Ubisoft Akan Tutup Multiplayer di Assassin's Creed: Brotherhood dan Sejumlah Game Lawas

Dengan penutupan ini, pemain tidak akan bisa memanfaatkan fitur-fitur multiplayer dan daring, menautkan akun Ubisoft dalam game, atau memasang dan mengakses DLC

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Jul 2022, 17:30 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2022, 17:30 WIB
Ilustrasi Assassin’s Creed
Ilustrasi Assassin’s Creed (Gambar oleh Yair Cerón dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Ubisoft mengumumkan penutupan layanan multiplayer daringnya pada beberapa game lawas besutan mereka, di mana salah satu yang paling populer adalah Assassin's Creed: Brotherhood di PC, PlayStation 3 (PS3) dan Xbox.

Selain Assassin's Creed: Brotherhood, ada beberapa judul lain dari seri Assassin's Creed dan beberapa game lain yang tidak akan bisa mengakses multiplayer daring mulai tanggal 1 September 2022 mendatang.

Dikutip dari The Verge, hal ini berarti para pemain tidak akan bisa memanfaatkan fitur-fitur multiplayer dan daring (online), menautkan akun Ubisoft dalam game, atau memasang dan mengakses downloadable content (DLC).

"Menutup layanan daring untuk beberapa game lawas membuat kami dapat fokus untuk memberikan pengalaman yang baik bagi pemain yang memainkan judul yang lebih baru atau lebih populer," tulis Ubisoft di laman resminya.

Mengutip laman resminya, Rabu (6/7/2022), kebanyakan judul game Ubisoft yang akan menutup layanan daringnya adalah mereka yang diluncurkan di beberapa konsol lawas seperti PS3, Wii U, dan Xbox 360.

Beberapa judul lawas ini di antaranya Anno 2070, Assassin's Creed II, Assassin's Creed 3 versi 2012, Assassin's Creed Brotherhood, Assassin's Creed Revelations, Driver San Francisco, serta Far Cry 3 versi 2012.

Namun, versi remaster dari game Assassin's Creed 3 dan Far Cry 3 disebut tidak akan terkena dampak penutupan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

CEO Ubisoft Potong Gaji Sendiri

Ubisoft
Logo Ubisoft (sumber : gamecenteronline.net)

Sementara itu, CEO Ubisoft Yves Guillemot dikabarkan akan melakukan potong gaji hingga 30 persen, setelah target perusahaan pengembang serial gim Assassin's Creed itu tidak tercapai beberapa waktu lalu.

Hal ini tercatat dalam Universal Registration Document Ubisoft, di mana Guillemot akan mengalami pemotongan gaji sebesar 30 persen tahun ini, atau USD 326 ribu (sekitar Rp 4,8 miliar).

Dikutip dari The Gamer, Senin (27/6/2022), Guillemot masih akan mendapatkan USD 657 ribu tahun ini (sekitar Rp 9,7 miliar). Namun angkanya masih lebih sedikit dari USD 1,08 juta seperti yang ia terima tahun sebelumnya.

Ubisoft mengatakan, keputusan pemotongan gaji ini merupakan keputusan dari Guillemot sendiri. "Ini adalah keputusan pribadi oleh Yves Guillemot," seorang perwakilan Ubisoft mengatakan kepada Axios.

Menurut perwakilan perusahaan, hal ini diambil oleh sang CEO mengingat perusahaan belum mencapai target keuangan yang telah dikomunikasikan secara publik.

 

Kurangnya Game Populer

Ubisoft
Ubisoft umumkan Assassin's Creed Valhalla. (Doc: Ubisoft/ BossLogic)

Laba operasional Ubisoft sendiri dilaporkan turun 14 persen dan pemesanan bersih turun 5 persen. Saham perusahaan juga hilang hampir setengah nilainya dari kisaran waktu ini pada tahun 2020.

Pada tahun 2020 juga, Ubisoft diguncang oleh beberapa isu skandal pelecehan seksual. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya game populer yang mereka rilis.

Dikutip dari IGN, meski Assassin's Creed Valhalla terbilang sukses, namun Ubisoft telah berjuang untuk menyamai kesuksesan yang mereka miliki di masa lalu.

Gim Ghost Recon Breakpoint terbilang gagal saat peluncurannya, judul teranyar Prince of Persia masih tertunda, Immortals Fenyx Rising kurang mendapat perhatian, sementara Skull and Bones masih dalam pengembangan.

Assassin's Creed Valhalla Sukses Raup Pendapatan USD 1 miliar

Assassin's Creed Valhalla
Assassin's Creed Valhalla. (Doc: Ubisoft)

Sebelumnya, game besutan Ubisoft, Assassin's Creed Valhalla, dikabarkan sukses meraup pendapatan hingga US$ 1 miliar (sekitar Rp 14,3 triliun).

Pencapaian ini membuat Assassin's Creed Valhalla menjadi gim pertama dari waralaba andalan Ubisoft tersebut yang berhasil meraup pendapatan sebesar itu.

Mengutip Eurogamer, Rabu (23/2/2022), Axios melaporkan bahwa hal itu diungkap oleh bos Ubisoft Yves Guillemot kepada para investor. Dia menyebut, tonggak itu sukses mereka raih pada Desember lalu.

Assassin's Creed Valhalla merupakan gim ke-12 dari seri utama waralaba Assassin's creed yang dirilis pada November 2020. Gim ini berlatar belakang tahun 872 sampai 878 Masehi dalam versi fiksi mengenai ekspansi Viking ke Kepulauan Inggris.

Pemain berperan sebagai Eivor Varinsdottir, seorang perampok Viking yang terlibat dalam konflik berabad-abad antara Assassin Brotherhood dan Templar Order, keduanya tentu tidak asing bagi para pemain Assassin's Creed.

Berbeda dengan judul Assassin's Creed di awal kemunculannya, Valhalla merupakan gim single player yang terus mendapatkan pembaruan secara berkala.

Selain itu, pemain bisa membeli berbagai paket dalam gim seperti kostum, senjata, festival musiman, tantangan gim baru, hingga skin kapal dengan uang sungguhan.

(Dio/Ysl)

Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)
Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya