Liputan6.com, Jember - Akibat kemarau berkepanjangan, puluhan hektar lahan pertanian di Kecamatan Ngaglik dan Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengering sehingga tidak bisa dipanen.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (4/8/2015), menurut catatan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Sleman, luas lahan yang mengalami kekeringan mencapai 46 hektar.
Sebagian besar lahan kering berada di sisi utara Selokan Mataram. Guna mengantisipasi makin meluasnya lahan pertanian yang kekeringan, pemerintah setempat menyiapkan puluhan pompa air untuk membantu para petani.
Advertisement
Di Kabupaten Merangin, Jambi, sekitar 100 hektar sawah tadah hujan juga mengalami gagal panen. Para petani terpaksa gigit jari karena padi yang tinggal sebulan lagi dipanen rusak, padahal biasanya para petani bisa menghasilkan padi hingga 300 ton sekali panen.
Kemarau panjang selama 2 bulan terakhir membuat debit air di Bendungan Jatibarang, Semarang, Jawa Tengah menyusut drastis. Akibatnya, ratusan hektar areal persawahan di Kecamatan Gunung Pati terancam kekeringan.
Guna mengatasi kekeringan, seorang petani kopi di Jember, Jawa Timur mengembangkan inovasi pengairan yang disebut irigasi kendi. Air dalam kendi yang ditanam dalam tanah secara perlahan akan meresap dan membasahi tanah di sekitarnya. Selain unik, metode ini dinilai sangat cocok digunakan saat kemarau panjang karena bisa menghemat air tanpa mempengaruhi kualitas tanaman.
"Kita bisa memelihara tanaman dalam kondisi air yang sangat sulit karena pemanfaatan air sangat efisien sekali. Karena kalau kita menggunakan gembor 1 kali sehari habis, tapi kalau ini bisa 1 minggu," ucap salah seorang petani.
Sistem irigasi kendi ini sangat cocok diterapkan untuk tanaman palawija dan buah-buahan terutama di daerah yang sulit mendapat pasokan air. (Vra/Mut)