Bangun Optimisme Era Cerdas Masa Depan dari Program Pengembangan Talenta Digital

Salah satu cara untuk menyaring dan peningkatan kompetensi talenta digital muda, adalah lewat program atau kompetisi semacam International Olympiad in Informatics (IOI) ini.

oleh Yuslianson diperbarui 28 Agu 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2022, 17:00 WIB
Ilustrasi talenta digital. Marvin Meyer/Unsplash
Ilustrasi talenta digital. Marvin Meyer/Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Semenjak pandemi Covid-19 melanda dua tahun lalu, kebutuhan talenta digital mengalami peningkatan dari berbagai sektor bisnis--UMKM atau perusahaan besar.

Hal ini terjadi karena banyak sektor bisnis harus mulai melakukan transformasi digital, dengan mulai mengadopsi teknologi atau platform baru agar tetap beroperasi.

Tentunya, percepatan transformasi digital di Indonesia harus sejalan dengan ketersediaan talent digital di Tanah Air.

Menurut Data World Bank, Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta talenta digital dalam kurun waktu 15 tahun.

Ini berarti, per tahunnya Indonesia butuh 600.000 talenta digital untuk dapat menyukseskan rencana transformasi digital yang gencar digaungkan oleh pemerintah.

Salah satu cara untuk menyaring dan peningkatan kompetensi talenta digital muda, adalah lewat program atau kompetisi semacam International Olympiad in Informatics (IOI) yang digelar di Yogyakarta ini.

Memasuki penyelenggaraan yang ke-34, ada 70 negara di seluruh dunia berpartisipasi dalam kompetisi pemrograman tahunan bergengsi untuk para siswa sekolah menengah ini.

Sebagai tuan rumah IOI, Indonesia berhak mengirimkan dua tim yang masing-masing terdiri dari empat orang.

Tim 1 terdiri dari Albert Yulius Ramahalim (SMA Katolik Ricci 1 Jakarta Barat), Joseph Oliver Lim (SMK 1 Penabur Jakarta), Juan Carlo Vieri (SMA Intan Permata Hati Surabaya), dan Maximilliano Utomo (SMA Xin Zhong Surabaya).

Sedangkan Tim 2 tediri dari Vannes Wijaya (SMAN VIII Pekanbaru), Albert Ariel Putra (SMA Kristen Petra IV Sidoarjo), Matthew Allan (SMA Kanisius Jakarta), dan Andrew (SMA S Sutomo I Medan).

Indonesia sendiri berhasil merebut tiga medali perak dan lima medali perunggu oleh kedua tim wakil Tanah Air, dimana Albert dan Joseph meraih perak. Sementara Vieri dan Xin berhasil perunggu.

Dalam acara berlangsung 9 hari--dari 7 hingga 15 Agustus 2022, terbesit catatan menarik dimana para peserta kompetisi tahunan ini sangat antusias dan kritis.

Hal ini diakui oleh Mohammad Rosidi, selaku Director ICT Strategies and Business Huawei Indonesia saat berbagi inspirasi kepada para peserta dari berbagai negara itu.

Mohammad Rosidi menyebutkan, "Mereka sangat cerdas dan kritis dalam menganalisa dinamika zaman dan kemajuan teknologi meski masih berusia muda."

Dia juga menambahkan, para peserta mampu melihat teknologi dari berbagai perspekti, seperti bagaimana berperan dalam human rights, peningkatan kebahagiaan pengguna, dan lain-lain.

"Satu kata yang melekat pada pemikiran mereka, happiness! Selain itu, peserta juga sangat penasaran mencari tahu seputar the power of 5G dari berbagai sudut pandang, entah itu teknis hingga humanis."

 

Pentingnya Optimalisasi Pengembangan Teknologi

Ilustrasi transformasi digital. Dok: mojix.com

Dalam sesi berbagi inspirasi tersebut, Huawei yang diwakili oleh Mohammad Rosidi ini membagikan ilmu tentang pentingnya optimalisasi pengembangan teknologi sebagai solusi kebutuhan masyarakat luas, hingga untuk mendukung pelestarian lingkungan.

Pada salah satu sesi paparan dan diskusi mendapatkan antusiasme tinggi dari talenta-talenta masa depan di bidang informatika potensial dari seluruh benua tersebut.

Mohammad Rosidi, Director ICT Strategies and Business Huawei Indonesia, melecut semangat peserta untuk melakukan inovasi berbasis teknologi modern guna membangun dunia makin terkoneksi dan pintar, dan menghadirkan manfaat bagi kesejahteraan manusia di dunia.

Lewat paparannya bertajuk Leaving No One Behind, Technology Trend for Better Connected and Intelligent World, Huawei menggambarkan situasi dunia pada 2030.

Pada tahun 2030, dunia akan lebih terkoneksi dan pintar di mana All Things Intelligent dengan Big Data dan AI akan mentenagai aplikasi-aplikasi baru.

All Things Connected dengan keberadaan data online yang mentenagai mesin-mesin pintar; dan All Things Sensing dengan sinyal-sinyal digital.

Antusiasme yang tinggi di antara para peserta dapat dilihat dari semangat mereka dalam mengikuti penjelasan tentang pertumbuhan pada tahun 2030 yang diaffirmasi oleh Huawei.

Mohammad Rosidi menjelaskan, jaringan-jaringan broadband akan menyediakan koneksi cerdas, beragam komputasi pervasif akan menjadi tren komputasi pada 2030.

Paparan dari pria yang akrab dipanggil Pak Ro ini "mematik" rasa penasaran dan antusiasme peserta IOI 2022 tentang teknologi di masa depan.

Pada tahun tersebut juga diwarnai dengan pemanfaatan sumber daya energi rendah karbon dan cerdas, teknologi digital akan membawa bidang otomotif makin pintar, dan smart device akan menghadirkan pengalaman-pengalaman cerdas pada seluruh skenario.

“Untuk itu, Huawei mendorong dan mendukung lahirnya inovasi-inovasi di bidang teknologi berbasis riset, agar seluruh ekosistem mampu menjawab tantangan dan besarnya peluang di masa depan," ujar Mohammad Rosidi kepada tim Liputan6.com.

 

Optimistis Inklusivitas Teknologi Hadirkan Dampak Positif

Ilustrasi coding, pemrograman, programmer, programming. Kredit: Pexels via Pixabay

Dia menyebutkan, "Di tangan anak-anak muda cerdas dan kritis ini, kami optimistis inklusivitas teknologi mampu menghadirkan manfaat dan dampak positif bagi lingkungan,"

Tak hanya itu, diprediksi konektivitas pun akan menyentuh daerah rural, pendidikan, dan menyediakan akses setara ke sumber-sumber digital guna mengeliminasi kesenjangan ekonomi akan berhasil terwujud.

"Dorongan dan dukungan ini juga kami wujudkan melalui komitmen berkelanjutan Huawei, yaitu Tech4All,” katanya.

Ajakan Huawei untuk memacu talenta-talenta TIK di masa depan agar tak berhenti melakukan inovasi berbasis riset, dan mengembangkan solusi-solusi bermanfaat bagi masyarakat luas.

Hal ini juga selaras dengan misi International Olympiad in Informatics, yaitu Teknologi untuk Wujudkan Kesejahteraan.

Bagi Indonesia, ajang IOI 2022 memiliki tujuan meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi atau computational thinking) bagi anak-anak Indonesia dalam rangka mendukung kebijakan Merdeka Belajar.

Dukungan Huawei untuk International Olympiad in Informatics selaras dengan komitmen berkelanjutannya dalam pengembangan kompetensi talenta TIK di tingkat global maupun di Indonesia.

Di Indonesia, Huawei telah bertekad untuk mampu mengembangkan sedikitnya 100.000 talenta digital dalam kurun waktu lima tahun.

 

IOI 2022 Tumbuhkan Jiwa Kompetitif Talenta Digital Indonesia

Ilustrasi Programming, Coding, Progammer, Coder. Kredit: Picjumbo via Freepik

Lebih lanjut, Riza Fahmi, co-founder Hacktiv8 juga menyambut antusias dan positif terhadap digelarnya ajang IOI 2022 di Indonesia.

Riza mengatakan, "kompetisi seperti ini sangat penting karena dapat menumbuhkan jiwa kompetitif dan melatih talenta digital Indonesia untuk dapat dengan cepat mencari solusi atas masalah yang diberikan."

Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi di dunia, termasuk Indonesia, marak bermunculan beragam startup teknologi Tanah Air dan sukses menembus pasar global.

Dengan begini, semakin banyak startup bermunculan maka talenta digital Indonesia pun tidak perlu lagi bekerja di luar negeri dan bisa fokus berkarya di Tanah Air.

"Ya dan tidak. Ya, artinya talenta Indonesia dapat diserap industri tanah air dan itu hal yang sangat bagus," katanya.

"Tidak, karena talenta kita juga butuh menimba ilmu lebih mendalam lagi agar talenta lokal juga dapat naik level membangun sistem atau aplikasi yang jauh lebih kompleks lagi di Tanah Air."

Riza berpendapat, tidak semua use case akan muncul di negara sendiri. "Kadangkala use case ykompleks dan belum ada solusinya muncul justru di negara lain."

"Memiliki talenta yang bekerja diluar negeri akan dapat memperkaya pengalaman dan dapat juga mengharumkan nama negara."

 

Pembuka Jalan Karier di Masa Depan

Dia juga mengapresiasi perusahaan teknologi besar, seperti Huawei, Google, atau Microsoft yang sering mensponsori kompetisi programming semacam ini.

"Nurturing talent adalah proses yang harus dilakukan. Beberapa perusahaan sudah menyadarinya, tidak hanya merekrut talenta yang sudah terasah namun diimbangi dengan merekrut talenta potensial yang masih mentah sehingga terjadi proses transfer ilmu antara mentor dan mentee."

Sementara itu, masih banyak perusahaan teknologi di Indonesia belum menyadari pentingnya hal ini. "Sepengetahuan saya ada beberapa perusahaan teknologi yang sudah melakukannya di internal perusahaan mereka."

Dengan ikut kompetisi semacam IOI 2022 ini, Riza berpendapat menjadi pembuka jalan bagi peserta untuk meniti karier di perusahaan teknologi di masa mendatang.

"Kompetisi seperti ini dan ajang competitive programming lainnya harus terus digalakkan," ujarnya.

"Banyak cerita sukses 'lulusan' competitive programming seperti Mas Ainun Najib yang sekarang di Grab, Mas Bramandia Ramadhana yang berkarir di Google dan masih banyak teman-teman lainnya yang pernah mengecap competitive programming di berbagai level dan sekarang sukses berkarir baik di dalam atau diluar negeri," pungkasnya.

(Ysl/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya