Sektor Manufaktur Australia Lesu, Boeing Bakal PHK 300 Karyawan

Produsen pesawat, Boeing Co akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 300 karyawan di salah satu unitnya di Australia.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 03 Apr 2014, 11:16 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2014, 11:16 WIB
Boeing
(Foto: Bloomberg)

Liputan6.com, Melbourne Produsen pesawat terbesar dunia, Boeing Co. mengumumkan akan melancarkan aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 300 karyawan di salah satu unitnya di Australia. Keputusan tersebut dipicu pukulan keras yang baru saja menghantam industri manufaktur Australia.

Mengutip laman Bloomberg, Kamis (3/4/2014), juru bicara Boeing Caroline Bell mengatakan, aksi PHK itu akan dilancarkan akhir tahun ini. Unit tersebut merupakan cabang operasi manufaktur Boeing terbesar di luar Amerika Utara yang mempekerjakan sekitar 1.300 orang.

Padahal bulan lalu, Bank Sentral Australia baru saja mengumumkan Boeing sebagai contoh manufaktur masa depan di negara tersebut. Sebelumnya, perusahaan-perusahaan seperti BP Plc hingga Toyota Motor Corp telah memutuskan akan memberhentikan lebih dari 4.000 pegawai.

Mengingat dolar Australia saat ini terus melemah dalam empat bulan terakhir, pemutusan hubungan kerja karyawan menjadi tantangan tersendiri untuk Perdana Menteri Australia Tony Abbott.

"Australia tak bisa bersaing. Nilai tukar dolar yang terlalu tinggi merupakan ancaman bagi industri manufaktur di sini," ungkap Direktur Centre for Workplace Leadership di University of Melbourne, Peter Gahan.

Pabrik Boeing Melbourne tersebut didirikan sebagai cabang produsen pesawat Inggris, de Havilland Aircraft Co., pada 1927. Pabrik tersebut memproduksi, pengendali sayap pesawat untuk Boeing jenis 747 Jumbo Jet dan 787 Dreamliner.

"Aksi PHK ini dilakukan sejalan dengan proyeksi keuangan Boeing. Hal seperti ini selalu menjadi perhatian kami saat sejumlah program pesawat disesuaikan dengan tingkat produksi secara keseluruhan," ungkap manajemen Boeing.

Selama beberapa tahun terakhir, sektor manufaktur Australia tengah menderita akibat isolasi pasar karena pelemahan dolar Australia. Kondisi terseut membuat sejumlah produk Australia menjadi tidak kompetitif di kancah internasional.

Sementara itu, tingkat pengangguran di Australia tercatat menyentuh level 6% pada Februari, tertinggi sejak 2003.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya