Crowdfunding Jadi Solusi Pemerataan Jaringan Internet di Desa

Berdasarkan data pemerintah, dari 83.218 desa dan kelurahan, masih ada 12.548 desa dan kelurahan yang belum memiliki akses internet cepat.

oleh Iskandar diperbarui 17 Okt 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2022, 15:00 WIB
Warga, perangkat desa dan pendamping desa sedang mencari sinyal di daerah yang bisa masuk jaringan internet. (Liputan6.com/ Dionisius Wilibardus)
Warga, perangkat desa dan pendamping desa sedang mencari sinyal di daerah yang bisa masuk jaringan internet. (Liputan6.com/ Dionisius Wilibardus)

Liputan6.com, Jakarta Merujuk data World Bank 2021, penetrasi fixed broadband di Indonesia masih sangat rendah, di mana sebagian besar masyarakat mengakses internet menggunakan perangkat seluler.

Sementara itu, hanya 4 persen dari total populasi atau 16 persen rumah tangga yang berlangganan fixed broadband.

Bahkan berdasarkan data pemerintah, dari 83.218 desa dan kelurahan, masih ada 12.548 desa dan kelurahan yang belum memiliki akses internet cepat.

Untuk mempercepat penetrasi jaringan internet hingga ke desa, Yayasan Internet Indonesia menggandeng PT. Fintek Andalan Solusi Teknologi (Fulusme) dan PT. Media Lintas Data (MLD) untuk menghadirkan program 'Fiberisasi 1.000 Desa' dengan skema securities crowdfunding.

“Kami berinisiatif melakukan terobosan guna membantu desa-desa yang belum terkoneksi jaringan internet melalui pilot project program Fiberisasi 1.000 Desa dengan skema securities crowdfunding,” kata Chairman Yayasan Internet Indonesia, Jamalul Izza, melalui keterangannya, Senin (17/10/2022).

Ia menambahkan pihaknya terbuka untuk dapat membantu perusahaan penyedia layanan internet (Internet Service Provider/ISP) lain untuk bekerja sama dengan yayasan demi konektivitas di desa-desa.

Posisi Yayasan Internet Indonesia di program ini sebagai pihak inisiator dan akselerator program bagi para ISP yang membutuhkan dana dari investor untuk mengerjakan pekerjaan fiberisasi di desa-desa. Dana investor itu berasal dari hasil patungan yang dikumpulkan melalui platform Fulusme.

 

Apa Itu Fulusme?

Para pelajar di Desa Romarea, Ende sedang mencari signal internet untuk mengikuti pembelajaran online. (Foto Istimewa)
Para pelajar di Desa Romarea, Ende sedang mencari signal internet untuk mengikuti pembelajaran online. (Foto Istimewa)

Fulusme merupakan platform urun dana yang sudah terdaftar dan mengantongi izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai penyelenggara penawaran efek melalui layanan urun dana berbasis teknologi informasi sejak 4 Juli 2022.

“Dengan adanya Yayasan Internet Indonesia, kami sebagai perusahaan crowdfunding merasa yakin untuk membuka program pendanaan bagi perusahaan ISP yang membutuhkan modal guna meningkatkan penetrasi internet di desa-desa,” ujar CEO Fulusme, Chris Agustono.

Sementara itu, Direktur MLD Koko Aquarista, mengatakan sebagai perusahaan ISP berskala UMKM, pihaknya merasa terbantu adanya terobosan skema pendanaan crowdfunding yang diinisiasi Yayasan Internet Indonesia dengan menggandeng Fulusme.

Menurut Koko, permasalahan perusahaan ISP berskala UMKM kerap terbentur persoalan pembiayaan.

Dibutuhkan biaya yang tak sedikit untuk menggelar infrastruktur Fiber to The Home (FTTH). Melalui kolaborasi ini, MLD berencana akan menggelar fiberisasi di beberapa puluh desa secara bertahap, baik di Pulau Jawa maupun Sumatra.

“Kami juga mengajak perusahaan ISP lain untuk bersama-sama mengambil peluang yang besar ini dengan menggarap desa-desa yang belum terkoneksi internet,” ucap Koko memungkaskan.

Penguatan Nilai Pancasila Berperan Penting untuk Respons Konten di Internet

70% Pengguna Internet Takut Datanya Disadap
Ilustrasi pengguna internet (anthillonline.com)

Di sisi lain, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menggelar webinar bertajuk "Pemanfaatan Internet dalam Penguatan Nilai Pancasila".

Webinar ini berlangsung pada Senin, 10 Oktober 2022 dan diikuti oleh kelompok masyarakat dari berbagai komunitas Digital di DKI Jakarta dan Banten.

Kegiatan ini bertujuan mendukung peningkatan kecapakan masyarakat di media digital sebab itu akan membantu mencapai target kumulatif sebesar 50 juta orang terliterasi pada tahun 2024.

Berdasarkan laporan We Are Social - Hootsuite per Februari 2022, di Indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet dan pengguna media sosial aktif di negara ini mencapai 191,4 juta. Namun, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 berada pada level "sedang" dengan skor 3,49.

Pengukuran dengan Kerangka Indeks Literasi Digital tahun 2021 ini menggunakan empat pilar, yaitu Kecakapan DigitalEtika Digital, Keamanan Digital, dan Budaya Digital. Tersebab nilai indeksnya masih ada di level "sedang", Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD melakukan berbagai upaya seperti webinar ini guna meningkatkan kecakapan Digital masyarakat.

Andi Muslim, Ketua Subkomisi Media Baru, Lembaga Sensor Film Republik Indonesia menyatakan bahwa perkembangan dunia digital memberikan banyak tantangan bagi budaya bangsa Indonesia.

"Jika ruang internet tidak dengan bijak, bisa menjadi panggung budaya asing. Jangan sampai wawasan kebangsaan kita mengabur di sana. Tetap utamakan budaya kita yang sopan santun dengan tidak kebablasan di ruang digital" ujar Andi.

Kemudian, ia juga mengajak masyarakat menjadikan ruang digital sebagai sarana promosi budaya dan produk dalam negeri.

"Keberagaman budaya bangsa kita membuat iri bangsa lain, karena itu kita harus bangga dengan mengutamakan menggunakan produk dalam negeri, ikut serta dalam promosi serta tidak mengonsumsi berlebihan produk dan budaya asing," tutur Andi.

Toleransi

Sementara itu, Dirgantara Wicaksono, pendidik dan pemerhati pendidikan, mengajak para pengguna ruang digital untuk mewaspadai konten pemecah belah bangsa.

"Saat ini di media sosial banyak bertebaran hoaks, ujaran kebencian, yang mengandung unsur provokasi dan SARA. Jika kita tidak teliti dalam menanggapi informasi tersebut, itu bisa memecah belah kita antar sesama bangsa Indonesia," ujar Dirgantara.

Dia pun lantas membagikan trik bagi para pengguna ruang digital dalam merespons konten dan informasi provokatif tersebut.

"Hal pertama yang harus kita lakukan adalah dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kehidupan kita di ruang media internet," kata Dirgantara.

Selanjutnya, menurut dia, saling toleransi meskipun kita berbeda suku dan ras juga penting, yang kemudian diikuti dengan upaya tidak mudah percaya dan melakukan verifikasi kebenaran informasi ataupun berita yang diperoleh di media digital. 

Akses internet layak

Kemudian Ketua Siberkreasi Indonesia, Yosi Mokalu, menyebut bahwa saat ini akses internet yang layak sangat vital dalam rangka mewujudkan masyarakat cakap digital.

"Saat ini ada wilayah yang masih harus diperhatikan pemerintah yaitu wilayah Internet. Akses internet yang memadai serta harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat harus disediakan demi mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang cakap digital," ujar Yosi.

Lebih lanjut, Yossi mengimbau pengguna internet lebih memperhatikan etika demi mewujudkan ruang digital aman dan nyaman.

"Etika menghindarkan kita dari informasi bohong yang bisa menjadi pemecah belah kita di ruang internet. Kedepankan etika seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab serta kesadaran akan dampak dari sesuatu yang kita peroleh atau kita sebar di ruang internet," kata Yosi.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital.

Program ini bertujuan untuk mendukung dan mendorong masyarakat memanfaatkan dunia digital sebagai sarana komunikasi dan interaksi yang aman, nyaman dan berbudaya. Untuk mengikuti kegiatan yang ini, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau https://literasidigital.id/

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya