Liputan6.com, Jakarta Kabar merger Telkomsel dan Indihome memang sudah lama beredar, dan saat ini TelkomGroup sedang berkoordinasi secara intensif.
Walau belum diketahui secara pasti kapan merger Telkomsel-Indihome terwujud, nantinya layanan fix broadband itu akan menjadi layanan di bawah Telkomsel.
Baca Juga
Lalu bagaimana tanggapan XL Axiata terkait kabar merger Telkomsel dan Indihome ini?
Advertisement
"Kita sambut baik kabar ini, karena setiap ada kompetisi menjadi tantangan sehingga membuat kita lebih baik. Sebagai kompetitor yang sudah punya konsep lebih awal, kita tak pernah merasa minder," kata Direktur & Chief Technology Officer XL Axiata, I Gede Darmayusa, saat bertemu di Entikong, Kalimantan Barat, Kamis (9/2/2023).
"XL Axiata selalu fokus dan growth lebih baik dari kompetitor. Saya yakin mereka perlu waktu integrasi. Kita sekarang sudah berbenah memastikan langkah kita sudah di depan mereka," katanya.
Dia menyebutkan, "Dari sisi konsep dan strategi. XL dan XL Home sudah menggunakan konsep convergance. Sekarang gimana kita scale up, terutama strategi giman buat mobile dan home kita kuat.
Sebelum Telkomsel dan Indihome merger, XL Axiata sendiri sudah "mencaplok" perusahaan induk First Media yakni Link Net.
Dengan ini, perusahaan langsung melakukan convergence layanang sehingga kedua pelanggan dapat lebih mudah menikmati internet secara mobile atau saat di rumah dengan koneksi broadband.
"XL Axiata adalah perusahaan telko dengan konsep convergance, dan sekarang secara global konsep ini merupakan strategi yang harus diambil operator yang mau tumbuh," kata I Gede.
I Gede menambahkan, "Entah itu di Eropa atau Amerika Serikat, perkembangan mobile itu quite stagnant. Penetrasi home, broadband, yang masif berpotensi naik."
Â
Tantangan Adopsi Konsep Convergence
Dia mengakui, tantangan bangun seluler dan bangun home, terutama fiber to home sangat berbeda. "Kita bangun seluler, kita bangun tower, radius 1 sampai 1,5 kilo ada sekitar seribu hingga 2 ribu rumah terkover."
"Berbeda dengan fiber to the home, tiap gang harus kita masukin. Masuk tiang masuk kabel. Jadi penetrasi tidak semudah seluler.
Bagi Telkomsel dan Indihome, merger tidak sesimpel itu. Ada pengguna Indihome dikasih simcard Telkomsel itu cross seling.
"Convergance itu much more than that. Customer interface satu, pelanggan complain bisa complain mobile dan besok soal home. Biling satu. Jadi tidak mungkin bayar mobile dan home terpisah," katanya.
Gede menyebut, "Tantangan di situ. customer asesment harus menyeluruh. Jadi misal kita tau customer pemakaian mobile atau home seperti apa. Jadi perjalanan masih panjang bagi Telkomsel dan Indihome.
Â
Advertisement
XL Axiata Caplok Link Net
Informasi, Axiata Group Berhad dan XL Axiata sendiri juga telah resmi mencaplok 66,03 persen saham PT Link Net (Link Net) seharga Rp 8,72 triliun.
Link Net sendiri merupakan induk usaha layanan fix broadband populer di Indonesia lainnya, yakni First Media.
Merger ini menggabungkan layanan internet berkecepatan tinggi tanpa batasan kuota, konten streaming, TV kabel serta penyimpanan online milik First Media dengan Paket Kuota Bersama XL.
Adapun layanan ini hadir untuk menjawab kebutuhan pelanggan akan internet di dalam, dan di luar rumah lebih praktis, efisien, dan hemat.
Â
Peningkatan Jumlah Pelanggan
Riset pasar independen menyebut, Indonesia merupakan salah satu pasar layanan pita lebar berbasis kabel yang paling menarik secara global dengan tingkat penetrasi di pasar rumah tangga yang masih sangat kecil, yakni 13,4 persen.
Rata-rata penggunaan layanan data per koneksi di jaringan pita lebar berbasis kabel di Indonesia tumbuh dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Gabungan (CARG) meningkat sebesar 44,4 persen dari 2016 ke 2020 dan diperkirakan meningkat lagi sebesar 27,9 persen dari 2020 ke 2026.
Menurut keterangan, Indonesia juga merupakan salah satu pasar layanan pita lebar berbasis kabel dengan pertumbuhan tercepat di dunia dengan sambungan tetap yang siap untuk ekspansi dengan CAGR sekitar 14,4 persen.
Selain itu, penetrasi rumah tangga di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 27,5 persen pada tahun 2026, didorong oleh pasar yang terus berkembang, peningkatan penggunaan data, dan pertumbuhan yang kuat dalam pendapatan per kapita yang dapat dibelanjakan (disposable income).
Â
Advertisement
Jangkau 2,9 Juta Pelanggan
Jangkauan jaringan Link Net terus meluas ke seluruh kota besar di Indonesia termasuk Jakarta dan sekitarnya, Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Selain jaringan yang menjangkau sekitar 2,9 juta rumah, perusahaan ini juga memiliki portfolio melayani sekitar 2.400 pelanggan mencakup pemerintah, layanan keuangan, dan perusahaan multinasional besar serta bisnis digital.
Perusahaan ini memulai operasi secara komersial pada tahun 2000 dan telah menunjukkan kegiatan operasional dan rekam jejak keuangan yang kuat selama bertahun-tahun.
Untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2021, secara year-on-year Link Net mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 10,3 persen menjadi sekitar Rp 4,5 triliun atau setara dengan RM 1,3 miliar.
(Ysl/Isk)
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Advertisement