Liputan6.com, Jakarta - Harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau harga emas Antam naik di perdagangan perdana 2025atau pada Kamis (2/1/2025). Hal yang sama juga terjadi pada harga emas Antam buyback atau pembelian kembali.
Harga emas Antam hari ini naik Rp 9.000 menjadi Rp 1.524.000 per gram dari perdagangan sebelumnya Rp 1.515.000 per gram. Untuk diketahui, rekor tertinggi harga emas Antam berada di level Rp 1.567.000 per gram yang dicetak pada 31 Oktober 2024.
Advertisement
Baca Juga
Demikian juga harga emas Antam buyback yang juta naik Rp 9.000 per gram. Harga emas buyback emas Antam dipatok Rp 1.374.000 per gram. Harga buyback ini adalah jika Anda ingin menjual emas, Antam akan membelinya di harga Rp 1.374.000 per gram.
Advertisement
Perubahan harga emas Antam dipengaruhi oleh sejumlah faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pemahaman mengenai faktor-faktor ini sangat penting bagi mereka yang berencana untuk berinvestasi dalam emas Antam.
Antam menjual emas dengan ukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram. Anda dapat memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen) jika menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hingga pukul 8.43 WIB kepingan emas Antam masih ada yang tersedia di Gedung Antam tetapi memang sebagian besar sudah habis terjual.
Daftar Harga Emas Antam
Berikut rincian harga emas Antam hari ini di butik emas Gedung Antam, melansir laman logammulia.com:
- Harga emas 0,5 gram: Rp 812.500
- Harga emas 1 gram: Rp 1.524.000
- Harga emas 2 gram: Rp 2.992.000
- Harga emas 3 gram: Rp 4.468.000
- Harga emas 5 gram: Rp 7.424.000
- Harga emas 10 gram: Rp 14.770.000
- Harga emas 25 gram: Rp 36.762.500
- Harga emas 50 gram: Rp 72.405.000
- Harga emas 100 gram: Rp 146.690.000
- Harga emas 250 gram: Rp 366.337.500
- Harga emas 500 gram: Rp 732.375.000
- Harga emas 1.000 gram: Rp 1.464.600.000.
Harga Emas Melonjak 26% sepanjang 2024, Tahun Ini Bakal Lebih Cerah?
Harga emas berada di jalur kenaikan terbesar dalam 24 tahun atau sehak 2010. Harga emas dunia melonjak 26% sepanjang 2024.
Kenaikan harga emas ini terjadi karena sepanjang 2024 terdapat sejumlah sentimen yang membuat investor memborong aset safe haven. Salah satu sentimen tersebut adalah pemangkasan suku bunga bank sentral.
Namun memang, harga emas dunia sempat mengalami tekanan dan investor berubah lebih hati-hati menanggapi rencana kebijakan pemerintahan kedua Donald Trump.
Mengutip CNBC, Kamis (2/1/2025), harga emas spot naik 0,7% menjadi USD 2.622,85 per ons dan harga emas berjangka AS naik 0,8% menjadi USD 2.638,10 per ons.
Pembelian bank sentral yang kuat, ketidakpastian geopolitik, dan pelonggaran kebijakan moneter mendorong reli emas safe haven yang memecahkan rekor pada 2024, mendorongnya ke level tertinggi sepanjang masa di USD 2.790,15 per ons pada 31 Oktober.
Analis memperkirakan faktor-faktor yang mendukung emas batangan pada 2024 akan bertahan hingga 2025, meskipun mereka juga mengutip potensi hambatan dari kebijakan Trump yang dapat memicu inflasi dan memperlambat penurunan suku bunga Federal Reserve.
“Emas berada dalam pasar bull sekuler, tetapi arah perjalanannya tidak akan searah pada tahun 2025 seperti pada tahun 2024,” kata analis logam mulia MKS PAMP SA Nicky Shiels.
“Puncak ketakutan politik telah berlalu setelah kemenangan telak Trump. Tren pembelian Bank Sentral akan berlanjut pada kecepatan yang sama pada 2025, tetapi aliran akan tetap lebih rahasia mengingat ancaman tarif Trump pada negara-negara yang dianggap secara aktif melakukan de-dolarisasi.” jelas dia.
Advertisement
Euforia Trump
Emas batangan tumbuh subur dalam lingkungan suku bunga rendah, bertindak sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan geopolitik.
Reli tersebut kehilangan momentum pada bulan November karena dolar menguat dampak "euforia Trump." Pada bulan tersebut AS tengah melakukan pemilu dan hasilnya Donald Trump mampu mengalahkan kandidat saingannya yaitu Kamala Harris.
"Kami pikir pasar emas telah berhenti sejenak setelah pemilihan presiden AS tetapi akan kembali pada 2025 didukung oleh kemerosotan lebih lanjut di pasar tenaga kerja AS, suku bunga yang masih tinggi membebani pertumbuhan, dan permintaan ETF yang lebih tinggi," kata analis logam Citi Global Markets Tom Mulqueen.