Google Hapus uBlock Origin dari Chrome Web Store, Apa Sebabnya?

Google menghapus uBlock Origin dari Chrome Web Store karena peralihan ke Manifest V3, memicu kontroversi di kalangan pengguna.

oleh Yuslianson Diperbarui 04 Mar 2025, 09:30 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2025, 09:30 WIB
uBlock Origin Google Chrome
uBlock Origin setop beroperasi di Google Chrome, kenapa? (Liputan6.com/ Yuslianson)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Google baru-baru ini mengambil langkah kontroversial dengan menghapus ekstensi pemblokir iklan populer, uBlock Origin, dari Chrome Web Store.

Keputusan ini diambil seiring dengan peralihan Google dari Manifest V2 ke Manifest V3, sebuah perubahan yang diklaim untuk meningkatkan keamanan dan performa ekstensi.

Namun, banyak pengguna dan pakar mempertanyakan niat di balik langkah ini, terutama karena uBlock Origin dikenal secara signifikan mengurangi pendapatan iklan Google.

Menurut Google, peralihan ini bertujuan untuk memperkuat keamanan dan meningkatkan performa ekstensi di platform Chrome. Akan tetapi, perubahan tersebut membuat uBlock Origin tidak lagi kompatibel karena bergantung pada fitur-fitur dihapus dalam Manifest V3.

Hal ini tentunya menjadi masalah besar bagi lebih dari 30 juta pengguna Chrome mengandalkan uBlock Origin untuk pengalaman browsing lebih bersih dan bebas iklan.

Dikutip dari pengumuman resmi Google, Selasa (4/3/2025), mereka ingin memastikan ekstensi ada di Chrome Web Store memenuhi standar keamanan lebih tinggi.

Meskipun alasan ini terdengar valid, skeptisisme muncul di kalangan pengguna merasa keputusan ini lebih didorong oleh kepentingan finansial daripada keamanan.

Dengan uBlock Origin secara efektif mengurangi pendapatan iklan Google, banyak mencurigai langkah ini adalah upaya untuk melindungi model bisnis raksasa mesin pencari tersebut.

Pergeseran ke Manifest V3

Google Chrome. (Pixabay)

Pergeseran dari Manifest V2 ke Manifest V3 merupakan langkah besar bagi Google dalam mengelola ekstensi di Chrome.

Manifest V3 diperkenalkan dengan sejumlah perubahan, termasuk penghapusan beberapa API sebelumnya digunakan oleh pengembang ekstensi. Hal ini berakibat pada banyak ekstensi, termasuk uBlock Origin, yang tidak dapat berfungsi dengan baik lagi.

Pengembang uBlock Origin, Raymond Hill, telah mengonfirmasi mereka sedang berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan ini.

Sebagai respons, mereka telah merilis versi alternatif bernama uBlock Origin Lite, yang kompatibel dengan Manifest V3.

Namun, versi ini datang dengan fungsionalitas lebih terbatas dibandingkan dengan versi sebelumnya. Ini tentunya menjadi berita buruk bagi pengguna terbiasa dengan fitur lengkap dari uBlock Origin.

UBlock Origin Lite mungkin mampu menjalankan beberapa fungsi dasar pemblokiran iklan, tetapi kehilangan banyak kemampuan canggih membuatnya begitu populer di kalangan pengguna.

Pengguna yang menginginkan pengalaman pemblokiran iklan lebih komprehensif mungkin harus mempertimbangkan untuk beralih ke browser lain seperti Firefox, Edge, atau Opera, masih mendukung fitur-fitur dihapus dalam Manifest V3.

Disebut Lakukan Monopoli, Google Tolak Usulan Jual Chrome

Tampilan baru Google Chrome (Foto: The Next Web)

Di sisi lain, Google dituding melakukan monopoli dengan berbagai produk dan layanan. Salah satu yang paling hangat adalah produk mesin pencarinya, Google Chrome.

Departemen Kehakiman AS (DOJ) pun mengatakan, Google melakukan monopoli ilegal dalam hal mesin pencarian hingga pengadilan akhirnya menyetujui hal ini Agustus lalu.

Atas hal tersebut, DOJ ingin agar Google menjual mesin pencari populernya, Chrome. Meski begitu, Google meyakini kalau penjualan Chrome justru akan merusak keamanan mesin pencari tersebut. Google juga menolak gagasan tersebut.

Google pun berupaya mengajukan banding atas hal ini. Meski begitu, sebelum mengajukan banding, Google wajib mengajukan proposal penyelesaian.

Proposal dari Google ini menguraikan langkah-langkah yang bisa diambil perusahaan untuk memperbaiki masalah monopoli ilegal tersebut.

Terbaru, mengutip Apple Insider, Selasa (24/12/2024), Google menjelaskan, mereka bisa mengubah kontrak tentang peramban, seperti Apple dan Mozilla. Berdasarkan usulan ini, perusahaan-perusahaan memiliki pilihan untuk menerapkan mesin pencari default yang berbeda pada platform berbeda.

Pengguna bisa mengubah penyedia pencarian default mereka tiap 12 bulan. Sekadar informasi, pada 2022, Google membayar Apple sebesar USD 20 miliar agar bisa menjadi mesin pencari default di platformnya.

Kesepakatan ini diungkapkan dalam sebuah pernyataan oleh Wakil Presiden Senior Layanan Apple Eddie Cue selama berlangsungnya proses hukum

Merugikan Google

Logo Google. (Doc: Daily Express)

Langkah terbaru yang diusulkan Google akan memungkinkan Apple untuk menerapkan satu mesin pencari default pada iPhone dan mesin pencari lain untuk iPad.

Sebelumnya, pembesut smartphone Android lebih dahulu memungkinkan perangkat bisa memiliki dua mesin pencari atau lebih.

Kendati demikian, Google menyebut, kalau keputusan ini mungkin bisa merugikan mitra mereka. "Karena mengatur cara mereka memilih mesin pencari terbaik bagi pelanggan mereka."

Google juga tidak setuju dengan keputusan DOJ dalam kasus antimonopoli ini. Menurut Google, kasus ini terlalu luas dan dapat merugikan konsumen Amerika serta melemahkan kepemimpinan teknologi global Amerika.

Bagi Google, usulan DOJ yang mengharuskan Google untuk membagi kueri pencarian pengguna kepada para pesing, baik asing maupun domestik, bisa membatasi kemampuan perusahaan untuk meningkatkan produk.

Google mengklaim, mereka sukses karena berinovasi dan menggulirkan investasi, bukan karena memaksa pengguna bergantung pada mesin pencari Google.

Keputusan DOJ juga mendapat kritik keras dari Google. Menurut perusahaan internet ini, lanskap mesin pencari sifatnya dinamis. Google beranggapan, munculnya AI generatif juga mengubah pasar mesin pencari secara signifikan.

INFOGRAFIS: Subsidi Kuota Internet Untuk Peserta Didik (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: Subsidi Kuota Internet Untuk Peserta Didik (Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya