Liputan6.com, Jakarta - Sebagai negara berkembang yang sejak tahun lalu bergelut dengan `mini krisis`, sebagian penduduk kalangan atas Indonesia masih tergolong royal dalam memberikan uang tip.
Mengacu pada hasil survei perusahaan jasa finansial multinasional, MasterCard mencatat Indonesia berada di posisi ke-8 sebagai negara dengan jumlah pemberi tip terbanyak di kawasan Asia Pasifik.
Mengutip hasil riset MasterCard bertajuk MasterCard Purchasing Priorities, Jumat (18/4/2014), sebanyak 33% konsumen di Indonesia mengaku terbiasa memberikan uang tip pada pelayan di restoran. Meski demikian, sama seperti sebagian besar negara di Asia Pasifik, jumlah konsumen pemberi tip di Indonesia mengalami penurunan sebesar 7% dalam setahun.
Advertisement
Alhasil, Indonesia hanya mampu menempati posisi ke-8 dan berada di bawah Bangladesh yang bertengger di posisi ke-2 dengan jumlah konsumen pemberi tip sebanyak 80%. Di Asia Pasifik, Thailand berada di peringkat pertama dengan persentase konsumen dermawan tertinggi sebanyak 88%.
Namun secara regional, hanya empat dari 10 konsumen di Asia Pasifik yang mengaku terbiasa memberikan uang tip setelah menikmati hidangan di restoran. Hasil survei tersebut juga menunjukkan, para konsumen memang cenderung lebih hati-hati dalam mengeluarkan koceknya.
“Pemberian uang tip di Asia dapat membingungkan karena masing-masing negara memiliki pandangan yang berbeda terhadap hal tersebut. Beberapa budaya di negara Asia memperbolehkan untuk memberikan tip sebagai tanda terima kasih, sementara di negara lain hal tersebut dapat dianggap tidak sopan atau bahkan merendahkan orang lain,” ungkap Kepala Bagian Komunikasi MasterCard di wilayah Asia-Pasifik, Timur Tengah dan Afrika, Georgette Tan.
Terbukti, Jepang yang dikenal sebagai negara maju justru menjadi negara yang paling tidak terbiasa memberikan tip. Selain Jepang, Korea Selatan dan Selandia Baru juga tercatat menempati posisi terendah di mana para konsumen mengaku tak terbiasa memberikan uang tip setelah menyantap hidangan di restoran.
Untuk diketahui, survei tersebut digelar dalam rentang waktu antara Oktober hingga November 2013. Survei yang dilakukan perusahaan jasa keuangan bergengsi itu melibatkan 7932 responden berusia 18–64 tahun di 14 negara Asia Pasifik.