Ini Alasan iPhone Pertama Tidak Usung Fitur Copy Paste

Apple baru memperkenalkan fitur copy paste ini di iPhone 3GS. Lalu apa yang menjadi alasan iPhone tidak memiliki fitur tersebut?

oleh Yuslianson diperbarui 22 Jun 2022, 06:30 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2022, 06:30 WIB
iPhone
iPhone 5s merupakan seri iPhone 5 dengan dukungan pemindai sidik jari bernama Touch ID

Liputan6.com, Jakarta - Apple telah menghadirkan sejumlah fitur inovatif dan paling anyar di berbagai deretan model iPhone yang diluncurkan setiap tahunnya.

Memasuki tahun ke-15 sejak pertama kali iPhone diperkenalkan pada 29 Juni 2007, banyak pengguna yang tidak tahu ponsel pertama Apple itu tidak memiliki fitur copy dan paste.

Yup, Apple baru memperkenalkan fitur copy dan paste ini di iPhone 3GS. Lalu apa yang menjadi alasan iPhone tidak memiliki fitur tersebut?

Mantan insinyur dan perancang sofware Apple, Ken Kocienda, mengungkap alasan kenama iPhone pertama itu tidak memiliki fitur copy dan paste.

Penjelasan singkat dan lucu Kocienda adalah karena para insinyur Apple tidak punya waktu untuk mengimplementasikan fitur tersebut.

"Tim Apple sudah disibukkan dengan membuat keyboard virtual iPhone dan sistem autocorrect-nya," kata Ken Kocienda, sebagaimana dikutip dari 9to5Mac, Selasa (21/6/2022).

Setelah iPhone dirilis, Ken dan timmnya memutuskan untuk mengerjakan fitur copy paste tersebut. Namun, masih perlu beberapa saat sebelum fitur itu siap dipakai.

Dia menjelaskan, dirinyalah yang pertama kali memberikan ide "magnifying text loupe" atau "kaca pembesar virtual" di iPhone.

Dengan ini, pengguna dapat mengetahui di mana tepatnya mereka mengarahkan kursor teks, yang sangat penting untuk menyalin dan menempel.

Namun, dengan kaca pembesar virtual itu kursor tetap berpindah antar karakter setelah pengguna mengangkat jari mereka dari layar karena kedipan alami.

Ken Kocienda pun harus mengembangkan "touch history log" ​​hanya untuk mengedit teks.

Setelah melepaskan jari dari layar, sistem secara otomatis mendeteksi posisi jari pengguna milidetik setelah sentuhan terakhir, sehingga kursor tetap berada di tempat yang diinginkan pengguna.

Dengan banyaknya fitur yang harus dikembangkan, tim Apple baru merilis copy paste ini di iPhone OS 3.0 pada tahun 2009 dan terinstal langsung di iPhone 3GS. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Apple Usung Fitur Lawas di Android

iPhone SE 2022 mengusung desain yang sama dengan iPhone SE 2020, dengan dukungan Touch ID. (Foto: Apple Newsroom).

Belum lama ini sejumlah laporan beredar terkait kehadiran iPhone 14 Series, September mendatang. Salah satu hal yang menarik adalah iPhone 14 Pro series akan didukung fungsi always on display.

Jika fitur always on display benar ada di iPhone 14 Pro series, ini merupakan pertama kalinya ada iPhone yang dibekali fitur always on display. Padahal di Android, fitur always on display layaknya fitur yang wajib ada di ponsel seri menengah atau flagship sejak bertahun-tahun lalu.

Dengan implementasi fitur always on display, Apple tampaknya berupaya membuat iPhone kelihatan inovatif, padahal fitur yang diusung cukup lawas di Android.

Sebenarnya, seberapa sulitkah implementasi fitur always on display di layar iPhone?

Mengutip Gizchina, Selasa (14/6/2022), pada awal kemunculan feature phone, ada banyak ponsel yang hadir dengan flashing light alias lampu berkedap kedip. Flashing light kala itu ada untuk mengingatkan ke pengguna di ponsel mereka ada panggilan tak terjawab, SMS, hingga baterai hampir habis.

Dengan fitur flashing light, pengguna bisa mendapatkan berbagai informasi penting tanpa harus menyalakan layar. Fitur ini bahkan nyaman dipakai dan dianggap sebagai pendahulu dari always on display.

Nah, always on display menampilkan informasi penting di bagian layar OLED yang selalu aktif. Kehadirannya menggantikan fungsi flashing light.

Meski begitu, pada awal kehadiran smartphone, always on display bukanlah hal yang umum, karena sebagian ponsel saat itu memakai layar LCD, di mana jenis layar ini tak terlalu cocok untuk menerapkan AoD.

Lebih Hemat Daya

Apple luncurkan iPhone SE 2022 dengan kemampuan 5G. (Doc: Apple)

Karena karakteristik latar layar LCD, meski hanya sebagian kecil konten yang ditampilkan, seluruh layarnya perlu dinyalakan. Hal ini karena saat backlight menyala, tampilan hitam yang benar-benar hitam tidak bisa dicapai di layar LCD.

Sementara, layar OLED bisa menerapkan fitur always on display. Fitur ini mengkonsumsi lebih banyak daya yang jelas akan mempengaruhi masa pakai baterai sehingga kepraktisannya tidaklah tinggi.

Di sisi lain, layar OLED mendukung emisi cahaya pada tingkat piksel yang secara independen bisa mengontrol apakah piksel tertentu menampilkan cahaya.

Misalnya saat menampilkan warna hitam murni, layar OLED dapat mematikan piksel. Tidak hanya menampilkan warna hitam yang lebih murni, tetapi juga memiliki efek yang lebih hemat daya.

Layar OLED, bisa menerangi sebagian kecil layar dan selalu menyala untuk menampilkan informasi praktis, seperti notifikasi waktu dan pesan.

Pengguna pun bisa melihat informasi utama tanpa operasi manual, sehingga lebih nyaman digunakan. Karena hanya sebagian kecil layar yang menyala, secara efektif bisa mengurangi dampak tampilan layar pada masa pakai baterai.

Dengan begitu, fitur AoD sebenarnya memperhitungkan dan meningkatkan kenyaman dan masa pakai baterai.

Banyak Dipakai di Android

Ilustrasi Apple  (AP Photo/Mary Altaffer, File)

Smartphone Android mainsteram secara umum banyak yang didukung fitur always on display. Bahkan, sebagian besar smartphone Android memiliki gaya always on display untuk dipilih si pengguna.

Selain informasi seperti notifikasi, waktu, tanggal, daya, dan lain-lain, layar juga dapat menampilkan bentuk hewan, pola artistik, teks yang dipersonalisasi, hingga gameplay yang beragam.

Pengguna juga bisa menyesuaikan konten di layar, termasuk jenis notifikasi yang ditampilkan, warna gaya bawaan, tata letak, dan lain-lain, dengan berbagai personalisasi.

Beberapa ponsel Android juga mendukung penggunaan gambar album sebagai pola always on display. Sistem operasi ColorOS milik Oppo bahkan menambahkan fungsi hand-drawn ke always on display. Pengguna pun bisa secara manual menggambar pola layar dengan karakteristik individu dan menampilkan karya gambar tangan mereka sendiri.

Meski karakteristik layar OLED yang lebih hemat daya, tampilan always on display di layar masih akan menghabiskan banyak daya. Hal ini juga akan mempengaruhi masa pakai baterai ponsel hingga batas tertentu.

Bagaimana pun, fungsi always on display pada Android biasanya tidak aktif secara default. AoD hanya aktif ketika pengguna menggerakkan ponsel atau menyentuh layar, untuk meminimalkan dampak tampilan layar pada masa pakai baterai.

Beberapa ponsel dengan layar LTPO juga akan menggunakan fitur pada layar untuk mengatur kecepatan refresh rate. Hal ini pun membantu menghemat konsumsi daya.

(Ysl/Tin)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya