Khawatir Diserang Pasca-Bentrok di Jayapura, Sekolah Diliburkan

3 sekolah SD, SMP, dan SMA dalam Kompleks Organda diliburkan karena lokasi ketiga sekolah hanya berjarak 50 meter dari lokasi bentrokan.

oleh Liputan6 diperbarui 09 Jun 2015, 13:57 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2015, 13:57 WIB
(Lip6 Siang) Bentrok-Papua
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Jayapura - Warga Perumahan Organda Padang Bulan, Abepura Jayapura, Papua berunjuk rasa dengan membawa pamflet. Mereka menuntut pemerintah mengusir warga pendatang asal pegunungan yang membuat onar di kompleks mereka.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (9/6/2015), di dalam Kompleks Organda sejumlah warga berpatroli dengan berbagai senjata. Mereka mengantisipasi serangan balasan oleh warga pegunungan.

Di salah satu rumah, disemayamkan jenazah Simon Sauhoka, korban tewas akibat bentrokan. Para kerabat berdatangan untuk menyampaikan belasungkawa. Simon tewas saat membantu Ketua RT Fredy Lisamahu yang diserang oleh warga pegunungan.

Sementara itu 3 sekolah SD, SMP, dan SMA dalam Kompleks Organda diliburkan. Lokasi ketiga sekolah hanya berjarak 50 meter dari lokasi bentrokan. Di sekitar sekolah, sejumlah polisi terus berjaga untuk mencegah serangan susulan warga pendatang asal pegunungan.

Senin 8 Juni 2015 sekitar pukul 15.00 WIT, warga Kompleks Organda Padang Bulan diserang 30 warga pendatang asal pegunungan. Mereka merusak sekitar 20 rumah dan menyerang Fredy Lisamahu seorang Ketua RT.

Warga Kompleks Organda yang marah lalu membalas dengan membakar 9 rumah warga pendatang asal pegunungan sekitar 100 meter dari kompleks. Saat diserang balik, warga pegunungan sudah melarikan diri.

Sejauh ini, polisi baru menangkap 4 orang penyerang Kompleks Organda.

"Kita masih mengejar para pelaku, kita juga butuh saksi-saksi, namun ada kekhawatiran masyarakat, perlu diinformasikan nanti, saya jamin pada saksi dan keluarga korban menjadi kewajiban kami untuk melindungi," ucap Kapolresta Jayapura AKBP Jeremias Rontini.

Pemicu serangan warga pendatang asal pegunungan ke Kompleks Organda diduga adalah ketidaksukaan mereka pada siskamling di Kompleks Organda yang membuat mereka tidak leluasa bergerak. (Vra/Mvi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya