Peneliti Kembangkan Wearable Robot Lunak Bantu Proses Injeksi

Robot lembut dan tertutup bulu yang oleh para ilmuwan disebut Reliebo itu dirancang untuk dikenakan di tangan peserta

oleh M Hidayat diperbarui 24 Okt 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2022, 17:00 WIB
Peneliti Kembangkan Wearable Robot Lunak Bantu Proses Injeksi. Kredit: Universitas Tsukuba
Peneliti Kembangkan Wearable Robot Lunak Bantu Proses Injeksi. Kredit: Universitas Tsukuba

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di Jepang mengembangkan robot lunak genggam yang dapat meningkatkan pengalaman pasien saat menjalani tindakan medis yang berpotensi tidak menyenangkan, seperti injeksi.

Selama kampanye untuk mendorong vaksinasi COVID-19, pejabat kesehatan masyarakat mengakui bahwa beberapa orang takut pada jarum suntik. Itu berkontribusi pada penurunan tingkat vaksinasi.

Sementara masalah kecemasan dan rasa sakit pasien selama prosedur medis telah dipelajari dengan baik, masih ada kebutuhan untuk menguji dan menerapkan solusi untuk membantu pasien tersebut.

Dalam sebuah penelitian yang baru-baru ini terbit di jurnal penelaahan sejawat Scientific Reports, para peneliti di University of Tsukuba, Jepang telah mengembangkan robot wearable lunak untuk membantu pasien selama perawatan, dalam upaya untuk mengurangi rasa sakit mereka.

Saat mengalami rangsangan panas sedang, peserta penelitian yang mengenakan robot ini mengalami lebih sedikit rasa sakit daripada saat pengujian di mana mereka tidak mengenakan ini.

"Penggunaan robot wearable lunak dapat mengurangi rasa takut serta mengurangi persepsi rasa sakit selama perawatan medis, termasuk vaksinasi," kata Profesor Fumihide Tanaka dikutip dari rilis pers via Eurekalert.

Robot lembut dan tertutup bulu yang oleh para ilmuwan disebut Reliebo itu dirancang untuk dikenakan di tangan peserta. Robot itu antara lain terdiri dari komponen berupa kantung udara kecil yang memiliki kemampuan untuk mengembang sebagai respons terhadap gerakan tangan dari pasien.

Pengujian

Para peneliti menguji efektivitas robot itu dalam berbagai kondisi berdasarkan pengepalan tangan peserta, sambil menerapkan stimulus termal menyakitkan ke lengan lainnya yang tidak mengenakan robot itu.

Para peneliti juga mengukur kadar oksitosin dan kortisol (yang merupakan penanda stres) dari sampel air liur pasien. Selain itu, peringkat nyeri subjektif dicatat menggunakan skala penilaian, dan tes survei dilakukan untuk mengevaluasi ketakutan pasien terhadap suntikan dan keadaan psikologis sebelum dan sesudah eksperimen.

Terungkap bahwa mengenakan robot itu dapat membantu meringankan pengalaman pasien, terlepas dari kondisi eksperimental yang digunakan.

 

Perasaan bahagia

Peneliti juga menilai bahwa perasaan bahagia yang dapat diciptakan oleh sentuhan manusia mungkin juga telah diaktifkan oleh robot itu.

"Sudah diketahui bahwa sentuhan antarpribadi dapat mengurangi rasa sakit dan ketakutan, dan kami percaya bahwa efek ini dapat dicapai bahkan dengan robot wearable lunak yang bukan makhluk hidup," ujar Tanaka.

Menurut Tanaka, ini mungkin berguna ketika kontak manusia yang sebenarnya tidak memungkinkan, seperti selama pandemi. Versi masa depan dari robot ini mungkin menggunakan pandangan terkontrol atau bahkan teknologi Augmented Reality untuk membantu membangun koneksi dengan pasien atau mengalihkan mereka dari persepsi rasa sakit di dalam berbagai situasi.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya