Liputan6.com, Washington - Memiliki perekonomian terbesar tak lantas menjadikan Amerika Serikat (AS) sebagai negara paling mahal di dunia. Berdasarkan hasil analisanya, Bank Dunia justru menunjuk dua negara lain untuk menduduki peringkat teratas jajaran negara paling mahal di dunia.
Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (30/4/2014), Swiss dan Norwegia memimpin di dua posisi teratas sebagai negara paling mahal di dunia. Posisi tersebut disusul Bermuda, Australia dan Denmark.
Sebaliknya, peringkat negara dengan nilai perekonomian terendah harus diterima Mesir, Pakistan, Myanmar, Ethiopia dan Laos. Bank Dunia menyusun daftar peringkat tersebut berdasarkan hasil kajian data ekonomi yang mengacu pada nilai tukar dan perbandingan daya beli masyarakat antar negara.
Advertisement
sementara itu, AS yang berhasil menduduki peringkat negara dengan perekonomian terbesar di dunia hanya mampu berada di posisi ke-25. Posisi tersebut menunjukkan daya beli penduduk AS berada lebih rendah dibandingkan sebagian besar negara-negara dengan penduduk berpendapatan tinggi.
Sementara itu, negara-negara terkaya dalam laporan tersebut berhasil digenggam Qatar, Macao, Luxembourg, Kuwait dan Brunei. Terkaya dalam rilis tersebut merupakan negara-negara dengan produk domestik bruto per kapita tertinggi terutara dalam pengaruhnya terhadap daya beli masyarakat.
Dalam laporan yang sama, delapan negara termasuk Malawi, Mozambik dan Liberia memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita senilai kurang dari US$ 1.000.
"Hampir setengah dari total output ekonomi sebesar US$ 90,6 triliun pada 2011 datang dari negara-negara berpendapatan menengah ke bawah," ungkap Bank Dunia seperti tertulis dalam laporannya.
Dibandingkan dengan kajian lain yang dilakukan pada 2005, terdapat metodologi berbeda yang digunakan di sejumlah negara. Pada waktu itu, negara-negara kelas menengah memberikan total kontribusi yang lebih besar pada perekonomian dunia.