Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana untuk menambah volume impor dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian negosiasi soal tarif baru. Pengusaha mewanti-wanti soal ketahanan industri lokal.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani menyadari perlu adanya upaya mengurangi defisit perdagangan AS dan Indonesia. Hal ini berkaitan dengan negosiasi terhadap tarif resiprokal 32 persen bagi barang asal Indonesia yang ditetapkan AS.
Advertisement
"Yang sekarang harus diperhatikan adalah soal tadi, mengurangi defisit kalau kita mau ya negosiasi sama Amerika," kata Shinta di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, dikutip Selasa (8/4/2025).
Advertisement
Seperti diketahui, neraca perdagangan AS terhadap Indonesia masih defisit sekitar USD 18 miliar. Besarnya angka ini yang disebut jadi salah satu alasan Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif resiprokal buat barang asal Indonesia.
Shinta mengatakan agar angka defisit bagi AS itu berkurang, maka Indonesia harus menambah impornya. Kendati demikian, dia tak ingin barang-barang yang diimpor itu berdampak buruk terhadap industri lokal Tanah Air.
"Gimana cara mengurangi defisit? Berarti kan harus meningkatkan impor apa mereka yang tidak mengganggu industri dalam negeri, karena kita enggak mau ini mengganggu industri kita," tuturnya.
Dia mengatakan telah juga mengusulkan adanya perjanjian dagang terbatas di beberapa aspek. Misalnya soal impor kapas dari AS dan ekspor pakaian jadi dari Indonesia.
"Jadi kita tadi mengusulkan juga adanya limited trade deal, jadi limited trade deal dengan Amerika itu adalah dengan beberapa aspek seperti kapas ya, jadi dengan tekstil, itu kan kita ekspor lumayan besar, tapi kita juga bisa impor kapas, dimana bisa menaikkan (produksi) tekstil," terangnya.
Pemerintah Mau Tambah Impor
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menuampaikan pemerimtah berencana menambah volume impor produk-produk dari Amerika Serikat (AS). Ini jadi salah satu strategi dalam merespons kenaikan tarif baru barang Indonesia ke AS.
Airlangga bilang, rencana itu menjadi salah satu perintah Presiden Prabowo Subianto. Langkah itu untuk mengurangi defisit perdagangan AS ke Indonesia senilai USD 18 miliar.
Beberapa komoditas yang bisa ditambah impornya antara lain gandum, kapas, hingga produk minyak dan gas bumi (migas).
"Terkait dengan tarif dan bagaimana kita meningkatkan impor, arahan Bapak Presiden bagaimana delta daripada impor-ekspor kita yang bisa sampai 18 bilion dolar diisi dengan produk-produk yang kita import termasuk gandum, cotton bahkan juga salah satunya adalah produk migas," ungkap Airlangga dalam Konferensi Pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).
Dia juga bilang, ada peluang peningkatan impor dari AS lagi ke Indonesia. Misalnya rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) tentang pemurnian yang bisa dipasok dengan bahan dari AS.
"Disamping itu, Indonesia sendiri dalam proyek strategis nasional akan membangun beberapa proyek termasuk refinery dan mungkin salah satu komponennya kita beli dari Amerika," ungkapnya.
Advertisement
Kaji Tarif Impor
Airlangga bilang, pihaknya tengah mengkaji beberapa tarif impor barang asal Amerika Serikat. Dalam catatannya, komoditas strategis telah mendapat tarif murah.
"Jadi ada beberapa yang sedang dikaji. Pertama tentu kita melihat impor. Sebetulnya import tariff kita terhadap produk yang diimpor (dari) Amerika relatif rendah, 5 persen, bahkan untuk wheat (gandum) maupun soybean itu sudah nol. Hal lain tentu kita akan lihat terkait PPH dan PPN impor," tuturnya.
Tujuannya adalah mengurangi besaran defisit perdagangan AS dengan Indonesia. Hal ini sudah dibahas bersama dengan para pengusaha.
"Kemudian yang lain tentu kita meningkatkan jumlah volume beli sehingga trade deficit yang 18 billion itu bisa dikurangkan. Ya tentu kita ambil yang top 10 Indonesia import dan top 10 Indonesia export," tandasnya.
