Liputan6.com, Jakarta - Platform audio streaming Clubhouse dilaporkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap beberapa karyawannya. Kabar ini dilaporkan oleh media Bloomberg.
Tidak diketahui berapa banyak pekerja yang diberhentikan dari perusahaan. Meski begitu, ada juga beberapa karyawan yang secara sukarela cabut untuk mengejar peluang di luar Clubhouse.
Baca Juga
Dilansir Engadget, dikutip Senin (6/6/2022), salah satu karyawan yang diketahui berhenti adalah Nina Gregory, mantan editor National Public Radio, yang bergabung sebagai kepala news partnership initiative.
Advertisement
Kepada Bloomberg, juru bicara Clubhouse mengklaim hal ini merupakan bagian dari perampingan tim.
"Sejumlah peran dihilangkan sebagai bagian dari perampingan tim kami, dan beberapa individu memutuskan untuk mengejar peluang baru," kata juru bicara Clubhouse.
Mereka menambahkan, perusahaan terus melakukan perekrutan untuk posisi lain di bidang teknik, produk, dan desain.
Dalam laporannya, Bloomberg mencatat PHK itu menjadi bagian dari restrukturisasi yang lebih luas di Clubhouse, karena perusahaan ingin memikirkan kembali strategi pertumbuhannya.
Aplikasi Clubhouse sendiri cukup populer di awal pandemi Covid-19. Namun kedigdayaan beberapa platform milik Meta, Twitter, dan Spotify, tampaknya belum bisa ditandingi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Clubhouse Tak Terkejut Banyak Perusahaan Bikin Platform Audio
Clubhouse sendiri melakukan beberapa strategi demi menawarkan pengalaman live audio yang terbaik, seperti menambahkan teks real-time dan streaming audio berkualitas tinggi.
Paul Davison, Co-Founder dan CEO Clubhouse, dalam konferensi persnya tahun lalu, mengatakan mereka tidak terkejut dengan terjunnya perusahaan-perusahaan media sosial lain ke konten-konten audio.
Davison mengatakan, audio adalah sebuah medium yang bisa bertahan lama. Menurutnya sejak awal adanya peradaban, orang sudah saling mendengarkan orang lain berbicara. Ini berkembang dengan kemajuan teknologi.
"Jadi kami tidak terkejut ketika perusahaan-perusahaan lain memasukkan audio ke dalam platform media sosial mereka," kata Davison dalam acara yang digelar via Clubhouse itu, Selasa (16/11/2021).
Davison menilai hal itu adalah sesuatu yang baik bagi keseluruhan ekosistem audio itu sendiri. Menurutnya, hal ini akan membuat semakin banyak orang yang menggunakan audio untuk berkomunitas dan bersosialisasi.
Advertisement
Fokus
Davison saat itu mengatakan, fokus adalah hal yang penting bagi sebuah perusahaan aplikasi.
"Yang biasa Anda temukan, perusahaan yang mendefinisikan sebuah kategori, yang benar-benar fokus pada sebuah kategori, menjadi yang terdepan," kata Davison menambahkan.
Ia mencontohkan, di kategori teks sudah ada Twitter, sementara Instagram diakui memimpin untuk kategori konten gambar dan foto. Selain itu, untuk video sudah ada YouTube dan TikTok.
Menurutnya, ketika seseorang membuka sebuah aplikasi, maka konteksnya sangat terhubung dengan medium dan aplikasi tersebut.
Di sini, Davison mengatakan, ketika orang membuka aplikasi foto, maka belum tentu dia sudah menyiapkan earphone dan siap untuk terlibat dalam sebuah konten di platform tersebut.
Ingin Menciptakan Pengalaman Terbaik
"Saat Anda membuka aplikasi visual, Anda mungkin cuma punya waktu sebentar, tidak terhubung AirPod. Anda tidak mencari keterlibatan," kata Davison.
Maka dari itu, inilah yang membuat Clubhouse ingin menciptakan pengalaman yang terbaik bagi pengguna mereka di dunia melalui mediumnya.
Clubhouse pun mengklaim bahwa mereka memiliki komunitas dan kreator yang bergerak di bidang audio terbaik di dunia. Menurut Davison, mereka pun berupaya untuk fokus dan menjadi lebih baik bagi komunitasnya.
"Dalam setiap platform media sosial yang membedakan adalah komunitasnya, bukan hanya kemauan dari perusahaannya, tetapi dari orang-orang yang ingin menggunakannya."
(Dio/Ysl)
Advertisement