Perjalanan Startup Beleaf hingga Raih Pendanaan Rp 30 Miliar dari Alpha JWC Ventures

Perjalanan Beleaf diawali dengan produksi serta penjualan sayuran dan buah hidroponik premium, mulai dari sayuran hijau hingga melon.

oleh Iskandar diperbarui 19 Okt 2022, 09:30 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2022, 09:30 WIB
Dok: Beleaf
Dok: Beleaf

Liputan6.com, Jakarta - Startup pertanian pintar atau smart farming Beleaf meraih pendanaan tahap awal sebesar US$ 2 juta atau sekitar Rp 30 miliar.

Pendanaan ini dipimpin oleh firma modal ventura Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari MDI-Finch Capital’s Arise dan beberapa investor terkemuka lainnya.

Didirikan pada tahun 2019 oleh Amrit Lakhiani, Beleaf adalah perusahaan pertanian pintar (smart farming) yang memiliki misi meningkatkan hasil dan produktivitas petani di seluruh Indonesia.

Perjalanan Beleaf diawali dengan produksi serta penjualan sayuran dan buah hidroponik premium, mulai dari sayuran hijau hingga melon. Dari pengalaman kebun mereka sendiri, tahun ini Beleaf mulai mengembangkan produknya ke sistem manajemen pertanian berbasis teknologi.

Beleaf menggunakan big data dan sistem Internet-of-Things (IoT) yang memungkinkan automasi yang akurat serta layanan manajemen pertanian lainnya. Saat ini, Beleaf fokus pada tiga fitur utama: kontrol, otomatisasi, dan manajemen sistem.

Melalui platform Beleaf, petani dapat memantau proses pembibitan, suhu, nutrisi, posisi penanaman tumbuhan, aliran udara, kelembaban, irigasi, hingga pengemasan.

Semua data yang dikumpulkan dari proses ini akan digunakan untuk menjadi feedback bagi machine learning untuk penelitian dan pengembangan solusi masa depan bagi Beleaf dan kebun itu tersendiri.

“Sistem ini kami sebut ‘Beleaf Operating System (OS)’: sebuah platform yang berfungsi menghubungkan perangkat IoT, pengumpulan data, pemantauan, logistik, penjadwalan, serta prediksi. Tujuan utama dari OS ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi sebuah perkebunan,” papar Amrit Lakhiani, Founder & CEO Beleaf, dikutip Rabu (19/10/2022).

Ia mengklaim perkebunan rekanan yang telah menggunakan Beleaf OS telah memperoleh peningkatan konsistensi, produktivitas, dan kualitas panen. Selain itu, mereka menggunakan lebih sedikit sumber daya yang akhirnya juga meningkatkan keuntungan.

 

Layanan Farming as a Service

Ke depannya, Beleaf akan menawarkan layanan end-to-end 'Farming as a Service' lengkap: dari operasi, distribusi, dan off taking yang menghubungkan petani, distributor, dan retailer dalam satu ekosistem terintegrasi.

Model ‘Farming as a Service’ ini diharapkan dapat menjawab tantangan Indonesia, yang meskipun merupakan negara agraris, namun masih belum berhasil mengoptimalkan potensi pertanian dan masih bergantung pada impor pertanian.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, besar pasar (market size) buah dan sayuran Indonesia saat ini mencapai 33 miliar dolar AS, dengan peluang pertumbuhan menjadi 56 miliar dolar AS pada tahun 2026.

Di sisi lain, biaya pertanian diperkirakan akan terus meningkat akibat meningkatnya biaya input, adopsi teknologi yang buruk, kurangnya tenaga kerja pertanian, dan logistik yang tidak efisien.

Beleaf berupaya mengatasi tantangan ini dengan cara meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian, mengurangi biaya infrastruktur, dan mengurangi biaya usaha pertanian untuk mencapai harga yang kompetitif untuk sayuran dan buah-buahan lokal.

 

Berkolabirasi dengan 14 Perkebunan

Muda Mudi Penuhi Kawasan Wisata Kebun Teh
Pemandangan foto udara Perkebunan Kebun Teh kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/5/2020). Meski Pemkab Bogor memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga 4 Juni namun wisatawan tetap memadati kawasan wisata kebun teh. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Beleaf saat ini bekerja dengan 14 perkebunan di Jawa Barat dengan luas cakupan lebih dari 80 hektar dan produksi lebih dari 70 ton produk segar per bulan.

Merek (brand) sayuran dan buah-buahan Beleaf juga memasok ke 15 supermarket dengan 110 gerai, 8 platform e-commerce, dan 11 gerai restoran.

Dengan pendanaan baru ini, Beleaf akan fokus untuk meningkatkan teknologi dan sumber dayanya, termasuk membuka lebih banyak pusat riset dan komunitas di Jawa Barat. Beleaf juga akan menambah “Seikat”, brand baru, yang ditujukan bagi pasar massal ke lini bisnisnya.

“Kami berupaya meningkatkan produktivitas, kualitas, dan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia. Impian kami adalah mengurangi ketergantungan Indonesia pada buah dan sayuran impor dan membawa produk Indonesia ke standar global,” tambah Amrit.

Partner di Alpha JWC Ventures, Eko Kurniadi, mengatakan tiga tahun terakhir ini Beleaf telah membuktikan bisnisnya yang kuat dan konsisten.

Ia menilai, saat ini Beleaf berada dalam posisi yang unik untuk memperluas jejak teknologi mereka melalui produk ‘Beleaf OS’ dan menjadi pemain utama dalam kancah pertanian alternatif di Indonesia.

"Kami sangat puas dengan apa yang telah kami lihat sejauh ini dan kami siap bekerja sama dengan Amrit untuk meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia,” kata Eko memungkaskan.

Infografis Perlawanan Satu Dekade Petani Kendeng (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis Petani Kendeng
Perlawanan Satu Dekade Petani Kendeng (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya