Liputan6.com, Jakarta Perusahaan search engine Tiongkok Baidu, memperkenalkan penantang chatbot penantang ChatGPT, yang merupakan versi terbaru dari bot ERNIE atau Enhanced Representation through Knowledge Integration.
ERNIE sendiri dikembangkan oleh Baidu selama satu dekade terakhir, dan pertama kali diluncurkan pada tahun 2019.
Baca Juga
CEO Baidu Robin Li mengklaim, ERNIE Bot terbaru punya kemampuan yang mendekati GPT-4, iterasi terbaru dari model bahasa besar yang baru saja dirilis oleh OpenAI.
Advertisement
Dikutip dari Engadget, Sabtu (18/3/2023), chatbot ini disebut punya 550 miliar fakta dalam grafik pengetahuannya, tetapi sebagian besar berfokus pada pasar Tiongkok.
Jadi, meski bisa membuat daftar idiom Tiongkok, tetapi chatbot ini mungkin tidak bisa menjawab banyak pertanyaan untuk topik tertentu di luar wilayahnya.
Selain itu, ERNIE Bot Baidu memiliki kemampuan untuk menjawab pengguna dengan respon audio dalam dialek China yang berbeda, serta juga dapat menghasilkan gambar dan video dari teks China.
Dalam contoh penggunaan, chatbot dipamerkan dapat meringkas sebuah novel fiksi ilmiah Tiongkok, serta saran tentang cara melanjutkan penulisan buku jika ingin dilanjutkan dengan lebih luas.
AI itu juga bisa menyebutkan nama aktor dalam film adaptasinya, membandingkan tinggi badan mereka, serta menyimpulkan siapa yang lebih tinggi di antara keduanya.
Dalam demo lain, chatbot AIÂ ini juga dapat menyarankan nama nama untuk perusahaan teknologi besar yang melayani perusahaan kecil dan menengah, menulis slogan untuknya, serta membuat buletin dengan jumlah kata tertentu.
Â
Tak Ada Demo Langsung Timbulkan Keraguan
Li juga mengklaim 650 perusahaan sudah mendaftar untuk dapat memakai teknologi ERNIE Bot. Namun dia mengakui AI ini belum siap untuk dirilis ke publik.
Baidu memperkenalkannya lebih awal karena permintaan pasar, yang terjadi karena meroketnya popularitas ChatGPT. Saat ini, Baidu baru memberikan akses ke ERNIE Bot kepada mereka yang sudah memiliki undangan.
Meski begitu, lebih banyak perusahaan sudah dapat mengajukan kemampuan untuk menyematkan chatbot ke dalam produk mereka, melalui platform cloud Baidu.
Sayangnya, mengutip Tech Crunch, perkenalan ini tampaknya disambut dengan kekecewaan oleh beberapa pihak.
Masalahnya, alih-alih menggunakan Ernie dalam sebuah demo secara langsung, Baidu memilih presentasi panjang dengan menampilkan jawaban Ernie yang sudah direkam sebelumnya. Saham perusahaan juga merosot 10 persen di Hong Kong usai presentasi.
Â
Advertisement
Waktu Peluncuran Terbilang Cepat
Beberapa pihak mempertanyakan apakah Baidu menghindari demo langsung karena kurang percyaa diri, serta apakah perilisannya yang tergesa-gesa hanya karena tren AI.
Fangbo Tao, CEO dan pendiri startup AI Mindverse dan mantan ilmuwan AI di Alibaba dan Facebook mengatakan, di bawah tekanan ChatGPT, perusahaan memang di Tiongkok memang telah merilis produk serupa jauh lebih cepat ketimbang perkiraan.
"Baidu hanya membutuhkan waktu kurang dari dua bulan untuk merilis produk mereka, dan telah terbukti menjadi yang paling dekat kinerjanya dengan ChatGPT di antara 'ChatGPT' China," ujarnya.
"Namun, untuk benar-benar memanfaatkan Ernie Bot untuk membangun ekosistem aplikasi, mungkin diperlukan untuk menunjukkan kinerja yang lebih kuat dalam kemampuan seperti penalaran dan mengikuti instruksi," imbuhnya.
Meski begitu, menurut Tao, langkah pertama selalu menjadi yang tersulit, di mana dia menilai Baidu sangatlah berani.
China Larang ChatGPT OpenAI
China sendiri baru saja melakukan pembatasan akses ke platform chatbot AI ChatGPT buatan OpenAI. Sebelumnya, chatbot tersebut memang tidak secara resmi tersedia di Tiongkok, di mana pemerintah menggelar firewall dan sensor internet yang ketat.
Namun banyak pengguna yang masih bisa mengaksesnya menggunakan Virtual Private Network (VPN). Beberapa pembuat aplikasi pihak ketiga juga telah membuat program yang memberikan beberapa akses ke ChatGPT.
Mengutip The Guardian, Jumat (24/2/2023), program-program ini dilaporkan sudah lenyap dari akun-akun WeChat. Perusahaan teknologi seperti induk WeChat, Tencent, serta Ant Group, juga sudah diminta memutus akses ke program-program tersebut.
Awal pekan ini, media pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa ChatGPT OpenAI adalah alat potensial bagi Amerika Serikat, untuk "menyebarkan informasi palsu."
Artikel di China Daily juga mengklaim, pertanyaan yang diajukan ke ChatGPT tentang Xinjiang selalu menghasilkan jawaban yang "konsisten dengan propaganda politik pemerintah AS bahwa ada yang disebut 'genosida.'"
Dikutip dari The Verge, regulator China juga disebut telah meminta perusahaan teknologi berhenti menawarkan akses ke chatbot AI tersebut, karena khawatir terhadap adanya "balasan tanpa sensor" untuk pertanyaan sensitif secara politik.
Selain itu, menurut laporan Nikkei Asia dari "orang-orang yang mengetahui langsung masalah ini," perusahaan teknologi juga diminta melapor ke pemerintah, sebelum merilis chatbot buatannya sendiri.
(Dio/Isk)
Advertisement