Liputan6.com, Jakarta - Cabang olahraga (cabor) Sport Climbing Asian Games 2018 yang baru digelar pada hari Kamis (23/8/2018) di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang menjadi ajang pembuktian kesiapan Indonesia ke ajang Olimpiade tahun 2020 di Tokyo, Jepang.
Nomor kombinasi yang akan dipertandingkan di perhelatan Olimpiade tahun 2020 mendatang kemungkinan besar akan diikuti oleh perwakilan Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Wahyu Pristiawan Buntoro, Manajer Kompetisi Cabor Panjat Tebing Asian Games 2018, mengatakan awalnya Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tidak mau berbicara tentang Olimpiade di Asian Games.
"Kebetulan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) didukung dari dana pemerintah, jadi kita sudah mulai persiapan sejak tahun 2017,” ujarnya kepada Liputan6.com, usai pertandingan babak penyisihan cabor Panjat Tebing di JSC Palembang, Kamis (23/8/2018).
Nomor Kombinasi Putra dan Putri menjadi laga baru yang digelar di Olimpiade 2020 mendatang. OCA sendiri memberi kesempatan bagi atlet Sport Climbing untuk bergabung dalam event besar ini. Untuk atlet putri, FPTI sangat yakin bisa unggul dari beberapa pesaing di negara lain.
Tim Putri Meyakinkan
Seperti Aries Susanti Rahayu yang menjadi pemanjat nomor speed tercepat, mengantongi medali emas di Tim Relay di Asian Championship 2017 di Iran. Prestasinya pun mendulang setelah berhasil meyabet Juara Dunia kategori Speed Puteri di tahun 2018.
"Awalnya Aries hanya berada di ranking enam di peringkat nasional. Dia bisa masuk Pelatnas Asian Games 2018 bulan Agustus 2017, karena ada degradasi di tiga bulan sebelumnya. Dia masuk setelah ikut Try Out di Eropa,” ujarnya.
Namun diakuinya, kualitas para atlet untuk nomor Lead Climbing dan Bolder Climbing tidak secerah kesuksesan di di nomor speed Sport Climbing.
Para atlet harus banyak belajar tentang teknik Lead dan Bolder Climbing. Terlebih di Indonesia, fasilitas dua nomor tersebut sangat minim.
Advertisement
Masih Terbatas
Butuh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, jalur panjat, dan hand hold yang juga harus selalu diperbarui. Di Indonesia sendiri, beberapa faktor penunjang tersebut masih terbatas.
"Faktor pembuat jalur untuk kualifikasi juga sangat butuh. Sayangnya di Indonesia, hanya ada satu center-nya. Banyak faktor yang membuat dua nomor itu sulit dilakukan, sedikit berbeda dengan nomor speed," ucapnya.