Indonesia Masuk 8 Besar Ekonomi Dunia, Menko Airlangga: Kalahkan Italia dan Prancis

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, dari segi Purchasing Power Parity (PPP) ekonomi Indonesia masuk posisi 8, dan lebih tinggi dari Italia hingga Prancis.

oleh Tira Santia diperbarui 31 Jan 2025, 13:15 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2025, 13:15 WIB
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat dalam konferensi pers Hasil High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat dalam konferensi pers Hasil High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, capaian Indonesia yang berhasil meraih posisi sebagai ekonomi terbesar ke-8 di dunia membuktikan ekonomi Indonesia lebih baik dibanding Italia dan Prancis.

"Ada juga yang cukup membanggakan, kalau dari segi Purchasing Power Parity (PPP) ekonomi Indonesia sudah masuk di nomor 8, itu lebih tinggi dari Itali, Prancis, dan ini suatu capaian yang baik,” kata Airlangga dalam konferensi pers Hasil High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat, di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (31/1/2025).

Menurut Airlangga, keberhasilan ini tidak lepas dari upaya keras seluruh pihak terkait, termasuk Bank Indonesia (BI), Kementerian Dalam Negeri, serta kementerian lainnya yang berkolaborasi menjaga stabilitas ekonomi. 

Salah satu pencapaian penting adalah pengendalian inflasi tahunan 2024 yang berhasil dipertahankan di level 1,57 persen (yoy). Menurutnya, hal tersebut sebuah capaian yang patut diapresiasi.

"Tentu Indonesia harus menjaga tetap pertumbuhan ekonomi dan kita tahu kemarin kita bisa menjaga inflasi di 1,57 persen year on year dan terhadap capaian di tahun 2024, kami berterima kasih kepada Gubernur BI, Pak Menteri Dalam Negeri, dan seluruh kementerian yang bekerja keras agar ini bisa dicapai,” ujarnya.

Tantangan menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global

Namun, Airlangga juga menekankan pentingnya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah berbagai tantangan yang datang, baik dari dalam maupun luar negeri.

Dinamika ekonomi global yang terus berkembang menjadi faktor utama yang dapat memengaruhi arah perekonomian Indonesia ke depan. 

Salah satu risiko yang dihadapi adalah volatilitas harga komoditas yang dapat memengaruhi daya beli masyarakat. Selain itu, tingginya tingkat suku bunga dan kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang sering disebut "Trump 2.0" berpotensi menjadi tantangan bagi Indonesia.

 

 

Ketahanan Pangan dan Energi Perlu Diwaspadai

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat dalam konferensi pers Hasil High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat dalam konferensi pers Hasil High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)... Selengkapnya

Selain itu, ketahanan pangan dan energi juga menjadi isu yang perlu diwaspadai, terutama dengan adanya perubahan iklim yang semakin nyata. 

Proyeksi ekonomi global untuk 2025 pun diperkirakan hanya akan tumbuh sekitar 3,2%, di bawah rata-rata historis. 

Oleh karena itu, Indonesia harus terus memperhatikan dan mengantisipasi perkembangan tersebut agar tetap bisa menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil.

"Nah, ini yang perlu kita perhatikan, terutama ini proyeksi ekonomi global tahun 2025 itu diperkirakan sekitar 3,2% di bawah rata-rata historis,” ujarnya.

Indonesia Jadi Negara Ekonomi Terbesar ke-8 di Dunia

Berdasarkan data peringkat ekonomi negara yang diterbitkan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Indonesia berhasil meraih posisi yang mengesankan sebagai ekonomi terbesar ke-8 di dunia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP) pada tahun 2024. 

Tercatat, hasilnya China menjadi negara diposisi pertama dengan capaian PBD senilai USD37,07 Triliun atau setara Rp 600 Kuadriliun (1 USD = Rp 16,188.2 ).

Kemudian posisi kedua, ada Amerika Serikat dengan capaian PDB sebesar USD29,17 triliun atau setara Rp472,2 Kuadriliun. Negeri paman Sam kali ini kalah dari Cina.

Untuk posisi ketiga, adalah India dengan capaian PDB sebesar USD16,02 triliun atau setara Rp259,3 kuadriliun. Keempat, Russia capaian PDB-nya mencapai USD6,91 triliun atau setara Rp 111,8 kuadriliun.

Kelima, Jepang capaian PDB senilai USD6,57 triliun atau setara Rp 106,3 kuadriliun. Keenam, Jerman capaian PDB-nya mencapai USD6,02triliun atau setara Rp 97,4 kuadriliun.

Ketujuh, Brazil capaian PDB-nya mencapai USD4,7 triliun atau setara Rp 76 kuadriliun. Kedelapan, Indonesia capaian PDB-nya senilai USD4,66 triliun atau setara Rp 75,4 kuadriliun sama dengan Brazil.

Kesembilan, Prancis capaian PDB senilai USD4,36 triliun atau setara Rp 70,5 kuadriliun. Kemudian di posisi kesepuluh, United Kingdom (UK) capaian PDB-nya mencapai USD4,28 triliun atau setara Rp 69,2 kuadriliun.

 

Bank Dunia Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,1% di 2025 dan 2026

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, Bank Dunia merilis laporan yang berjudul Global Economic Prospects. Dalam laporan ini Bank Dunia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada 2025 dan 2026 berada di level moderat.

Pertumbuhan ekonolmi global terlihat stabil seiring dengan inflasi terkendali dan pelonggaran moneter sejumlah negara yang mendukung aktivitas.

Dikutip dari laporan tersebut, Senin (27/1/2025), Bank Dunia memperkirakan tingkat pertumbuhan ekonomi global masih di kisaran 2,7%, seiring dengan meningkatnya perdagangan dan investasi.

Khusus untuk Indonesia, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi masih stabil pada 5% di 2024. Angka ini akan meningkat sedikit menjadi 5,1% pada 2025 dan 2026.

Pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah reformasi yang mencakup liberalisasi perdagangan, stabilisasi makroekonomi, dan reformasi perusahaan publik membantu mengintegrasikan Indonesia ke dalam ekonomi global.

Inflasi di Indonesia diperkirakan tetap terkendali, dan Bank Indonesia diperkirakan akan melanjutkan kebijakan moneter yang mendukung dengan mempertahankan suku bunga rendah.

Ada sejumlah risiko yang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Paling utama adalah ketidakpastian kebijakan global dan potensi perlambatan ekonomi di negara-negara besar seperti China dan Amerika Serikat (AS).

Ekonomi Terbesar ke-8

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pernyataan tersebut menanggapi pandangan fraksi terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen hingga 5,7 persen dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN Tahun 2024. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, Indonesia berhasil meraih posisi yang mengesankan sebagai ekonomi terbesar ke-8 di dunia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP) pada tahun 2024. Data peringkat ekonomi negara tersebut diperoleh dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).

Tercatat, hasilnya China menjadi negara diposisi pertama dengan capaian PBD senilai USD37,07 Triliun atau setara Rp 600 Kuadriliun (1 USD = Rp 16,188.2 ).

Kemudian posisi kedua, ada Amerika Serikat dengan capaian PDB sebesar USD29,17 triliun atau setara Rp472,2 Kuadriliun. Negeri paman Sam kali ini kalah dari Cina.

Untuk posisi ketiga, adalah India dengan capaian PDB sebesar USD16,02 triliun atau setara Rp259,3 kuadriliun. Keempat, Russia capaian PDB-nya mencapai USD6,91 triliun atau setara Rp 111,8 kuadriliun.

Kelima, Jepang capaian PDB senilai USD6,57 triliun atau setara Rp 106,3 kuadriliun. Keenam, Jerman capaian PDB-nya mencapai USD6,02triliun atau setara Rp 97,4 kuadriliun.

Ketujuh, Brazil capaian PDB-nya mencapai USD4,7 triliun atau setara Rp 76 kuadriliun. Kedelapan, Indonesia capaian PDB-nya senilai USD4,66 triliun atau setara Rp 75,4 kuadriliun sama dengan Brazil.

Kesembilan, Prancis capaian PDB senilai USD4,36 triliun atau setara Rp 70,5 kuadriliun. Kemudian di posisi kesepuluh, United Kingdom (UK) capaian PDB-nya mencapai USD4,28 triliun atau setara Rp 69,2 kuadriliun.

Posisi ini membawa Indonesia melewati negara-negara maju, seperti Prancis dan Inggris. Hal itu mencerminkan laju pertumbuhan yang signifikan di tengah berbagai tantangan global yang ada.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya