Tugas Berat Ketua BPK Baru

Ada 117 BUMN yang harus diaudit, cost recovery pertambangan dan obligasi rekap bank-bank eks BPPN masih menyisakan masalah.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 28 Apr 2014, 18:28 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2014, 18:28 WIB
 Rizal Djalil
Rizal Djalil (kiri) usai dilantik menjadi Ketua BPK, Senin (28/4/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Rizal Djalil resmi dilantik menjadi ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada hari ini, Senin (28/4/2014). Posisinya menggantikan ketua sebelumnya yakni Hadi Poernomo yang telah pensiun pada 21 April 2014 kemarin.

Menanggapi terpilihnya Rizal Djalil sebagai ketua BPK, Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Mohammad Hatta memberi apresiasi.

"Rizal ini orang yang safety player dan orangnya cukup bagus. Tidak banyak kasus. Saya kira cocok kalau BPK ambil orang-orang yang cukup safe seperti itu," kata dia di Jakarta, Senin (28/4/2014).

Menurut Hatta, Sebagai pucuk pimpinan di BPK, Rizal mempunyai tugas berat. BPK sebagai lembaga negara telah tercoreng namanya karena dijadikannya Hadi Poernomo sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk kasus keringanan pajak PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di tahun 1999.

Oleh sebab itu, Rizal harus segera mengembalikan nama baik BPK tersebut. "Itu kalau tak dikembalikan sebagai lembaga supremasi audit, bahaya. Harus dikembalikan kehormatan dirinya. Saya kira Pak Rizal orang yang cocok untuk itu dan dia pantas jadi ketua BPK," imbuhnya.

Hatta melanjutkan, selain membersihkan nama BPK, Rizal juga mempunyai banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. "Banyak PR yang harus dirapikan. Ada 117 BUMN, cost recovery pertambangan menyisakan masalah. Obligasi rekap bank-bank eks BPPN. Itu harus dibereskan jangan negara terus yang tombok," pungkasnya.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya