Kaesang Pangarep Jadi Ketum PSI, Warganet Malah Bingung Sistem Kaderisasi PSI

Beragam reaksi warganet terhadap pelantikan Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI)

oleh M. Labib Fairuz Ibad diperbarui 27 Sep 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2023, 11:00 WIB
Kaesang Pangarep Beri Pidato Politik
Usai diangkat dan dilantik menjadi ketum PSI Kaesang Pangarep langsung memberikan pidato politik pertamanya di hadapan kader dan pengurus partai. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi mengangkat Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI. Pengumuman pengangkatan putra bungsu Presiden Jokowi sebagai Ketum PSI itu dilakukan Senin 25 September lalu. 

Pada video tersebut muncul foto Kaesang berjas merah dengan tulisan, "Kaesang Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia."

Sontak pengangkatan Kaesang menjadi Ketua Umum PSI ini mengagetkan jagat maya Indonesia. Warganet beramai-ramai membanjiri kolom komentar akun Instagram resmi PSI dengan beragam tanggapan.

Berikut ini adalah reaksi warganet yang dihimpun Tekno Liputan6.com dari media sosial, Rabu (27/9/2023)

YouTuber Bobon Santoso, melalui akunnya @bobonsantoso menyatakan keinginannya gabung PSI gara-gara Kaesang diangkat jadi Ketum PSI.  “Nah gini dong, jadi pengen gabung PSI," ujarnya. 

“PSI partainya anak muda, ketum nya aja anak muda kerem berusia 28 tahun, adalah Ketum Partai termuda di Indonesia..pasti banyak Gen Z auto login ke PSI👏👏👏” tulis salah satu warganet. 

“Saya pribadi bosen dengan partai2 yg di isi orang tua ortodoks anti kritik, sepertinya sudah saatnya Indonesia harus maju dengan semangat anak muda 🔥” ucap warganet lainnya. 

Ada pula yang memberikan komentar berlawanan. Sebuah akun Instagram menyentil soal kaderisasi PSI. "Partai yg kaderisasinya gak jalan kasian kader PSI yg mulai dari bawah," katanya. 

“Bingung sistem kaderisasi partai ini ky gimana sih 😂. Belum ada pengalaman politik, baru berapa hari jadi anggota lngsung jadi ketum. Ini diangkat cuma modal dia anak presiden atau gimana dah? Kalo dibilang karena punya semangat anak muda, astaganaga ada ribuan anak muda yg semangatnya ngga kalah dari Kaesang 😅” kata warganet lain. 

Akun Instagram lainnya mengunggah komentar, "Langkah pertama masuk ke dunia politik dan langsung jadi ketum. PSI tidak mempertimbangkan kader senior lainnya yang sudah lama berkecimpung di politik kah? Ijin bertanya 🙏🏻”

Tak jauh berbeda dengan Instagram, pada kolom komentar akun resmi PSI di laman X/Twitter pun ramai komentar warganet.

Tak Menyangka

“Masih ngga nyangka bro Kaesang jadi ketum PSI, ikut bangga,” kata sebuah akun Twitter.

Akun Twitter lainnya mencuitkan, "Kaesang perlahan di depan 😎.”

Warganet lain justru bertanya-tanya apakah PSI adalah partai yang serius?

"Baru kemaren gabung udah jadi ketua. Ini partai di Indonesia pada serius ga sih?” tanya seorang warganet. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kata Pengamat, Pengangkatan Kaesang Jadi Contoh Buruk Demokrasi

6 Momen Keakraban Kaesang dan Jokowi, Kompak Berbagi Canda Tawa
6 Momen Keakraban Kaesang dan Jokowi, Kompak Berbagi Canda Tawa (YouTube Kaesang)

Sementara itu, Pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi menilai diangkatnya Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) telah memberikan contoh buruk bagi proses demokrasi.

Menurut Airlangga, PSI justru melemahkan citra yang selama ini dibangun sebagai partai yang memiliki ciri demokrasi. Sebab, suatu partai demokratik modern harus dibangun melalui proses pelembagaan politik yang tertata.

"Proses penentuan pejabat partai, apalagi proses suksesi maupun pemilihan kepemimpinan dilakukan melalui prosedur demokratik yang berlangsung, baik melalui kongres maupun muktamar yang melibatkan kesepakatan dari seluruh partai, tentu dengan proses penjenjangan yang tertata," ungkap Airlangga, Selasa (26/9/2023).

Terpilihnya seseorang yang baru masuk menjadi bagian dari partai tidak lebih dari satu bulan, kata Airlangga, seolah memperlihatkan adanya problem besar dalam kelembagaan internal PSI, dan justru bertolak belakang dengan semangat pelembagaan partai yang demokratis.

Sama halnya dengan terpilihnya Kaesang yang notabene baru dua hari bergabung ke dalam PSI, masih kata Airlangga, menunjukkan PSI tidak menggunakan proses tata kelembagaan yang ajek dan reguler untuk memilih pemimpin.

 


Dianggap Bukan Proses yang Baik Bagi PSI

6 Momen Keakraban Kaesang dan Jokowi, Kompak Berbagi Canda Tawa
6 Momen Keakraban Kaesang dan Jokowi, Kompak Berbagi Canda Tawa (IG/kaesangp)

Tambahan, pemilihan Kaesang Pangarep sebagai ketua umum PSI yang berlangsung secara cepat, juga menunjukkan tidak terujinya proses meritokratik maupun penggemblengan terhadap Kaesang sebagai bagian dari dialektika.

"Sebagai politisi yang berproses dalam partai politik, sudah seharusnya menjadi bagian dari budaya politik. Apabila PSI mengaku sebagai partai bercorak demokrasi lho ya," kata Airlangga.

Pada akhirnya, apa yang dilakukan oleh PSI justru tidak menjadi proses yang baik, dan dalam jangka panjang justru merugikan langkah politik Kaesang dalam karier politiknya dalam jalan instan yang dia tempuh.

Image dari publik dengan cara instan seperti ini justru akan berkontribusi pelemahan bagi PSI maupun Kaesang itu sendiri.

"Publik justru akan melihat terjadinya perendahan mutu atau regresi kelembagaan internal PSI. Alih-alih penguatan reformasi kelembagaan dalam tubuh PSI, justru berbanding terbalik," kata Airlangga.

"Apabila PSI hendak melakukan reformasi kelembagaan bagi penguatan elektoral dalam pilpres 2024, keputusan menjadikan Kaesang Pangarep sebagai ketum PSI, sebaiknya dipertimbangkan ulang," pungkas Airlangga.


Infografis: Puan Maharani Ajak Kaesang Pangarep Gabung PDIP Usai Berniat Jadi Depok 1

Infografis Puan Maharani Ajak Kaesang Pangarep Gabung PDIP Usai Berniat Jadi Depok 1. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Puan Maharani Ajak Kaesang Pangarep Gabung PDIP Usai Berniat Jadi Depok 1. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya