari USD 3 triliun di satu dekade sebelumnya, dan USD 6 triliun di tahun 2021, menurut data Cybercrime Magazine.

"Itulah sebabnya kami meluncurkan Microsoft Security Experts, yang menggabungkan teknologi terlatih oleh pakar dengan layanan yang dipimpin manusia untuk membantu organisasi mencapai hasil kerja yang lebih aman, patuh, dan produktif," kata Jakkal.

Microsoft sendiri mengumumkan peluncuran penawaran layanan keamanan baru di bawah kategori layanan Microsoft Security Experts.

Tiga layanan ini adalah Microsoft Defender Experts for Hunting, Microsoft Defender Experts for Extended Detection and Response (XDR), Microsoft Security Services for Enterprise

Terdapat juga dua layanan yang sebelumnya sudah ada, Microsoft Security Experts for Modernization dan Microsoft Security Experts for Incident Response. 

(Tin/Isk)

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya