Menperin Bantah jika Banyak Perusahaan yang Mau Bangun Smelter

Kemenperin memastikan baru ada lima perusahaan tambang yang mulai membangun pabrik pemurnian mineral dan batu bara (smelter).

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Apr 2014, 13:17 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2014, 13:17 WIB
Smelter
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan baru ada lima perusahaan tambang yang mulai membangun pabrik pemurnian mineral dan batu bara (smelter).

Jumlah itu terbilang bagus mengingat pembangunan smelter membutuhkan investasi miliaran dolar Amerika Serikat (AS).

Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengungkapkan, dari 55 perusahaan tambang yang mengajukan pembangunan smelter ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebanyak lima perusahaan tambang mulai merealisasikan smelter.

"Dari 55 yang mengajukan ke Kementerian ESDM, yang menyatakan membangun secara riil baru ada lima perusahaan. Jadi kalau ada yang bilang sudah banyak, itu bohong," ungkap dia usai Penandatanganan Nota Kesepahaman Badan Layanan Umum (BLU), Jakarta, Rabu (23/4/2014).

Walaupun enggan membeberkan nama lima perusahaan tambang itu, namun lebih jauh Hidayat menyebut lokasi pembangunan smelter berada di Bintan oleh satu perusahaan, dua perusahaan di Sulawesi termasuk Morowali, dan Kalimantan ada satu perusahaan. Pembangunan smelter ini didominasi oleh investasi asing.

"Hari Jumat ini saya akan ke Medan menghadiri peletakkan batu pertama pembangunan smelter iron ore dari pabrik baja. Sedangkan yang di Morowali untuk pengolahan nikel, saya mau ke sana minggu depan," tuturnya.

Pembangunan smelter itu, tambah dia, mempunyai kapasitas dan nilai investasi beragam. Menurut Hidayat, ada perusahaan tambang yang membangun smelter dengan kapasitas 300 ribu ton.

"Investasi satu smelter bisa US$ 1 miliar-US$ 1,2 miliar. Makanya ini bukan hal yang mudah, sehingga saya tidak pernah berharap ini dibangun begitu banyak karena investasinya berat. Jadi ESDM jangan terlalu optimistis semua orang bangun (smelter)," terangnya.

Dia menilai, jumlah lima sampai enam perusahaan yang membangun smelter tahun ini sudah termasuk bagus karena proyek tersebut bukan saja menggarap pabrik pemurnian tapi juga membangun secara integrasi seperti pelabuhan, jalan dan power plant.

"Rata-rata dari mereka akan menyelesaikan smelter pada 2017 sehingga ini bisa mengatasi mengatasi masalah kita dan membuat industri pengolahan di Indonesia," cetus Hidayat.

Terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar menambahkan, banyak kemajuan dan komitmen perusahaan tambang untuk membangun smelter.

"Bergerak cukup progresif sehingga dalam waktu dekat mestinya tahapan pembangunan dan kosntruksi smelter mulai dilakukan. Kami punya kepentingan mengawal proses investasi berjalan lancar dan menarik manfaat dari penerapan UU minerba secara optimal," tandasnya.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya