Cuek, ceplas ceplos dan sederhana, itulah kesan yang saya tangkap saat pertama kali bertemu pakar teknologi informasi (TI) Indonesia, Onno Widodo Purbo. Di dunia teknologi, nama Onno sudah sangat dikenal bahkan sampai mancanegara.
Di profil Facebook dan Twitter pribadinya, ia selalu menjelaskan dirinya dengan sebutan "an ordinary Indonesian" atau rakyat Indonesia biasa saja. Namun jangan salah, di balik kesederhaannya ia adalah seorang tokoh TI dunia.
Kiprahnya di bidang TI sudah tak perlu diragukan lagi. Onno adalah otak di balik pengembangan program RT/RW-Net, yaitu jaringan komputer swadaya masyarakat agar masyarakat dapat menikmati internet murah.
Karya inovatif Onno yang lainnya adalah Wajanbolic. Berbekal memanfaatkan wajan yang biasa dipakai untuk memasak dan beberapa alat, Onno berhasil mengoprek dan membuat koneksi internet tanpa kabel sebagai solusi alternatif untuk mengakses internet murah. Dan saat ini Onno sedang aktif menyebarkan ilmu Open BTS, bagaimana membangun BTS mini untuk berkomunikasi.
Ia juga dikenal sebagai aktivis yang giat menyebarkan penggunaan sistem operasi Linux. "Masih pakai Windows, lo?", pertanyaan itu sering terlontar dari mulutnya saat melihat orang lain masih menggunakan Windows -- termasuk saya.
Onno punya alasan kuat mengapa giat memperjuangkan sistem operasi yang free. Ia ingin rakyat Indonesia pintar dan bisa melek komputer dan juga internet. Jika rakyat masih harus dibebankan sistem operasi berbayar, bagaimana nasib orang kecil yang cuma punya dana terbatas untuk membeli komputer saja?
Ia juga aktif menulis. Terhitung sudah ada lebih dari 40 buku yang ia tulis dengan topik seputar teknologi internet, open source, Linux, keamanan jaringan hingga internet telepon (VoIP). Ia juga sering diminta mengajar dan menjadi pembicara di berbagai seminar dalam dan luar negeri. Onno saat ini bergabung sebagai dosen di Surya University, universitas yang didirikan oleh fisikawan; Prof. Yohanes Surya, Ph.D.
Jadi Orang Bermanfaat
Onno adalah seorang penganut copyleft (sumber terbuka). Banyak tulisannya yang bermanfaat dipublikasikan dan dapat diambil secara gratis di internet. Ia mengaku lebih suka menjadi orang yang bermanfaat, itu sebabnya menurutnya ilmu harus disebarkan luas agar bermanfaat.
"Nilai seseorang tidak ditentukan oleh harta, kekayaan, pangkat, jabatan, gelar; tapi oleh berapa besar/banyak umat yang mendapat manfaat", kata-kata ini sering ia ucapkan di berbagai kesempatan.
Ia juga pernah memberikan workshop Internet Wireless dan VoIP di beberapa negara, seperti, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Bangladesh, Bhutan, Cambodia, Denmark, Laos, India, Malaysia, Nepal, Thailand, Timor Leste hingga Tunis. Perjalanannya ke luar negeri membuat ia yakin bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang bodoh. Karena itu, ia sangat menginginkan agar sistem pendidikan di Indonesia bisa berubah, sekolah dan guru-gurunya melek TI.
"Indonesia mungkin miskin, tapi Bangsa Indonesia bukan bangsa yang bodoh," demikian kata-kata yang sering ia ucapkan. Menurutnya negara lain justru banyak belajar pada Bangsa Indonesia.
Pria lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung ini lulus dengan predikat lulusan terbaik ada tahun 1987. Dua tahun kemudian ia berhasil menyelesaikan pasca sarjananya di McMaster University, Kanada di bidang Semi Konduktor Laser. Lima tahun kemudian, ia meraih gelar Ph.D dari Universitas Waterloo, Kanada, di bidang Teknologi Rangkaian Terintegrasi untuk Satelit.
Hobi Gowes
Dalam beraktivitas Onno tak pernah lepas dari sepedanya. Ia kerap pergi dengan cara gowes saat mau mengisi seminar di sekolah atau hotel di area Jakarta, bahkan saat diajak meeting. Hobi bersepeda dilakukannya agar tubuh sehat.
Sehari-hari ia lebih suka memakai kaos dan celana pendek, dengan membawa tas ransel berisi air minum dan baju ganti jika ia harus ganti baju untuk menjadi pembicara.
Tepat hari ini, Sabtu (17/8/2013), pria kelahiran Bandung ini genap berusia 51 tahun. Ayah Onno yang bernama Hasan Poerbo adalah seorang profesor di ITB bidang lingkungan hidup yang banyak memihak pada rakyat kecil. Dari alharhum ayahnya-lah ia mengadopsi cara memberdayakan masyarakat secara bottom-up.
Satu lagi kata-kata yang sering Onno dengungkan, mengutip nasehat dari Dosen Elektro Onno di ITB Soegiardjo Soegidjoko: "Kalkulator yang di ATAS tidak pernah salah hitung".
(dew)
Di profil Facebook dan Twitter pribadinya, ia selalu menjelaskan dirinya dengan sebutan "an ordinary Indonesian" atau rakyat Indonesia biasa saja. Namun jangan salah, di balik kesederhaannya ia adalah seorang tokoh TI dunia.
Kiprahnya di bidang TI sudah tak perlu diragukan lagi. Onno adalah otak di balik pengembangan program RT/RW-Net, yaitu jaringan komputer swadaya masyarakat agar masyarakat dapat menikmati internet murah.
Karya inovatif Onno yang lainnya adalah Wajanbolic. Berbekal memanfaatkan wajan yang biasa dipakai untuk memasak dan beberapa alat, Onno berhasil mengoprek dan membuat koneksi internet tanpa kabel sebagai solusi alternatif untuk mengakses internet murah. Dan saat ini Onno sedang aktif menyebarkan ilmu Open BTS, bagaimana membangun BTS mini untuk berkomunikasi.
Ia juga dikenal sebagai aktivis yang giat menyebarkan penggunaan sistem operasi Linux. "Masih pakai Windows, lo?", pertanyaan itu sering terlontar dari mulutnya saat melihat orang lain masih menggunakan Windows -- termasuk saya.
Onno punya alasan kuat mengapa giat memperjuangkan sistem operasi yang free. Ia ingin rakyat Indonesia pintar dan bisa melek komputer dan juga internet. Jika rakyat masih harus dibebankan sistem operasi berbayar, bagaimana nasib orang kecil yang cuma punya dana terbatas untuk membeli komputer saja?
Ia juga aktif menulis. Terhitung sudah ada lebih dari 40 buku yang ia tulis dengan topik seputar teknologi internet, open source, Linux, keamanan jaringan hingga internet telepon (VoIP). Ia juga sering diminta mengajar dan menjadi pembicara di berbagai seminar dalam dan luar negeri. Onno saat ini bergabung sebagai dosen di Surya University, universitas yang didirikan oleh fisikawan; Prof. Yohanes Surya, Ph.D.
Jadi Orang Bermanfaat
Onno adalah seorang penganut copyleft (sumber terbuka). Banyak tulisannya yang bermanfaat dipublikasikan dan dapat diambil secara gratis di internet. Ia mengaku lebih suka menjadi orang yang bermanfaat, itu sebabnya menurutnya ilmu harus disebarkan luas agar bermanfaat.
"Nilai seseorang tidak ditentukan oleh harta, kekayaan, pangkat, jabatan, gelar; tapi oleh berapa besar/banyak umat yang mendapat manfaat", kata-kata ini sering ia ucapkan di berbagai kesempatan.
Ia juga pernah memberikan workshop Internet Wireless dan VoIP di beberapa negara, seperti, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Bangladesh, Bhutan, Cambodia, Denmark, Laos, India, Malaysia, Nepal, Thailand, Timor Leste hingga Tunis. Perjalanannya ke luar negeri membuat ia yakin bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang bodoh. Karena itu, ia sangat menginginkan agar sistem pendidikan di Indonesia bisa berubah, sekolah dan guru-gurunya melek TI.
"Indonesia mungkin miskin, tapi Bangsa Indonesia bukan bangsa yang bodoh," demikian kata-kata yang sering ia ucapkan. Menurutnya negara lain justru banyak belajar pada Bangsa Indonesia.
Pria lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung ini lulus dengan predikat lulusan terbaik ada tahun 1987. Dua tahun kemudian ia berhasil menyelesaikan pasca sarjananya di McMaster University, Kanada di bidang Semi Konduktor Laser. Lima tahun kemudian, ia meraih gelar Ph.D dari Universitas Waterloo, Kanada, di bidang Teknologi Rangkaian Terintegrasi untuk Satelit.
Hobi Gowes
Dalam beraktivitas Onno tak pernah lepas dari sepedanya. Ia kerap pergi dengan cara gowes saat mau mengisi seminar di sekolah atau hotel di area Jakarta, bahkan saat diajak meeting. Hobi bersepeda dilakukannya agar tubuh sehat.
Sehari-hari ia lebih suka memakai kaos dan celana pendek, dengan membawa tas ransel berisi air minum dan baju ganti jika ia harus ganti baju untuk menjadi pembicara.
Tepat hari ini, Sabtu (17/8/2013), pria kelahiran Bandung ini genap berusia 51 tahun. Ayah Onno yang bernama Hasan Poerbo adalah seorang profesor di ITB bidang lingkungan hidup yang banyak memihak pada rakyat kecil. Dari alharhum ayahnya-lah ia mengadopsi cara memberdayakan masyarakat secara bottom-up.
Satu lagi kata-kata yang sering Onno dengungkan, mengutip nasehat dari Dosen Elektro Onno di ITB Soegiardjo Soegidjoko: "Kalkulator yang di ATAS tidak pernah salah hitung".
(dew)